Edy, Wartawan Pengagum Rhoma



“Kalau kalian senang menulis, asahlah tulisan kalian di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy!”

Kalimat tersebut bukanlah slogan iklan tapi kisah pengalaman perjalanan Edy Supriyono, wartawan Radar Banyuwangi. Edy, sapaan akrabnya, sejak SMA mengaku senang menulis, menggambar, dan membuat komik.

Setelah lulus SMA Ibrahimy, Edy agak kebingungan menentukan sikap; mau melanjutkan kemana. “Cepat atau lambat, perjalanan hidup ini akan membawa kita ke persimpangan yang mengharuskan kita memilih... Bismillahirrohmanirrohim, semoga ini adalah yang terbaik,” ujar Edy.

Akhirnya, ia menentukan pilihan menjadi mahasiswa KPI Fakultas Dakwah Ibrahimy. Kenapa Edy tertarik dengan KPI Fakultas Dakwah? Ia mengaku karena salah satu kompetensi mahasiswa KPI adalah menguasai ilmu-ilmu komunikasi dan jurnalistik. Di KPI inilah para mahasiswa dicetak untuk menjadi jurnalis media eloktronik dan cetak. Karena di KPI ada matakuliah “Pengantar Jurnalistik”; “Teknik Menulis dan Mencari Berita”; “Teknik Reportase, Editorial, dan Feature”; “Teori dan Teknik Kepenyiaran”; “Teknik Olah Vokal dan Pernafasan”; dan beberapa matakuliah pendukung lainnya.

Agaknya, pilihan Edy di Fakultas Dakwah tidaklah salah. Di Fakultas Dakwah inilah ia ditempa ilmu-ilmu jurnalistik. Akhirnya, beberapa tulisannya dimuat di majalah Annida, Fadilah, Surabaya News, dan Jawa Pos.

Tulisan resensi tentang buku “Kharisma Kiai As’ad di Mata Umat” karya seniornya dimuat di Jawa Pos. Inilah tulisan resensi pertama kali karya mahasiswa Ibrahimy yang dimuat koran nasional. Setelah lulus kuliah, Edy dan Ali Shodiqin (temannya sesama mahasiswa Dakwah) melamar ke Radar Banyuwangi. Kedua-duanya, diterima sebagai wartawan Radar. Hanya saja Shodiqin ditugaskan di Banyuwangi, dan Edy di Situbondo.

Perjalanan Edy di dunia tulis-menulis, dimulai dari jenjang paling bawah. Di Orator, majalah praktikum mahasiswa Fakultas Dakwah, Edy ditunjuk sebagai ilustrator. Kemudian ia dipercaya sebagai reporter. Karena kualitas tulisannya kemudian ia menjadi pemimpin redaksi Orator.

Tulisan-tulisan Edy cukup mengalir dan enak dibaca. Ia mempunyai potensi besar untuk menjadi penulis feature atau cerpen. Bahkan beberapa cerpennya pernah dimuat di Annida dan Surabaya News. Ketika seniornya, Syamsul A Hasan menulis buku Kharisma Kiai As’ad, ia mendapat gagasan untuk mengarang sebuah cerita fiksi tentang Sukorejo tempo dulu, saat masa penjajahan. Beberapa lembar pun sudah ia kerjakan.

Tulisan Edy yang mengalir itu mengundang ketertarikan salah satu dosennya, Muhammad Baharun. Edy kemudian disuruh membantu Baharun dalam menyusun beberapa naskah buku. Edy dan Idris Iskandar kemudian dimagangkan di Malang Post. Edy juga pernah menjadi koresponden Bhasa FM untuk meliput berita-berita seputar Pesantren Sukorejo. Tugas liputan tersebut untuk memenuhi permintaan salah satu dosennya, Imam Syafi’i, yang juga sebagai manajer Bhasa.

Di luar aktivitas menulis, Edy sangat menyukai musik. Ia pengagum berat Rhoma Irama. Beberapa album Rhoma ia koleksi. Sebagai pengagum Rhoma, ia bangga ketika bisa berpose bersama Rhoma. “Saya pertama kali foto bersama Rhoma ketika mengantar teman saya. Skripsi teman saya itu, tentang Rhoma,” ujarnya bangga.

Sebagai pengagum Rhoma, ia hafal beberapa lagu Rhoma. Edy sering mengutip lagu-lagu Rhoma di Facebooknya.

Salah satu pesan Edy kepada yuniornya yang masih nyantri, bahwa di pondok sebenarnya kesempatan untuk menulis amat besar. Itu semua tergantung kita, apakah kita mampu memanfaatkan ataukah terbuang percuma begitu saja. (sah)
Selengkapnya...

Uswah yang Memudar di Tubuh NU

Oleh: Nurtaufik

Pada Muktamar ke-32 NU pada tgl 23-28 ini, banyak pihak yang menghimbau agar NU kembali ke khittah 1926. Istilah khittah ini mencuat ketika Muktamar 27 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo.

Menurut KHR. Asad Syamsul Arifin, kembali ke Khitah warga NU selalu berupaya meniru sepak terjang KH. Hasyim Asyari dan 1926 diartikan Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan baik tingkah lakunya maupun cara berfikirnya.”Kalau ada orang yang ceramah tapi merugikan NU maka tidak wajib kita mengikutinya. Walaupun itu dari PBNU!” tambah mediator berdirinya NU tersebut.

Sejak kembali NU ke jalur khittah 1926, maka dengan tegas NU tidak terikat dengan partai politik manapun serta melegalkan warganya menyalurkan aspirasi politiknya ke partai manapun, asalkan bertanggung jawab dan berakhlaqul karimah. Ternyata warga NU mempunyai potensi yang luar biasa dalam berpolitik yaitu bisa mewarnai partai manapun bahkan mereka bisa jadi public figure di partai tersebut.

Namun ternyata kedewasaan berpolitik warga NU masih diragukan. Kalau mau mengadopsi bahasanya Ustadz Nurul Al-Dholam, mereka masih banyak salah kaprah dalam berkiprah. Hal itu bisa kita lihat, masih banyak warga NU yang berpolitik dengan jalan yang kotor artinya banyak yang menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang menjadi keinginannya. Yang lebih ironis lagi sudah banyak pengurus- pengurus NU yang melepaskan dirinya mengabdi sebagai pengurus di NU. Mereka banyak yang hijrah menjadi pengurus partai dan sangat antusias menjadi calon wakil rakyat dari partai tersebut hingga mereka sibuk membesarkan dirinya sendiri dan jarang sekali memikirkan nasib NU sendiri.

Disamping itu, loyalitas dan militansi warga NU terhadap organisasinya tersebut patut dipertanyakan itu terbukti mereka masih menafikkan calon pemimpin yang sudah menjadi kader NU dan dibesarkan oleh NU. Tak hanya itu, imbas dari politik sudah mengubur budaya minta maaf dan saling memaafkan di intern NU sendiri, mereka selalu mengklaim kalau dirinya paling benar dan yang salah.

Untuk itu sudah saat ini sudah sepantasnya pengurus maupun tokoh – tokoh NU yang notabeninya sebagai public figure mengembalikan NU pada tujuan semula yaitu ormas. Misalnya dengan cara:

Pertama selalu berusaha mempererat ukhuwah terutama ukhuwah nahdiyah agar warga NU tidak mudah dipermainkan oleh mereka yang ingin merusak NU. misalnya dengan cara mengadakan kegiatan bersama dengan mengatasnamakan NU bukan kepentingan orang atau golongan tertentu.

Kedua memberi bimbingan keagamaan karena pada dasarnya NU lahir untuk membentengi dan melestarikan paham keagamaan ala ahlussunnah waljamah.

Ketiga selalu memberi contoh yang baik dalam berpolitik agar warganya bisa berfikir dewasa dan selalu menggunakan ahlaqul karimah dalam berpolitik dan berkiprah di politik semata-mata untuk kepentingan NU.

Keempat memberikan pemahaman kepada warganya kalau perbedaan itu sebuah rahmat. Selama perbedaan itu tidak merugikan NU apalagi sampai menghancurkan NU.

Kelima selalu bermusyawarah dalam menentukan kebijakan baik dalam masalah agama, sosial maupun dalam menentukan pemimpin agar nantinya warga NU tidak kebingungan hingga menimbulkan perpecahan. Bukankah NU sejak proses kelahirannya tidak pernah meninggalkan musyawarah?

Keenam memberi gambaran tentang perjuangan ulama NU terdahulu agar warga NU mempunyai loyalitas dan militansi terhadap NU serta memperkenalkan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan oleh ulama NU terdahulu untuk dijadikan rujukan dalam melangkah.

Ketujuh, tidak pernah merasa dirinya paling benar artinya sebagai manusia tentu pernah benar dan tidak menutup kemungkinan pernah salah. Itu sinergi dengan sabda nabi Muhammad SAW. ”Setiap anak Adam pasti berdosa dan paling baiknya orang yang berdosa yaitu bertaubat.”

Jadi di kalangan NU harus selalu membudayakan minta maaf dan memaafkan atas kesalahan yang dilakukan.

(Mahasiswa Fakultas Dakwah IAII)
Selengkapnya...

Raas Meriahkan Malam Penutupan

Setelah mengadakan kegiatan Pelatihan dan Lomba Debat antardesa beberapa hari lalu, maka pada malam Sabtu kemarin, Iksass Rayon Raas memeriahkan malam penutupan dengan beberapa kegiatan. Dalam acara penutupan tersebut, hadir seluruh warga Iksass Rayon Raas dan semua Ketua Rayon senusantara. Demi memeriahkan malam penutupan, masing-masing warga menunjukkan kebolehan dan kemampuan lewat kesenian, diantaranya pencak silat, teatrikal puisi dan lain-lain. Pada malam itu juga, Panitia mengumumkan nama-nama Desa pemenang Lomba Debat dan The Best Three dalam acara pelatihan.

Untuk lomba Debat antar Desa, Desa Poteran sebagai terbaik pertama, sedangkan Desa Kropoh dan Desa Jungkat harus puas diurutan kedua dan ketiga. Untuk peserta terbaik, masing diraih oleh, Afif Sabil, Moh. Ipunk.dan Moh. Joli. Menurut Ketua Panitia kegitan, Sudarsono Alhas, kegitan tersebut bertujuan untuk mencetak kader yang handal serta militan dan siap pakai.

Sementara itu, pada malam Senin kemarin, Formasi kembali mengadakan kegiatan diskusi. Tema yang diambil “Tunangan dalam lintas budaya”. Bertindak sebagai nara sumber, Badrul Ulum dan Moh. Jazuli sebagai moderator. Diskusi yang berlokasi di kantor BEM tersebut akan diadakan setaip malam Senin. (Dar/aaz)
Selengkapnya...

OSIS SMK 1 Ibrahimy Selenggarakan Adventure Zone

Untuk mengisi hari libur, pengurus Osis SMK 1 Ibrahimy menggelar acara “Adventure Zone” selama 3 hari berturut-turut. Kegiatan yang beralokasi didepan kantor Osis SMK itu dijadikan ajang sebagai bentuk evaluasi dari kegiatan sebelumnya. Serta dalam rangka menyambut hari ulang tahun SMK yang ke-26 pada tanggal 30 April nanti.

Menurut rencana, malam penganugerahan yang biasa disebut dengan “Final Inaguration of Actusy” itu akan diajukan pada tanggal 25 April 2010, mengingat terbenturnya dengan kegiatan Haul Pesantren.

Ketua panitia, Desi Aniswati menjelaskan kegiatan yang berlangsung cukup sukses menggelar 3 perlombaan yang wajib diikuti delegasi dari seluruh kelas SMA kelas X dan XI. Di antara lomba tersebuta adalah lomba membuat kartu ucapan Anniversary dengan ukuran besar, lomba romantic dance, dan Lomba Band FIA. (dew)
Selengkapnya...

SMA Ibrahimy Gali Jiwa Kepemimpinan

Osis SMA Ibrahamy Putri, pada hari Senin kemarin menggelar kegiatan Public Opinion Building (POB). Kegiatan tersebut dalam rangka mengisi jam kosong yang bertepatan dengan UN. Kegiatan kali ini dengan tema “The Power Of Gender” sebagai salah satu upaya dalam hal peningkatan dunia kepemimpinan.

Menurut Laitul Khoirin Nisa tujuan kegiatan ini untuk mencari dan mencetak calon pemimpin yang handal serta merealisasikan program kerja Osis SMA Ibrahimy. Orin juga menjelaskan dari terselenggaranya kegiatan ini, siswa mempunyai jiwa kepemimpinan yang dapat memimpin suatu lembaga ataupun sebuah organisasi yang disegani dan disukai oleh bawahan ataupun masyarakat kita. Narasumber kegiatan tersebut adalah Muazni, M.Pd.I (rin)
Selengkapnya...

LPIBA Adakan “Opening Course”

Usai membuka pendaftaran anggota baru pada tanggal 04-11 Maret 2010, serta membuka pendaftaran ulang mulai tanggal 11-18 Maret yang lalu, Sabtu kemarin Lembaga Pengembangan Intensif Bahasa Asing (LPIBA) menggelar acara “Opening Course. Acara yang diselenggarakan Aula putri itu diisi dengan serangkaian acara.

Di antaranya sambutan dari Ketua LPIBA, Deviana Ningsih yang memberikan banyak motivasi dalam mempelajari Inggris dan Arab. Sedangkan Kasubag Pengembangan Bahasa Asing, Ustadzah A’izatul Mustafidah menerangkan sistem pembelajaran LPIBA.

Acara yang diikuti sebanyak 120 orang peserta ini dibuka langsung oleh Kasubag Pengembangan Bahasa. Sebelum tergelarnya Opening Course ini anggota baru LPIBA diikutsertakan test lisan dan test tulis dahulu seputar vocabulary dan tenses untuk bahasa arab begitu juga sebaliknya.

Pada tanggal 13 Maret 2010 sehingga terbentuklah 4 klub untuk Bahasa Inggris orchid, yasmine, boungenville, edelwis dan level II (program lanjutan) sebanyak 111 orang. Untuk Bahasa Arab terdapat 1 club Az-Zahro yang berjumlah 14 orang.
Kegiatan tersebut diakhiri acara untuk para anggota baru LPIBA berupa suguhan buku panduan. Menurut Ketua LPIBA, Devi kursus sudah dimulai mulai tanggal 20 Maret 2010 selama 2 bulan terakhir ini. (she)
Selengkapnya...

SMK Ibrahimy I Gelar Pelatihan Jurnalistik

Osis SMK Ibrahimy I pada hari Senin sampai Jum’at ini menggelar Pelatihan Jurnalistik. Pelatihan tersebut digelar untuk mencari bibit-bibit penulis yang akan dimasukkan di majalah “Sensasi”. Di samping itu, untuk menyiapkan kader yang mampu bersaing di dunia luar.

Menurut ketua panitia, Imam Ma’ruf, pelatihan tersebut diikuti oleh siswa kelas X dan kelas XI. Sedang materi pelatihan Jurnalistik tersebut antara lain: “Pengantar Jurnalistik” dan “Penulisan Feature” yang disampaikan dosen matakuliah “Dasar-dasar Jurnalistik” Fakultas Dakwah, Syamsul A Hasan. “Teknik Wawancara” dan “Teknik Penulisan Berita”, disampaikan oleh Drs. Hasan Fauzi Alco, M.PdI. Sedangkan Agus Surya Winata menyampaikan materi “Teknik Penulisan Profil” dan “Manajemen Penerbitan”.

Setelah materi, peserta pelatihan jurnalistik mengadakan praktik lapangan dan kunjungan ke redaksi Radar Jember. Di Radar peserta diajak untuk mengetahui lebih mendalam tata kerja dunia kewartawanan. Kemudian dilanjutkan dengan melihat percetakan Radar.

Dengan pelatihan tersebut diharapkan mampu menghasilkan tenaga-tenaga yang mumpuni di bidang jurnalistik. Apalagi, beberapa alumnus SMK Ibrahimy banyak yang menjadi wartawan. Di antaranya, dua orang di Radar Banyuwangi dan seorang wartawan di Lombok Pos. (sah)
Selengkapnya...

Dikjar Sosialisasikan UU Lalu Lintas

Kamis kemarin, Bidang Pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah menggelar sosialisasi Undang-Undang Tertib Lalu Lintas. Peserta sosialisasi tersebut para pengurus di lingkungan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah.

Kapolres Situbondo memberikan materi, “Peran Masyarakat terhadap Kamtibmas”. Sedangkan Kasat Lantas memberi materi, “Sosialisasi Undang-Undang Lalu Lintas”. Sementara itu, wakil pengasuh bidang ilmiyah, KH. Afifuddin Muhajir menyampaikan makalah tentang pandangan agama terhadap peraturan lalu lintas. (sah)
Selengkapnya...

AMIK Kunjungi Malang

BEM Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (Amik) Ibrahimy putri, Kamis kemarin mengadakan kegiatan Study Comperative di Malang. Kunjungan tersebut diikuti 43 mahasiswi Amik Ibrahimy. Sedang tempat Study Comperative adalah UIN Malang, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kanjuruhan, dan Poltek.

Menurut ketua pelaksana, Ifa Maulana kunjungan tersebut bertujuan untuk mendapatkan perbandingan yang nyata untuk kemajuan di lingkungan Amik Ibrahimy.

Sementara itu BEM Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (Amik) Ibrahimy putra, pada kamis dan Jum’at mendatang mengadakan kunjungan ke Stimata, Kanjuruhan, dan Dieng Scuarce Malang. (sah)
Selengkapnya...

Syariah Adakan Advokasi

BEM Fakultas Syariah IAII pada hari Kamis dan Jum’at ini menggelar Pelatihan Advokasi dan Praktik Peradilan Semu. Peserta pelatihan ini sebanyak 81 mahasiswa Fakultas Syariah. Sedang narasumbernya, H. Ach. Cholily Setyabudi, SH dengan materi “Administrasi Pengadilan Agama dan Negeri”, Ach. Fadlail, SH dengan materi, “Manajemen Advokasi dan Hukum Acara Persidangan”, Muhammad Jupri, SH dengan materi “Yurisprudensi”, Drs. Nur Chozin, SH.MH dengan materi, “Hukum Acara Perdata dan Tata Cara Persidangan”, dan “Praktik Pengadilan Semu”.

Menurut ketua panitia pelaksana, Zainur Rosyid, tujuan kegiatan ini adalah agar mahasiswa mampu menguasai dan memahami teori hukum, agar mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan sebagai pengembang profesi hukum. Acara pelatihan tersebut diakhiri dengan kunjungan ke pengadilan negeri Situbondo. (sah)
Selengkapnya...

Tarbiyah Rintis Pendidikan Masa Depan

BEM Fakultas Tarbiyah IAII mulai Jum’at ini mengadakan Bina Sekolah di MI, SMP, dan SMK Khamas Kertosari Asembagus. Bina Sekolah kali ini dengan tema, “Merintis Pendidikan Ideal Masa Depan”. Kegiatan ini diikuti oleh 150 mahasiswa Fakultas Tarbiyah.

Menurut ketua panitia, Ali Ahmad, tujuan bina sekolah tersebut adalah mengembangkan potensi mahasiswa dalam pendidikan, menumbuhkan sifat kepedulian mahasiswa terhadap lembaga pendidikan, mencetak mahasiswa berjiwa pendidik, dan menanamkan nilai-nilai pendidikan dalam diri mahasiswa.

Kegiatan Bina Sekolah ini berbentuk pembinaan dan pengaplikasian materi serta metode pembelajaran dan dialog atau pengajian. Dialog tersebut diantaranya dialog tentang peranan pendidikan terhadap perilaku remaja yang disampaikan Dekan Fakultas Tarbiyah, Moh. Minhaji, M.PdI, dialog Fiqh Ibadah yang disampaikan Ustadz Mustofa, SIF, dan dialog “Adakah Pacaran dalam Islam” oleh Ustadz Manshur Arif. (sah)
Selengkapnya...

Asrama Bahasa Perketat Bahasa Asing

Akhir-akhir ini Asrama Bahasa sedang gencar-gencarnya memperketat penggunaan bahasa asing. Sudah kurang lebih 3 minggu pada awal bulan Maret yang lalu Asrama Bahasa perketat kebahasaan anggotanya. Bahkan jika beraktifitas diluar pondok pun harus menggunakan bahasa asing sesama anggota Asrama Bahasa. Sehingga dalam kurun waktu 24 jam mereka wajib menggunakan bahasa asing.

Menurut Kepala Daerah Asrama Bahasa, Susilowati tujuan diperketatnya penggunaan bahasa asing ini tidak lain adalah untuk menambah sistem kebahasaan Asrama Bahasa serta menumbuhkan rasa kedisiplinan dalam berbahasa asing.

Sanksi pun telah dijalankan jauh-jauh sebelumnya bagi mereka yang lalai menggunakan bahasa asing dimanapun berada selama 24 jam. Sanksi disini terdapat IV Level. Level I jika ngomong bahasa selain Arab dan Inggris satu kali akan disanksi hafalan vocab yang belum diketahui sebelumnya sebanyak 20 vocabulary. Level II jika melanggar lagi akan mempresentasikan artikel bahasa Inggris. Level III jika cerita menggunakan selain bahasa asing akan mempresentasikan hotnews yang ada di dunia serta menyapu didepan halaman pesantren dengan memakai plang Language Breaker. Dan Level IV jika melanggar lagi akan terkena sanksi diserahkan kepada Kepala Daerah Asrama Bahasa.

Program BP Asrama Bahasa ini sebelumnya sudah banyak menyanksi anggota asrama bahasa yang melanggar berbahasa asing Arab dan Inggris. Lain halnya dengan pengurus asrama bahasa yang sekali melanggar saja akan langsung diberikan sanksi pada Level III yakni mempresentasikan hotnews yang ada di dunia serta menyapu di depan halaman pesantren dengan memakai plang Language Breaker. (she)
Selengkapnya...

Rahmat, Pemenang Penulisan Website Nasional



“Kadang-kadang menyebalkan, agak kegila-gilaan, namun mengagumkan!” Barangkali, kalimat itulah yang pas menggambarkan sosok Ratmat Saputra.

Di mata teman-temannya, perilaku Rahmat --sapaan akrabnya-- kerap agak nyeleneh. Namun justru dengan kenyelenehan itulah kerap tersembunyi kekuatan yang mengagumkan. Kini, ia membuktikan hal itu.

Awal Maret lalu, Rahmat menjadi pemenang pertama dalam kompetisi penulisan website/blog tingkat nasional yang diselenggarakan harian Kompas. Kompetensi Muda Creativity Kompas (KFC) itu diikuti ratusan kawula muda, khususnya pelajar dan mahasiswa se-Indonesia. Jurinya pun tak sembarangan; yaitu Redaksi Kompas MuDa dan desain grafis Kompas.

Rahmat harus bersaing dengan ratusan mahasiswa perguruan tinggi lainnya. Ia mampu menaklukkan mereka. Termasuk Febrian Shandy, mahasiswa Sistem Jaringan, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, yang “hanya” mampu sebagai juara III. Padahal, Rahmat “hanyalah” mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy.

Namun, barangkali, justru dengan menjadi mahasiswa Fakultas Dakwah IAII itulah Rahmat berhasil menjadi pemenangnya. Rahmat berhasil memadukan unsur bobot kepenulisan, desain yang menarik, dan search engine optimization (SEO), sebagaimana yang diinginkan panitia. Dan sebagian ilmu itu, ia peroleh di bangku perkuliahan. Karena di Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy, Rahmat diajari berbagai macam matakuliah ilmu jurnalistik dan multimedia. Matakuliah multimedia di Fakultas Dakwah, misalnya: Desain Website, Animasi Komputer, dan Desain Komunikasi Visual.

Kemudian ilmu jurnalistik dan multimedia itu, ia praktikkan di website. Rahmatlah yang mempelopori website majalah online mahasiswa pertama di Jawa Timur, yaitu Orator Megazine. Ia juga mengelola www.saputraonline.com yang mengantarkannya sebagai pemenang website tingkat nasional.

Penilaian yang dilakukan tim juri terhadap website peserta KFC dalam rentang bulan Oktober 2009 sampai Februari 2010. Tema kompetisi kali ini, “Bangga Indonesia.” Unsur penilaian yang dipatok panitia adalah bobot kepenulisan, desain yang menarik, dan SEO. Pesan yang ingin disampaikan panitia kompetisi web adalah selain menulis yang baik, peserta juga harus bersosialisasi di forum-forum internet agar tulisannya diindeks oleh Google dan banyak dikunjungi orang.

Menurut panitia lomba --sebagaimana dilansir Kompas, 3 Maret 2010-- ciri khas kompetisi berbasis CEO adalah kompetisi di tingkat mesin pencari akan terus dicari anak-anak muda yang suka tantangan CEO. Kompetisi ini juga mengandung unsur kualitas tulisan dan desain. Dengan demikian kompetisi ini unik dan jarang diadakan di Indonesia.

Putra kelahiran Meulaboh Aceh, 1 Januari 1990 ini mengaku senang menjadi pemenang kompetisi penulisan website. Karena saingannya cukup ketat. Sebagai seorang santri dan mahasiswa, ia mengaku mempunyai idealisme yang tinggi untuk berubah, untuk melakukan yang terbaik, dan menghadapi tantangan yang berat. Bahkan sebelum Obama mempopulerkan ungkapan, “Yes we can”, ia berusaha terlebih dulu menerapkannya. “Tentu, tetap berlandaskan sifat kesantrian,” imbuhnya.

Menurut Rahmat, berbagai pikiran nyeleneh, ide-ide yang tak terpikirkan orang, dan mimpi-mimpi yang dulunya mustahil untuk diwujudkan, semua itu sebenarnya serba mungkin dan serba bisa dengan kata: “Ya, kita bisa!”.

Dengan prinsip itulah Rahmat kemudian ikut ajang kompetisi. Dan akhirnya, ia menjadi pemenang. “Ini membuktikan bahwa mahasiswa Fakultas Dakwah IAII mampu berbicara di tingkat nasional,” imbuhnya bangga. (syamsul a hasan)
Selengkapnya...

• Beberapa “Kekeliruan” tentang Angka Haul Almarhumain (II)

Antara Tanggal Kewafatan dan Tanggal Peringatan Haul


Oleh: Syamsul A. Hasan


Lalu bagaimana dengan Kiai As’ad? Kiai As’ad wafat hari Sabtu, 13 Muharram 1411 atau tgl 4 Agustus 1990. Dengan demikian, pada acara Haul Almarhumain nanti, Kiai As’ad wafat sudah 20 tahun, 5 bulan. Sedangkan haulnya, yang ke-19 bukan ke-20!

Namun mengapa haul terjadi setiap tgl 17 Jumadil Ula? Sampai saat ini, saya tidak mengetahui alasan yang tepat. Saya pun belum mengetahui, kapan pertama kali haul ini diselenggarakan.

Kalau kita baca lagi buku Kharisma Kiai As’ad, ternyata ketika Kiai Syamsul wafat, Kiai As’ad tidak ada di Pondok Sukorejo. Beliau sedang dalam persembunyian di Madura. Beliau bersembunyi dari kejaran penguasa karena difitnah. Beliau difitnah menyebarkan minyak babi kepada para santrinya. Kiai As’ad juga diisukan mengadakan gerakan di bawah tanah dan pengikut DI/TII. Lima hari kemudian, Lurah Pesantren, Kiai Chudlory datang ke Madura untuk memberitahu berita wafatnya Kiai Syamsul itu kepada Kiai As’ad.

Kembali, kepada masalah haul. Mengapa haul diselenggarakan pada tanggal 17 bukan tanggal 17 Jumadil Ula? Padahal, Kiai Syamsul wafat pada tanggal 27 Jumadil Ula.

Analisis saya: Pertama, barangkali para penggagas haul terdahulu tidak terlalu ingat tanggal wafatnya Kiai Syamsul. Mereka hanya ingat angka “7”.

Kedua, para penggagas haul memang sengaja memperingati haul pada tgl 17 Jumadil Ula bukan pada tanggal 27 Jumadil Ula, yang bertepatan dengan hari kewafatan Kiai As’ad. Jadi, harus dibedakan antara tanggal kewafatan Kiai Syamsul dan tanggal peringatan haul. Barangkali, alasan inilah yang paling tepat.

Berdasar ulasan di atas, saya berharap kepada panitia haul agar mengubah angka haul yang keliru, selisih setahun. Pada tahun ini, haul ke-60 (bukan ke-61) Kiai Syamsul Arifin dan haul ke-19 (bukan ke-20) Kiai As’ad. Begitu pula, tulisan yang benar: haul ke-19 KHR. As’ad Syamsul Arifin, bukan haul KHR. As’ad Syamsul Arifin ke-19. (Sebab yang ke-19 itu haulnya ataukah Kiai As’adnya?)

Saya juga berharap kepada perancang kalender Pesantren Sukorejo, agar pada tanggal 27 Jumadil Ula 1370 dicatat sebagai hari wafatnya Kiai Syamsul. Sedangkan pada tgl 17 Jumadil Ula dicatat sebagai hari peringatan haul Kiai Syamsul.

Semoga, tulisan saya ini berguna bagi kita, terutama para peminat sejarah Pesantren Sukorejo. Amin.
Selengkapnya...

Syukur



Oleh: Riska Rismaya

Setiap manusia seharusnya selalu mengingat nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Nikmat yang ada di bumi dan seisinya telah disediakan Allah sebagai kelengkapan dan pelengkapan ciptaan-Nya. Air, tanah, udara dan semesta alam dengan penuh kasih dan sayangnya mengapa kehadiran kita didunia atas perintah-Nya, belum lagi kelengkapan anggota badan, sehingga kita dengan mudah menjalankan tugas sebagai khalifah dibumu. Disadari atau tidak, apa yang ada pada diri manusia, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah nikmat yang telah diberikan Allah dan merupakan anugerah yang tiada tara nilainya.
“Karena itu ingatlah kamu kepada-ku. Niscaya Aku ingat kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-ku dan jangan kamu mengingkari-ku” (QS. Al-Baqarah: 152)

Bersyukur pada hakekatnya merupakan konsekuensi logis bagi seseorang makhluk seperti manusia kepada Allah, sebagai Tuhan yang telah menciptakan dan melimpahkan berbagai nimat. Namun, kerap sekali makhluknya terlupa bahkan melupakan-Nya.

Pada umumnya ada 3 hal yang sering membuat kita tidak bersyukur. Pertama kita sering memusatkan diri pada apa yang kita inginkan bukan pada apa yang kita miliki. Hal ini terjadi karena kita salah dalam melakukan penilaian. Kita sering mengukur suatu nikmat dari Allah dengan ukuran diri sendiri, artinya jika keinginan dipenuhi, maka ia kan mudah bersyukur sebaliknya jika belum dikabulkan, maka ia enggan untuk bersyukur.

Kedua, selalu melihat kepada orang lain yang diberikan lebih banyak nikmat, perilaku ini hanya menyuburkan rasa iri, hasud dan dengki kepada orang lain. Cobalah untuk melihat orang yang kurang beruntung, banyak disekitar kita yang tak bisa menikmati indahnya pandangan dunia, bahkan ada yang takbisa hanya untuk sekedar berjalan. Tidak jarang kita merasa orang lain lebih beruntung, kemanapun kita pergi, selalu ada yanglebih pandai, lebih tampan, lebih cantik dan lebih segalanyaaa dari kita. Rasullah menagajarkan “apabila seseorang diantara kamu melihat orang yang dilebihkan Allah dalam hal harta benda dan bentuk rupa, maka hendaklah ia melihat kepada orang-orang yang lebih rendah daripadanya”.

Ketiga, menganggap apa yang dimilki adalah hasil usaha sendiri, perilaku ini menumbuhkan sifat kikir, sombong dan melupakan Allah sebagai pemberi nikmat tersebut, padahal tidak ada satu nikmat pun yang dating dengan sendirinya. Melainkan Allah yang telah mengatur semuanya, kini mumpung Allah masih memberikan waktu, satu-satunya cara yang harus kita lakukan adalah mensyukuri semua nikmatnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bukankah Sang Maha Pencipta telah berfirman:

“Bersyukurlah kepadaku maka Ak akan tambahkan nikmat-ku dan janganlah kufur (congkak/sombong) karena siksaku teramat pedih”.

Pertanyaannya, dengan apa kita harus mewujudkan rasa syukur itu?

Adapun manifestasi dari rasa syukur itu adalah: Pertama, hendaklah tertib menjalankan ibadah sebagai bagian terima kasih kita kepada Sang Pencipta, bukan lagi sebagai suatu yang membebani hidup kita, justru sebaliknya tetapi sangat mudah dan sangat murahnya, hanya dengan ketaatan, ketertiban dan kekhusyu’an ibadah.

Kedua, tekun belajar bukan lagi beban karena disuruh oleh orang tua, guru atau siapa pun, tetapi tekun belajar karena kita bersyukur atas anugerah otak yang telah diberikan kepada kita. Berprestasi dalam pendidikan adalah jawaban dari rasa terima kasih kita atas anugerah otak apabila kita tidak mengoptimalkan pengguna otak dengan tekun belajar, maka sang pencipta akan menghinakan kita baik didunia maupun diakhirat.

Sebelum semua terlambat marilah kita mengubah polah pikir tingkah laku dan amal perbuatan kita dengan bersyukur kepada Sang Pencipta agar kita dimuliakan saat hidup didunia dan dimuliakan ketika menghadap-Nya. Sebagaimana janji Sang Pencipta: “Allah akan meninggikan orang yang beriman dantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ” (Q.S. 58: 11)

Semoga kita semua termasuk diantaranya Amin…nah, selagi ada waktu yang diberikan oleh-Nya, sudahkah kita mensyukuri semua nikmat-Nya?

(Ka. Iksass Rayon Jember 2009-2010)
Selengkapnya...

Aktivis Dakwah Kampus dalam Menjawab Tantangan Dakwah Kedepan


Oleh: Yakut Datul Hamroh

Dakwah adalah kewajiban asasi bagi setiap muslim yang harus senantiasa ditegakkan, dimantapkan, ditata gerakkan kelembagaannya baik syi’ar dan keberadaannya. Dalam tatanan pembinaan masyarakat terutama mahasiswa. Dakwah menjadi semakin penting mengingat kampus adalah tempat kuliah dan penyiapan kader ummat pada kondisi ini. Fakultas Dakwah diharapkan dapat memberikan tuntutan bagi mahasiswa dalam mencapai sebuah cita-cita. Mempunyai keberpihakkan tinggi dalam terhadap nilai-nilai Allahiyah, peka sosial atas masalah ummat dan professional dalam bidang yang ditekuni. Kader seperti inilah yang akan membawa kearah masyarakat tauhid, adil, makmur dan dapat membawa masyarakat sejahtera.

Dalam kampus semakin menjadi suatu fenomena menarik untuk diperhatikan dengan segala dinamika keaktifitasannya yang memang berbeda dari yang lain aktifitas Dakwah lebih menentang, dengan demikian seharusnya aktivis Dakwah Kampus terus-menerus menjalankan agendanya seperti daurah, halaqah, minotoring, kajian sosial sampai pada aksi-aksi keummatan. Jangan khawatir untuk mahasiswa dakwah yang minoritas buktikan kalau aktivis dakwah berkualitas. Meskipun ada asumsi dikalangan mahasiswa, siapa yang aktif dalam kampusnya lebih-lebih ia termasuk mahasiswa yang minoritas maka nilai akademiknya akan keteteran . ini jelas keliru apakah kita tidak pernah tahu istilah “dakwah sekolah” atau “dakwah kampus?”. Yang aktif didalamnya disebut aktivis dakwah sekolah dan aktivis dakwah kampus, selain kuliah mereka juga berdakwah (berorganisasi) dengan cara memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada tempat praktikum dan lembaga organisasi.

Apakah aktivis dakwah yang mereka lakukan bisa mempengaruhi nilai akademik? Jawabannya “iya”. Dengan menjadi aktivis mereka tambah kritis, peka terhadap perubahan. Karena mereka dituntut bisa me-manage, sehingga mereka menjadi orang-orang yang selalu bisa memanfaatkan waktu antara fokus pelajaran dan fokus dakwah (organisasi dakwah). Aktivis dakwah kampus pada dasarnya sama dengan lainnya sama-sama diciptakan sebagai khalifah di bumi. Ada beberapa solusi agar organisasi dakwah dan kuliah berjalan seiringan.
Pertama : memiliki managemen waktu, ketika menyinergikan kuliah dan organisasi harus memanage waktu dengan baik. Dengan begitu tidak ada kegiatan kuliah dengan organisasi.
Kedua : memilki skala prioritas terhadap kegiatan. Gunanya ketika ada dua kegiatan dalam waktu sama, ini terjadi biasanya karena ada kegiatan belum terjadwal baik atau sebelumnya belum pernah terjadwal, maka jika begitu bisa melihat apakah kegiatan itu penting atau tidak, jika tidak bisa diabaikan. Jika tidak bisa diabaikan. Jika sama-sama penting ambil salah satunya.
Ketiga : optimalisasi peran baik organisasi dakwah atau kuliah, ini penting agar kegiatan yang kita ikuti tidak sia-sia. Artinya saat kuliah kita betul-betul kuliah, dan saat berdakwah (berorganisasi) kita betul-betul berdakwah seperti dalam hadits yang artinya “Allah menyukai hamba-Nya yang memilih sebuah pekerjaan dan menekuninya”.
(Penasehat Iksass Rayon Bangkalan)
Selengkapnya...

BEM Dakwah Lintasi Daerah Randu Agung


Sehubungan dengan manajemen dakwah yang diterapkan, tidaklah sekedar mengarah pada dakwah melalui mimbar saja, dakwah bil lisan, tetapi juga harus mengacu pada dakwah bil hal atau dakwah dalam praktek keseharian. Karena sesungguhnya Lisanul hal afshahu min lisan al-maqal. Berangkat dari hal itulah BEM Dakwah Putri tergerak untuk mengadakan kegiatan Lintas Dakwah yang beralokasi di Desa Randu Agung, Banyuputih dengan mengusung tema “Syi’ar Dakwah Wujudkan Agen Mujahadah”

Mulai Hari Sabtu kemarin, BEM Fakultas Dakwah Putri menggelar kegiatan itu dengan berbagai dialog keagamaan mulai dari materi Thaharah, Shalat, Tajhizul Mayit sampai Fiqh Nisa’. Para Nara Sumber pun tidak asing lagi di mata santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Nara Sumber Thaharah & Shalat, Ustadz Sukandi. Materi itu disampaikan kepada ibu-ibu anggota Fatayat. Lalu disusul dengan Materi Tajhizul Mayit dibawakan oleh Ustdzah Fatimah Adra’i. Begitu pula dengan Ustadz Anwarruddin Rahmat yang membawa materi Fiqh Nisa’.

Kegiatan yang bertujuan untuk mendewasakan Mahasiswi Fakultas Dakwah dalam hal berfikir itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. Menurut salah seorang Ibu Muslimat Desa Randu Agung, selama ada mahasiswi yang mengadakan kegiatan didaerahnya, baru kali ini ada mahasiswi yang mau mengadakan dialog tentang materi pengurusan mayat. Menurut Rencana Pada Hari Jum’at akan digelar Bakti Sosial. Mahasiswa akan mengajak seluruh Penduduk Desa untuk membuat Desa mereka asri dengan mengadakan kegiatan Penghijauan Lingkungan. (She)
Selengkapnya...

Banteng Jelajahi Teknologi

Pada Malam Selasa kemarin, Sub Rayon Banyuwangi Tengah mengadakan Pelatihan Ilmu Pengetahuan Tehnologi (Iptek). Acara yang berlokasi di Madrasah Sebelah Selatan Masjid itu berlangsung selama empat malam, dari Malam Selasa sampai Malam Jum'at.

Untuk malam pertama, mereka mengadakan pembukaan yang kemudian penyampaian materi tentang pengenalan tehnolgi yang disampaikan oleh Zaehol Fatah, S.Kom. Kemudian pada Malam Rabu penyampain materi tentang pemahaman internet yang disampaikan oleh H. Muyassir, S. Kom. Evaluasi dari kegiatan tersebut berlangsung pada Malam Kamis yang dirangkaikan dengan pengumuman peserta terbaik satu, dua dan tiga. Tentang penilaian peserta terbaik ini, sistem penilaiannya akan dilihat dari keaktifan dan pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan. Manual acara selanjutnya penutupan yang dilanjutkan dengan pembagian hadiah bagi peserta terbaik yang berlangung pada Malam Jum'at.

Kegiatan yang dikhususkan untuk semua warga Rayon Banyuwangi ini adalah program kerja dari Departemen SDM Iksass Sub Rayon Banyuwangi Tengah (Banteng). Koordinator Departemen SDM, Is'adurrofiq mengatakan, bahwa tujuan dari kegiatan ini untuk mengembangkan pengetahuan tentang tehnologi, karena menurutnya, pada zaman yang modern ini semua orang harus paham tentang tehnologi, terutama tentang tehnologi komputer dan internet. Bagi yang mengikuti kegitan tersebut akan mendapatkan Fasilitas berupa sertifikat dari panitia.(Aaz)
Selengkapnya...

Raas Siapkan Kader, Loteng Rancang Buletin

Pada malam Rabu kemarin, semua pengurusan inti Rayon Iksass Raas mengadakan pertemuan. Dalam rapat tersebut mereka membahas tentang tindak lanjut kegiatan yang telah disepakati pada waktu Rapat Kerja. Kegiatan yang akan mereka helat dari hasil rapat tersebut adalah pelatihan keorganisasian dan Administrasi. Sudarsono Alhas selaku Koordinator Departemen kaderisasi terpilih sebagai Ketua Panitia dalam kegiatan itu.

Terkait dengan kegiatan ini, Sudarsono mengaharapkan, agar semua panitia dan Pengurus Iksass selalu menjalin kekompakan. Ia juga mengharap dukungan dari semua warga Rayon Raas. Karena tanpa kekompakan dan dukungan dari semua warga, kegiatan itu tidak akan bisa maksimal seperti yang diharapkan. Pelatihan yang bertujuan untuk mempersiapkan kader-kader handal dan militan itu akan diadakan pada tanggal 16 sampai tanggal 19 Maret mendatang.

Pada malam yang sama, warga Sub Rayon Lombok Tengah juga mengadakan pertemuan. Rapat yang berlokasi di Kamar Sunan Gunung Jati Nomor 18 itu membahas tentang Buletin. Buletin yang diberi nama Nurul Wustha itu akan terbit satu kali dalam satu bulan. Dewan Penasehat Sub Rayon Loteng, Zamroni mengahimbau, demi eksisnya buletin ini semua warga diharapkan untuk menyetorkan karya tulisnya, baik dalam bentuk opini, puisi maupun cerpen. Untuk terbitan pertama, kolom opini akan membahas "Wanita Idaman Dalam Islam" . Hal itu merupakan intisari dari hasil diskusi yang yang bertemakan "Wanita Sholehah" dengan Nara Sumber Ustadz Zamroni. (Aaz)

Selengkapnya...

Mubes Iksass di PP Darul Hikmah Jember

Suasana Sidang Komisi

Stand Buku

Sponsor Mubes Buka Stand (1)


Sponsor Mubes Buka Stand (2)

Spanduk Mubes VIII

Redaktur senior Radar Jember Shodiq Syarif bersama Muhyidin Khotib

Pintu gerbang ke area Mubes Iksass

Peserta Mubes Mengikuti LPJ

Peserta Mubes hidmat mengikuti acara hingga tuntas

Peserta Mubes dihibur Al-Badar

Peserta dapat jatah kopi dari panitia

Penutupan Mubes sekaligus maulid Nabi SAW

Panggung penutupan Mubes Iksass ke VIII

Kiai Fawaid menutup acara Mubes

Masyarakat ikut penutupan Mubes

Kiai Fawaid memberikan cinderamata kepada Menteri PDT Hilmi Faisol Zaini

Kiai Afif memberikan pengarahan sebagai bahan rekomendasi Iksass

KH Nasihin, pengasuh PP Darul Hikmah Jember

Kepala Depag Jember berkunjung ke area Mubes

Suasana sidang-sidang di acara Mubes Iksass

Hiasan panggung penutupan Mubes


Ngopi dulu, ah.... (1)

Ngopi dulu, ah.... (2)

Area Mubes Iksass VIII di Jember
Selengkapnya...

Beberapa “Kekeliruan” tentang Angka Haul Almarhumain (I)


Perbedaan Tanggal Wafatnya Kiai Syamsul

Oleh: Syamsul A. Hasan

Barangkali, sebagian orang menyepelekan sebuah angka. Apalah arti sebuah angka! Namun sebagian yang lain, menganggap penting suatu angka. Bahkan angka dianggap sebagai suatu keberuntungan dan pembawa rezeki.

Saya, termasuk orang yang menganggap penting suatu angka. Apalagi kalau angka tersebut berkaitan dengan perjalanan Pondok Sukorejo. Barangkali, karena saya termasuk santri yang senang menulis sejarah pesantren ini.

Sebagai “penulis” sejarah dan orang yang terjun di dunia jurnalistik, saya harus bersikap skeptis. Skeptis merupakan sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu.

Lalu apakah benar, pada haul tgl 17 Jumadil Ula nanti merupakan haul ke-61 KHR. Syamsul Arifin? Sebelum menjawab itu, kita harus mengetahui dulu, kapan Kiai Syamsul meninggal dunia.

Paling tidak, jawabannya, ada tiga sumber. Pertama, menurut buku KH. Dhofier Munawwar, Leluhur KHR. As’ad Syamsul Arifin, Kiai Syamsul wafat tgl 5 Maret 1951.

Kedua, menurut catatan mantan Lurah Pesantren Sukorejo, KH. Chudlory, Kiai Syamsul wafat sekitar jam satu siang, hari Senin tgl 27 Jumadil Akhir 1370 atau 5 Maret 1951. (lihat buku Kharisma Kiai As’ad, hlm.140)

Ketiga, menurut Kalender 2010 yang diterbitkan pesantren kita, Kiai Syamsul wafat tgl 17 Jumadil Ula 1370 H.

Mari, kita ulas. Benarkah Kiai Syamsul wafat tgl 17 Jumadil Ula 1370 H, sebagaimana tertulis dalam kalender pesantren? Kalau Kiai Syamsul wafat tgl 17 Jumadil Ula 1370 H, berarti beliau wafat pada Sabtu, 24 Februari 1951. Ini hasil penelusuran saya melalui program “Kalender Hijrah versi 1.5”. Atau, mundur sehari, Jum’at 23 Februari 1951. (Hij Cal v 1.4/www.divineislam.com)

Saya tidak mengetahui, sumber pengambilan yang menjadi pijakan penulisan dalam kalender tersebut. Saya menduga, si pembuat kalender itu “mencuplik setengah hati” dari tulisan Kiai Chudory dalam buku Kharisma Kiai As’ad. Kiai Chudory menulis Kiai Syamsul wafat tgl 27 Jumadil Akhir 1370 atau 5 Maret 1951. Karena haul selama ini berjalan setiap tgl 17 Jumadil Ula, maka ditulislah 17 Jumadil Ula 1370 H!

Dengan demikian tulisan dalam kalender itu, berarti bertentangan dengan buku Kiai Dhofier dan Catatan Kiai Chudlory. Dari segi tingkat “kepercayaan” sumber data, saya lebih mempercayai keterangan Kiai Dhofier dan Kiai Chudlory. Karena kedua beliau tersebut, orang yang “nututi” Kiai Syamsul dan jabatannya saat itu cukup penting.

Kiai Dhofier dan Kiai Chudory menulis Kiai Syamsul wafat tgl 5 Maret 1951. Hanya saja, Kiai Chudory merinci lagi: Kiai Syamsul wafat sekitar jam satu siang, hari Senin tgl 27 Jumadil Akhir 1370 H. Bahkan Kiai Chudory menulis: Kiai Syamsul pada hari Sabtu 3 Maret 1951 menyuruh beliau dan Kiai Zainal Abidin menggali kuburan, arah barat, 15 meter dari masjid.

Sepintas, tulisan Kiai Chudory tersebut “melengkapi” buku Kiai Dhofier yang amat ringkas tersebut. Sepertinya, tidak ada yang keliru dengan data itu. Saya pun ketika menulis buku “Kharisma Kiai As’ad”, mengutip begitu saja tanpa mencek lagi. (Lagi pula, hal itu, bukan fokus yang saya kaji).

Namun setelah saya teliti lagi, ternyata Kiai Chudlory keliru dalam penyebutan bulan. Yang benar, bulan Jumadil Ula bukan Jumadil Akhir. Soal tanggal memang terjadi perselisihan. Pertama, tgl 26 Jumadil Ula (lihat: 10000 year hijri calender 3.5; http://www.islamicfinder.org/athanDownload.php; http://www.oriold.uzh.ch/static/hegira.html). Kedua, tgl 27 Jumadil Ula (lihat Hij Cal v 1.4/www.divineislam.com). Tgl 27 inilah yang digunakan Kiai Chudlory.

Dengan merujuk kepada kedua data “terpercaya” tersebut, berarti Kiai Syamsul wafat hari Senin, tgl 5 Maret 1951 yang bertepatan dengan tanggal 27 Jumadil Ula 1370 H. Dengan demikian, pada bulan Jumadil Ula mendatang, Kiai Syamsul wafat tepat 61 tahun. Sedangkan haulnya, berarti yang ke-60.
Selengkapnya...

Hasil Rekomendasi Mubes VIII Iksass (1)


RUU Nikah Sirri Harus Dipahami Secara Konprehensif

RUU tentang ancaman pidana bagi pelaku nikah sirri, harus dikaji lebih mendalam, seksama, dan dilihat dari beberapa aspek. Tidak semua pelaku nikah sirri bermaksud lari dari tanggung jawab, akan tetapi karena persoalan teknis atau karena kondisi ekonomi. Seperti rumit dan ruwetnya prosedur pencatatan nikah dan mahalnya biaya mengurus pencatatan nikah. Di samping itu, RUU tersebut perlu disosialisasikan terlabih dahulu sebelum ditetapkan menjadi undang-undang.

Demikian salah satu pokok-pokok pikiran dan rekomendasi Mubes VIII Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafi’iyah (Iksass) di Pondok Pesantren Darul Hikmah Kranjingan Sumbersari Jember, 27 Februari – 1 Maret 2010.

Menyikapi RUU nikah sirri, tidak boleh secara parsial tapi harus memperhatikan kondisi masyarakat dan kesiapan pemerintah itu sendiri. Pemerintah harus mempermudah dalam melakukan pencatatan nikah dan menggratiskan proses pengurusan akte nikah. Begitu pula, perzinahan harus diperketat dan disanksi terlebih dahulu sebelum menerapkan ancaman pidana bagi pelaku nikah sirri. Kemudian orang yang melakukan nikah sirri hendaknya ditindak secara bertahap.

Pada saat pengarahan kepada peserta Mubes, wakil pengasuh bidang ilmiah, KH. Drs. Afifuddin Muhajir, M. Ag berpendapat bahwa nikah sirri yang dimaksud di dalam kitab kuning dan RUU nikah sirri tersebut berbeda. Dalam RUU tersebut nikah sirri yaitu nikah yang tidak dicatat di KUA atau kantor catatan sipil. Sedangkan di dalam kitab kuning terjadi beberapa pendapat.

Menurut kalangan Hanfiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah yang dimaksud nikah sirri adalah suatu pernikahan yang tidak melibatkan wali dan dua orang saksi. “Dengan demikian, suatu pernikahan yang dihadiri wali dan dua orang saksi --sekalipun tidak dicatat di KUA atau kantor pencatatan sipil-- maka pernikahan tersebut bukan dikatakan nikah sirri,” imbuhnya.

Dalam penelusuran Kiai Afif, Imam Malik memberikan dua penafsiran tentang nikah sirri. Pertama, suatu pernikahan yang wali, saksi, dan dua mempelai bersepakat menyembunyikan perkawinannya. Kedua, perkawinan yang wali dan dua mempelai sepakat merahasiakannya. Dengan demikian, pernikahan yang sengaja dirahasiakan, sekalipun telah dihadiri dua saksi dan wali, maka perkawinan itu disebut nikah sirri. “Jadi nikah sirri dalam perspektif kitab kuning, tidak ada kaitannya dengan masalah pencatatan,” ujarnya.

Menurut pengamatan Kiai Afif, pertimbangan untuk mencatatkan nikah di KUA atau kantor pencatatan sipil untuk menolak mafsadah dan mendatangkan maslahat. Yaitu untuk melindungi hak perempuan dan anak, mengokohkan tanggung jawab suami, dan sebagai pembuktian hubungan nasab dan waris.

Aturan negara yang mewajibkan mencatat akad nikah, secara implisit, menurut Kiai Afif, sesungguhnya merupakan aturan pelarangan nikah sirri. Kemudian, bolehkah negara melalui hukum positif (qanun wadl’iy) mewajibkan sesuatu yang menurut hukum syar’iy tidak wajib; seperti nikah sirri? Menurut Kiai Afif, boleh jika regulasi itu mengandung maslahat. “Maslahat semacam ini dalam istilah ushul fiqh disebut maslahah mursalah,” imbuhnya.

Lalu, bolehkah negara melarang sesuatu yang menurut hukum syar’iy tidak dilarang seperti nikah sirri? Menurut Kiai Afif, boleh jika sesuatu itu mendatangkan mafsadah (kerusakan). Bahkan negara wajib melarangnya apabila diyakini atau diduga kuat akan mendatangkan kerusakan. Dalam ushul fiqh, hal ini disebut saddu al-dzara’ah.

Namun demikian, hemat Kiai Afif, tidak semua nikah sirri berpotensi mendatangkan mafsadah. Para pelaku nikah sirri, tidak semuanya karena lari dari tanggung jawab. Misalnya karena persoalan teknis dan keadaan ekonomi mereka yang tidak mampu membayar administrasi pencatatan pernikahan. (sah)
Selengkapnya...

Maulid Nabi Bertabur Hadiah

Usai sudah perlombaan dari berbagai bidang. Malam Sabtu kemarin, KHR. Fawaid memberikan penghargaan kepada para pemenang. Para pemenangnya antara lain, lomba hafalan surat-surat pendek dan do’a sehari-hari diraih Ach. Nasirullah dan Abqoriyin Khusnul Inayah, lomba hafalan aqidatul awam diraih Kholifatus Sa’diyah, lomba hafalan do’a dan surat-surat pendek serta Fashion disabet Fara Adila Al-Aluf dan Arina Fardisal Jinan. Pemenang lomba mewarnai lafadz diraih Ziadatul Husna, pemenang lomba hafalan Tasrif Istilahi diraih Nur Faizah. Sedangkan lomba Tasrif Lughowi disabet Umamatuz Zahroh. Pemenang I Lomba Baca Kitab Jurmiyah diraih Dayanti Suci Lestari.

Pemenang lomba Rowatibul Hadad disabet Tutik Wasti’ah. Ismiatul Aminah menjadi yang terbaik dalam lomba Tajhizul Mayit. Lomba Kreasi Sholawat diraih Kelas VI Kurnas atas nama Ihtiyatul Waro’, lomba Pembuatan Poster disabet Kelas VIII G SMP, Arista Aprilia, Lomba Drama Bahasa Asing utusan Darul Lughoh Nomor 3 atas nama Ratna Diatus Shofiyah menjadi yang terbaik. Lomba Baca Kitab Fathul Qorib diraih Ukhtul Adibah. Sedangkan Lomba Baca Kitab Fathul Mu’in dimenangkan oleh Nur Zaidah.

Pemenang I Lomba Debat Fakultas Dakwah diraih Dewi Nur Malika, lomba Drama Kandungan isi Barzanji dimenangkan oleh Raudatul Jannah R. Lomba Shalat Berjama’ah disabet oleh Nurul Badriyah. Sementara itu Lomba Hadrah Revolusioner diraih oleh Asrama Pusat atas nama Novidatun Nisa’. Pemenang Lomba MTQ tingkat Murottal Anak-Anak disabet Yuliana, Murottal Remaja atas nama Baiq Siti Maimunah, Murottal Dewasa Shofwatul Fuadah utusan Rayon Situbondo, Murrotal Mahasiswi diraih Baiq Siti Maimunah Utusan AMIKI, Murottal Ketua Kamar Arifatus, Ketua Kamar Nurul Ihsan No 2, MTQ Anak-anak Muzanniyah, MTQ Remaja Nur Faizah, MTQ Dewasa Yuliana, MSQ diraih Yuliana utusan Rayon Sepudi, Pemenang Lomba MHQ 1 Juz dimenangkan Baiq Siti Maimunah, MHQ 10 Juz atas nama Nur Jannah utusan Rayon Situbondo.

MHQ 20 Juz diraih Baiq Dini Martuti, MHQ 30 Juz atas nama Zainiyah utusan Rayon Bawean, Lomba MFQ Dayanti Suci Lestari Utusan MI Putri, Pemenang I MHQ Naskah Kecil, Nudia Amburika, MKQ Naskah Besar disabet oleh Supiyatun utusan Rayon Situbondo dan Pemenang I Lomba MKQ Mushaf Tarwiyah utusan Rayon Raas.(She/Dew)
Selengkapnya...

Lomba Hadrah Revolusioner Disambut Meriah

Menyambut kedatangan Maulid Nabi Muhammad SAW, Pusat Iksass menggelar berbagai lomba. Dari lomba-lomba yang ada paling banyak penontonnya adalah drama Bahasa Inggris. Namun ada satu perlombaan yang paling disukai oleh santri putrid. Mereka sangat antusias mengikutinya. Lomba Hadrah Revolusioner sangat diminati. Bukan hanya santriwati saja yang menyaksikan, para pengurus pesantren dan pemangku asrama juga antusias. Lomba Hadrah Revolusioner tersebut menjadi ajang pertaruhan asrama-asrama. Karena pemenangnya akan masuk dapur rekaman.

Dalam lomba Hadrah Revolusioner ini ditentukan 3 besar untuk mengikuti ajang grand final selanjutnya. Peserta 3 besar tersebut adalah Asrama Ma’had Aly, Nurul Qoni’ dan Asrama Pusat. Pada malam berikutnya final perlombaan tersebut dihelat dengan dewan juri Ustadz Khoruddin, Ustadz Abduh Rahman dan Moh. Hanif atau yang dikenal dengan Rico. Malam final itu berjalan dengan seru. Pemenang hadrah revolusioner ini akan dijadikan para personil Al-Badriyah seperti halnya Al-Badar.

Sedangkan perlombaan tata atur kamar, untuk daerah Daerah Sunan Maulana malik Ibrahim diraih oleh kama A. Nomor 02, daerah Sunan Ampel disabet A. 24, disusul kemudian dengan A. 21. Sunan Bonang kamar A. 34 menjadi yang terbaik, kemudian A. 28. Daerah Sunan Giri diraih oleh B. 13 dan juara duanya B. 01. Sunan Drajat , Kamar C. 07 meraih juara 1 dan menyusul C. 08. Kamar D. 16 menjadi kamar terbersih dan paling rapi di Daerah Sunan Kali Jogo, kemudian menyusul kamar D. 08. sedangkan di Daerah Sunan Kudus, Kamar E. 12 terbaik pertama, serta disusul Kamar E. 07. Kamar F. 12 menjadi terbaik pertama di Daerah Sunan Muriya serta terbaik kedua diraih F. 03.

Untuk pemenang lomba tata atur kamar Daerah Sunan Gunung Jati unit I diraih G. 01 dan G. 04. Di Sunan Gunung Jati unit II bagian bawah, kamar G. 12 menyingkirkan lawan-lawannya. Menyusul kemudian, Kamar G. 13. Serta G. 27 membungkam lawannya dalam lomba tata atur kamar untuk Daerah Sunan Gunung Jati unit II bagian atas, disusul kemudian dengan kamar G. 30. Pemenang Lomba Kamar asrama putri, Daerah Al-Mawaddah diraih oleh A. 03, Daerah Al-Widad Nomor 5 menjadi yang terbaik di daerahnya.

Daerah Al-Aluf diraih C. 04, Daerah Al-Maghfiroh disabet D 01, sedangkan Daerah Al-Hasun 01 menjadi yang terbaik, Daerah Darul Lughoh disabet G 01. Sementara itu, Lomba Antar Daerah Pusat, Daerah Al-Maghfiroh menyingkirkan lawan-lawannya. Lomba Antar Daerah Cabang, Asrama Ma’had Aly, meraih juara I. Lomba Antar kamar di semua asrama, diraih Kamar Al-Khuzaimah nomor 8.(She/C12)
Selengkapnya...

Payege Kader Calon Da’iyah

Moment maulid memang benar-benar membawa keberkahan bagi kalangan santri. Pada hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW kali ini banyak dimanfaatkan oleh para santri untuk bertemu dengan kedua orang tua dan sanak saudaranya masing-masing, tidak hanya yang berdomisili ditempat terdekat saja tetapi diseluruh penjuru nusantara pun mendatangi putra-putrinya. Meskipun ada segelintir santri yang sanak familinya tidak datang mereka tidak pernah berkecil hati.

Moment Maulid Nabi ini juga dimanfaatkan oleh masing-masing rayon Se-nusantara berlomba-lomba dalam membuka bazar. Dengan bertempatkan di Pelataran Sekolah Barat Aula dan Serambi Auditorium Putri, santri putri membuka bazar mulai Hari Kamis dan Jum’at lalu. Barang-barang yang dijual pun bermacam-macam, dari makanan khas dari daerah masing-masing sampai bazar pakaian buku, sepatu dan lainnya.

Sementara itu, ditengah-tengah kesibukan para santri dengan expo bazar maulidnya, Syaiful Islam Al-Payage membimbing para Akademia kreatifitas Ibrahiy. Kegiatan itu tergelar pada Hari Kamis kemarin seusai pelaksanaan Jamaah dhuhur dan Ashar. Para peserta berasal dari Akademia Kreatifitas Ibrahimy (ARI) 1 sampai dengan ARI 5. Dalam kesempatan itu, Payage banyak memberikan semangat dan motivasi untuk para akademia kreatifitas ibrahimy. Putra angkat KHR Fawaid itu berharap, dengan adanya ajang ARI ini bisa melahirkan dan menciptakan kader-kader seorang da’iyah yang religi serta mampu menggantikan posisinya nanti.

Tujuan diadakannya kegiatan tersebut untuk membimbing para anggota ARI. Menurut Ketua Panitia ARI 5, Siti Fatimah, rencananya dari semua bidang akan dibimbing dan diformat seperti yang pernah dilakukan Iksass Pusat Putra. Bimbingan selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh para pembimbing masing-masing bidang. Untuk bidang shalawat akan dibimbing Ustadz Abduh Rahman sedangkan Bidang Puisi akan ditangani oleh Zainul Walid, S.Ag.(She)
Selengkapnya...

Pendaftaran Santri Baru Dimajukan

Pesantren Salafiyah Syafiiyah secara rutin menerima santri baru pada Bulan Juli, namun penerimaan santri baru kali ini dimajukan ke Tanggal 01 Juni 2010. Mengenai syarat-syarat penerimaan siswa baru, nantinya para pendaftar diharapkan mengisi formulir dan menyerahkannya kepada panitia penerimaan siswa baru baik di di madrasah maupun di sekolah dengan melampirkan, surat keterangan dari Panitia Penerimaan Santri Baru yang ditandatangani oleh ketua kamar bersangkutan, melengkapi Foto terbaru, sebanyak 12 lembar, ukuran 3x4 dengan kreteria berkopyah untuk putra, berjilbab/berkerudung untuk putri, Foto kopi ijazah yang dilegalisir sebanyak 3 lembar, Foto kopi Surat Keterangan Berkelakuan Baik yang dilegalisir, kemudian membawa Foto kopi Surat Keterangan Sehat dari dokter yang juga dilegalisir, Surat mutasi yang disahkan oleh pejabat berwenang, khusus siswa yang akan mutasi.

Selain memenuhi syarat-syarat tersebut, khusus calon siswa MQ/Tahfidz harus hafal Al-Quran, minimal 1 juz. Sedangkan prosedur penerimaan santri baru antara lain, calon santri diserahkan kepada pengasuh oleh walinya atau orang yang mendapat mandat/kuasa dengan menunjukkan KTP. Kemudian mendaftar di Sekretariat Penerimaan Santri Baru dengan membawa Surat Rekomendasi dari Pengasuh untuk mendapat pejelasan dari panitia, lalu dites membaca Al-Quran. Setelah itu, para pendaftar hendaknya mengisi formulir dengan melampirkan, foto anak yang bersangkutan sebanyak 3 lembar dengan ukuran 3x4, foto bapak dan ibunya, masing-masing 2 lembar yang juga berukuran 3x4, calon pendaftar juga harus membawa foto kopi KTP bapak dan ibu/walinya

Mengenai biaya pendaftran santri baru tidak ada kenaikan yang signifikan, pendaftaran santri baru kali ini hanyalah sebesar Rp. 50.000,- serta uang pangkal sebesar Rp. 200.000,- Ketentuan lain yang harus diperhatikan, para santri hendaknya berasrama di dalam komplek pesantren dan murid SDI, SMPI 1, SMAI, SMKI 1 dan mahasiswa wajib merangkap di madrasah.(C12)
Selengkapnya...

Puncak Perayaan Maulid Nabi Meriah

Ribuan khalayak memadati Halaman Kampus IAI Ibrahimy pada Hari Sabtu kemarin. Para santri, alumni dan simpatisan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah mengikuti acara puncak perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Salah seorang Ketua Tanfidziyah PBNU, KH. Said Aqil Sirajd dalam ceramahnya menyampaikan pentingnya meneladani ahlak Rasulullah. Menurutnya, Rakyat Indonesia kalau ingin selamat hendaknya harus kembali ke ajaran rasulullah.

Calon ketua PBNU itu mengatakan, di luar pesantren sudah banyak digembar-gemborkan bahwa orang yang merayakan Maulid Nabi itu syirik. Karena hal itu merupakan bid’ah. Setiap bid’ah itu sesat. Perayaan Maulid itu juga tidak ada pada zaman Rasulullah. Padahal menurutnya, bid’ah itu ada yang hasanah, baik dan sayyiah atau dholalah, dengan kata lain sesat. Buktinya pada jaman Rosulullah tulisan Al-Quran tidak ada titiknya, yang ada hanya tulisan bengkok-bengkok. Lalu pemberian titik itu terjadi pada masa kekholifaan Sayyidina Ali. Penemu titik Al-Quran itu adalah Abul Aswad. Tidak cukup sampai disitu, sekitar tahun 200 hijriyah, tulisan Al-Quran itu kemudian disempurnakan dengan syakal dan tajwidnya. Ilmu tajwid itu tidak ada pada zaman Rasulullah, berarti itu semua bid’ah, mengapa mereka mesti memakai ilmu tajwid kalau memang itu bid’ah. Bukti lain yaitu pada zaman Rosulullah tidak ada universitas, mengapa mereka yang menggembar-gemborkan bahwa maulid itu bid’ah mesti kuliah, padahal universitas tidak ada pada zaman Rasulullah. Dengan demikian, orang yang tidak mau kepada bid’ah, khususnya bid’ah hasanah tergolong orang yang bodoh.

Lain halnya dengan Kiai Imam Mawardi yang menyampaikan pentingnya Shadaqoh. Menurut Alumni Pesantren Sukorejo itu, orang yang bersodaqoh akan diganti dengan yang lebih besar lagi. Begitu juga, tidak ada ruginya bagi orang yang merayakan Maulid Nabi, karena akan ditambah pahalanya.

Sedangkan pada perayaan Maulid Nabi untuk santri putri, KH. Samsul Arifin, sebagai penceramah menyampaikan pesan moral dan bagaimana seharusnya cara mencintai Nabi Muhammad SAW. Kiai asal kota Jember ini merisaukan kenyataan yang terjadi di masyarakat., khususnya kawula muda yang lebih mengidolakan artis dibalik layar dari pada para tokoh di zaman Rosulullah yang seharusnya patut dijadikan sebagai teladan. Selain itu, terkait dengan pembacaan burdah yang nampaknya disalah tafsirkan sebagai tradisi melantunkannya dengan nada seindah mungkin tanpa memahami sama sekali makna yang terkandung didalamnya. Padahal, esensi dari isi burdah itu adalah sebagai pujian, salam pengenalan perjalanan Rosulullah dalam menapaki perjuangan hidup sekaligus berisi motivasi besar bagi umat islam.(Dew/C12)
Selengkapnya...

Menteri PDT Kunjungi Sukorejo

Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, Ir. H. Helmi Faishol Zaini melakukan kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Sukorejo Senin kemarin. Selain, bersilaturrahim ke kediaman KHR. Fawaid As’ad, Mentri yang juga kader PKB itu mengunjungi salah satu proyek yang dikelola oleh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah di daerah leduk Desa Sumberejo Banyuputih Situbondo. Dia sampai di Pesantren Sukorejo seusai para santri jamaah Sholat Asar.

Dari Pendapa Kabupaten, bersama robongannya, dia langsung menuju kediaman KHR. Fawaid untuk melakukan silaturrahim. Berselang beberapa menit, bersama Kiai Fawaid mentri PDT itu langsung menuju Kolam Ikan milik pesantren. Mentri PDT juga menyempatkan diri untuk menghadiri penutupan Musyawarah Besar Pusat Iksass Alumni P2S2. Mubes tersebut bertempat di Pondok Pesantren Darul Hikmah Kranjingan Sumbersari Jember yang dimulai sejak 27 Februari hingga 1 Maret 2010. terpilih sebagai Ketua Umum Pusat Iksass Alumni, Ali Muhajir, SH. (C12)

Selengkapnya...

Maulid, Ritual Kultur Tahunan

Oleh Doni Ekasaputra

Berbagaimacam cara dilakukan untuk merayakan hari kelahiran baginda Rasulallah Saw. Mulai dari yang bersekala paling sederhan sampai yang paling mewahpun dilakukan. Acara peringatan maulid akan sering ditemukan pasa bulan rabiul Ula. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw ini dilakukan dengan berbagai bentuk, ada yang hanya mengirimkan masakan –masakan khas nan spesial untuk dikirim ke beberapa tetangga, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana dirumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di Mushola dan Masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakannya secara besar-besaran yang notabenenya di hadiri dan disaksikan oleh jutaan pasang mata. Ada yang hanya membaca berzanji atau diba. Bisa juga ditambah dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilanm hadrah, hingga diperingati dengan berbagai acara perlombaan.
Maulid merupakan ritual keagamaan yang telah diformat dan dibungkus dalam bentuk tradisi, sehingga peringatan maulid tidak hanya sebatas sebagai ritual keagamaan, melainkan sudah menjelma menjadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun dan berkelanjutan dalamn periodik waktu tertentu, bahkan sudah terjadi akulturasi dengan budaya lokal. Seperti yang telah diperlihatkan oleh masyarakat Jawa, Bali, Lombok, dan lain sebaginya.
Lalu apa sih maulid itu? Kata "maulid" berasal dari bahasa Arab yang sudah menjadi istilah mashur di kalangan warga Nahdiyyin. Maulid adalah bentuk kata dasar (masdar) dari kata kerja (fiil) walada, yulidu, maulidan, artinya adalah "kelahiran". Kemudiam kata maulid dinisbat-kan dengan Nabi Muhammad Saw. Sehingga kata Maulid Nabi Muhammad Saw, menjadi suatu istilah untuk perayaan hari ulang tahun Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad Saw dilahirkan pada hari senin bertepatan pada tanggal 12 Rabiul ula 11 ( tahun gajah)/ 20 April 570 Masehi. Disebut tahun Gajah karena pada saat itu Abraham, wakil raja Habsyi yang menganut agama Nasrani, bersama pasukan gajahnya datang menuju Makkah untuk menghancurkan Ka'bah.
Sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap kelahiran Nabi Muhamammad Saw yang merupakan buah hati dari pasangan Abdullah dengan Siti Aminah. Pada malam kelahiran Nabi Saw banyak terjadi pristiwa-pristiwa yang ajaib yang tidak masuk akal. Sehingga para sejarawan menyebutnya sebagai tahun keajaiban. Berhala-berhala berjatuhan tanpa ada sebab, dari rumah Siti Aminah terpancar sinar sampai ke pasar Syam (Suriah), Pohon-pohon yang tidak berbuah, tiba-tiba berbuah, dan hewan-hewan yang ada berkeliaran dari satu tempat ketempat yang lain sebagai tanda kegembiraannya.
Dari penjelasan di atas, dapat diambil sebuah Natijah (kesimpulan) bahwa Maulid Nabi Muhammad saw adalah istilah untuk perayaan hari kelahiran (hari ulang tahun) Nabi Muhammad Saw yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul ula. Kemudian para sejarawan silang pendapat dalam menetapkan pelaksanaan maulid yang pertama kali dilaksanakan. Pendapat pertama mengatakan bahwa pelaksanaan maulid pertama kali diadakan pada abad ke-6 Hijriah ( W 630 H/ 1232 M), yang dilaksanakan oleh raja Ibril di Irak, ia bernama al-Mudahaffar bu Sa'id kukuburiy bin Zainuddin Ali Buktikin. (Tadzhib sira A'lam al-Nbabala'iy, III : 224). Sedangkan di dalam litelatur yang lain disebutkan bahwa perayaan maulid Nabi Saw untuk pertama kali dalam sejarah Islam baru diselenggarakan oleh penguasa Dinasti Fatimiah di Mesir, yaitu al-Mu'izz Lidinillah (masa pemerintahan 341 H/ 953M-365 H/975 M). Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad Saw yang dilaksanakan oleh al-Mu'izz Lidinillah di dorong oleh keinginannya untuk menjadi seorang penguasa populer terutam dikalangan Syiah. Untuk mewujudkan misinya itu, dia memperkenalkan beberapa perayaan, salah satunya adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Tradisi maulid berdiri tegak dan kokoh di atas pondasi argumentasi dan hujjah yang sangat kuat. Hal ini tentunya dapat menolak asumsi golongan non-Ahlisunnah yang mengharamkan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Kalau ditelusuri secara lebih dalam, sebenarnya nilai-nilai perayaan hari ulang tahun Nabi Muhammad Saw sudah ada sejak zaman Rasulallah Saw. Hal ini ditegaskan langsung oleh hadist Beliau. "Dari Abi Qatadah al-Ansahariy, sesungguhnya Rasulallah Saw ditanya tentang puasa hari senin (yang sudah menjadi kebiasaan beilau), lalu Beliau menjawab bahwa pada hari senin itu aku dilahirkan dan pada hari itu pula wahyu diturunkan kepadaku" (HR.Muslim). Dalam Kitab Madarirushuud Syarhul Barzanji yang mengisahkan. Bahwa Rasulallah Saw bersabda : "Siapa saja yang menghormati hari lahirku, tentu aku akan memberiikannya syafaat di hari Kiamat".
Dalam Kesempatan yang lain, Nabi Muhammad Saw telah mendeklarasikan dirinya sebagai rahmat yang dihadiahkan, dengan kategori rahmat yang paling agung (al-Rahmat al-Uzmah) bagi ummat manusia. Sedangkan untuk bisa merengkuh rahmat tersebut, salah satu caranya adalah dengan cara menghormati dan mengagungkan Nabi Muhammad Saw. Sehingga perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw mendapat legalisasi dari Allah Swt melalui firman-Nya : "Katakanlah, dengan karunia Allah dan Rahmat-Nya, dendaknya dengan itu mereka bergembira". (QS.Yunus : 58). Kalimat "Rahmat-Nya" dalam ayat ini, oleh Ibn Abbas ditafsiri dengan Nabi Muhammad Saw.
Ulama' ahlisunnah telah sepakat untuk memperbolehkan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Meskipun tergolong perbuatan bid'ah, karena perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw tidak pernah dilaksanakan oleh Nabi Saw. Rasulallah Saw bersabda, "semua bid'ah itu sesat, setiap kesesatan masuk neraka". Melalui pendekatan Ushul Fiqh, hadist ini tergolong hadist yang 'am (umum) maka perlu dibatasi jangkauannya, yang di maksud hadits ini, bukan semua bid'ah itu sesat, akan tetapi sebagai besar saja. Melalui paradigma inilah, 'ulama kemudian membagi bid'ah menjadi dua. Yaitu bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah Sayy'ah (buruk). Sehingga perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw tergolong bid'ah hasanah. Maka, hadits tadi tidak bisa dijadikan hujjah untuk mengharamkan Maulid Nabi Saw.
Dilihat dari sudut pandang yang lain, yakni hakikat dari perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw yang bisa mendatangkan kebaikan. Maka para 'ulama' mengatakan bahwa hukum merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw adalah Mubah (al-Hawiy Li al-fatawa, I ; 251). Bahkan hukum merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw bisa bergeser menjadi sunnah. Hukum sunnah dapat tercapai karena ada beberapa sebab, diantaranya : Pertama, dengan perayaan maulid Nabi bisa mengokohkan iman ummat Islam setelah mendengar sajian sirah nabi dan biografi dalam acara Maulid Nabi Muhammad Saw, sebab dialah satu-satunya panutan bagi semua ummat di seluruh jagad raya. Allah Swt telah berfirman, "Dan semua kisah-kisah para rasul Kami ceritakan kepada kamu, yakni kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu". (QS. Hud : 120).
Kedua, dengan Maulid Nabi Muhammad Saw kita akan memperbanyak membaca shalawat, salam, al-Qur'an, dan dzikir kepada Nabi Muhammad Saw, hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt: "Sesunguhnya Allah Swt dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk atas Nabi, maka berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (QS. Al-Ahzab:56). Ketiga, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw dilaksanakan sebagai bentuk implementasi dari rasa cinta terhadap Nabi saw. Sebab, mencintai nabi dan rasul adalah ajaran Islam yang wajib dilaksanakan. Seseorang yang cinta terhadap nabi dan rasul akan diberikan pahala, termasuk didalamnnya perayaanya maulid. (Baca, Manhaj al-salaf).
Keempat, pelaksanaan maulid Nabi Muhammad Saw akan semakin memperkokoh jalinan tali silaturrahmi di antara warga masyarakat, sehingga akan tercermin persatuan dan kesatuan ummat Islam yang dilandaskan terhadap iman dan taqwa. Karena, dalam kegiatan semacam ini akan terjadi intraksi antara satu muslim dengan muslim yang lain. Lumrah terjadi di masyarakat, bahwa setiap perayaan maulid, masyarakat bergiliran untuk saling menghidangkan makanan (berkat: madura) ini dilakukan dengan niatan sodaqoh dari ahli bait. Tentunya perbuatan seperti mendapat apresiasi besar dari Allah Swt. (I'anah at-Tholibin,III : 246). Kelima, perayaan maulid dilaksanakan dalam rangka memperluas dan memperbesar syi'ar agama Islam.

(Menteri Pendidikan dan Peng. SDM Ma'had Aly Ula)
Selengkapnya...

Brosur Santri Baru

Jumlah Pengunjung

Website counter
 

Tamu Pesantren

Mubes Iksass VIII di Jember

Tamu Pesantren

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah