Ku Tulis dengan Tinta Pesan Damai

Oleh: Zaini “Z@”

Embun pagi sejukkan hati damaikan sanubari setelah sang surya kerlingkan cahaya. Anganku berada di alam yang tak sanggup dikata. Karena kutak pahami. Ya, mungkin karena aku bukanlah seorang ahli memaknai sebuah arti. Kutak tau entah apa yang kulihat tadi. Ah mungkin hanya ilusi. Hati ini bergumam “siapa yang bisa menjawab nalarku yang telah jauh berhalusinasi dengan alam yang tak menentu?” dan lama ku menunggu sebuah jawaban, tapi tak satupun ada jawaban. Padi menunduk, kelapa gantungkan asa pada batangnya, bahkan dedaunan dan rerumputan hanya asik menari dengan bayu yang berhembus. Namun, derap langkah detik yang meniti, akhirnya “Setulusnya aku akan terus menunggu menanti sebuah jawaban tuk memilikimu.” Begitulah lantunan syair lagu Donita. Ya kuakui suaraku tak sesyahdu Dodi, tak sermerdu Pasha, dan tak setenar Once.
Di saat asa yang kuharapkan tak kunjung terurai. Tiap hari hanya lampaui batas angan tak hiraukan masa depan. Namun perlahan kuingin menjadi perkasa dengan setetes kehidupan di balik dedaunan. Walaupun ku tahu diriku bukanlah sang pejantan tangguh. Kusadari zaman terus berganti, tapaki pijak langkahku. Aku tak ingin ketika siang menjelma lantas diriku menjadi suram. Ku mengerti aku bukanlah sang dewa yang dapat bertindak “semau gue”. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik, Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya, pada semua hambanya yang tabah, dan tak kenal putus asa”. “Jangan Menyerah” D’Masiv indah mengalun dari bibir mungilku. Lagu ini membangkitkan jiwaku untuk tegak menyapa hidup dengan selangit rasa optimis. Akupun selalu teringat akan sekapur sirih guruku sekaligus Kepala Madrasah Tsanawiyah, Ustadz Ali Murtadlo. “Anak-anakku siswa MTs yang saya banggakan. Hidup adalah sebuah pilihan, semua terserah Anda, namun ingat semua itu ada konsekuensinya. Kalian perlu tahu bahwa kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan, keberhasilan dan kesuksesan sering kali kandas di tengah jalan. Tempuhlah jalan kesuksesan, kalian berharap sukses tapi tidak menempuh jalan untuk sukses, maka ingatlah bahwa perahu tidak berjalan di tanah yang kering”.
Telah lama aku hidup di perantauan orang. Namun semua berjalan tanpa makna. Tak kudapatkan sebuah arti hidup yang signifikan. Aku hanya pemimpi kecil yang berusaha untuk mengubah nasib. Mungkin hidupku selalu dihantui bayangan indah seorang hawa dan hawa tersebut tak mengerti apa yang ada dalam sanubari. Haruskah ku utus kertas putih agar sang hawa pahami getarnya hati ini? Haruskah ku ikuti cahaya melalui Hijau Daun. Aku hanya bisa hadapi dengan senyuman sang Dewa. Lalu Kapan malaikat cinta Kapten akan datang? Sungguh akan kuutus Armada lantunkan buka hatimu. Sebab hatiku senada dengan Andra and The Back Bond yang mengatakan tak ada yang bisa gantikan dirimu.
Jumat pagi, saat serunai syahdu Numata mengalun yang kudengar dari MP3 dengan pesona miliknya, aku berangkat ke pantai bersama Gank Slims disertai dengan sebotol kopi, 1 pack Chocolatos, dan seplastik kue gorengan. Gank kami beranggotakan 5 orang sesuai dengan banyaknya huruf pada kata Slims. Ketika diperjalanan banyak hal kami perbincangkan. Namun hal yang paling mengesankan adalah ketika kami melihat Herlina Sofa, gadis kampung dekat pantai.

”Bang ada gadis cantik, pakek kerudung lagi, pasti dia solehah”. Kata Vanza padaku
“Vanza jangan kau paksa aku untuk mencintai gadis lain walaupun gadis yang aku suka belum memberikan jawaban atas perasaan ini”. Kataku dengan mantap
“Tapi orang yang abang sukai itu tidak suka sama abang, dan dia tidak pernah merespon apa yang diinginkan abang. Jangan biarkan hidup abang tidak karuan sebab menanti jawaban yang tak pasti dan hanya akan membuat sakit hati abang”. Suasana semakin memanas
“Vanza, perlu kau tahu, bahwa bunga tidak mekar dalam waktu semalam, Pesantren Sukorejo tidak dibangun dalam sehari. Cinta yang agung terus tumbuh selama kehidupan. Kebanyakan hal-hal yang indah nan suci memerlukan waktu yang lama. Dan saya yakin penantian takkan sia-sia. Maka sebab itulah, tetap lebih baik menunggu orang yang tepat sebab hidup terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah. Karena menunggu itu mempunyai tujuan mulia.”
“Bang, sangat menyakitkan ketika kita mencintai seseorang namun ia tak membalasnya. Maka penantian tinggallah penantian ketika ia tidak ditakdirkan bersama abang dan dengan berat hati abang membiarkannya pergi dan berlalu.”
“Vanza, aku bukanlah seorang Furqon yang dengan mudahnya ia mendapatkan cinta Anna Althafunnisa dalam novel atau film ketika cinta bertasbih milik Habiburrahman El-Shirazy. Aku hanya bayangkan diri ini adalah seorang Hafiz yang menyimpan rasa kasih terdalam kepada Cut Mala, adik Fadil. Memang sudah ada beberapa wanita yang menyatakan cintanya kepadaku, tapi perlu kau tahu bahwa laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja, tapi komitmennya dia terhadap wanita yang ia cintai. Ingat kawan, bahwa menanam bunga itu mudah, yang sulit adalah merawatnya. Begitupun dengan mencintai wanita, dengan mudahnya kita mencintainya, tapi sangat sulit bagi kita mempertahankan cinta tersebut. 1 jam saja ku telah bisa cintai kamu di hatiku, begitulah kata Charly ST 12 dalam syairnya”. Vanza terdiam lama. Entak aku tak mengerti mengapa dalam diamya ia teteskan air mata. Mungkin dia lagi memikirkan orang yang istimewa di hatinya yang juga tak kunjung mengerti atas prasaanya slama ini.
Hari berlangsung sebagaimana siang dan malam yang menggumuli takdir dalam ruang dan waktu. Malam mulai menjelma. Berbagai macam bintang bertabur menghias pekatnya malam. Ketika kita-kitab dibacakan, ketika diri disandarkan pada Sang Khaliq, maka gerak dzikir adalah kenikmatan abadi untuk mengukir lafal cinta dalam hidupnya. Semilir angin menyeruak berhembus melabrak tubuhku yang teraliri oleh peluh-peluh tarian musik yang tak kukenal dengan syairnya berkumandang.
Berhembuslah anginku bawa kisahku
Bergoyanglah daunku iringi kebesanku
Lagu ini terus mengalun dalam senyap. Terasa damai mendengarnya. Tak kurasa malam sudah mulai larut, lampu-lampu banyak yang redup, pintu-pintu kamarpun banyak yang tutup. Ku duduk bersandar pada tembok asrama Sunan Maulana Malik Ibrahim. Bibirku berkata “Bukankah aku pernah melihat bintang yang hiasi sang malam yang berkilau bagai permata, menghibur yang lelah jiwanya, yang sedih hatinya. Aku ingin hidup dengannya. Nikmati hidup dengan sebuah ikatan langgeng yang hatiku takkan menoleh ke bintang lain selain bintang yang telah kupilih”. Lalu kemudian kuteringat keluargaku yang selalu memberikan semangat kepadaku untuk hadapi hidup dengan sebuah impian.
Ya, Bondan Prakoso berkata bahwa hidup berawal dari mimpi. Dengan irama merdu ia lantunkan
Tinggalkanlah gengsi hidup, berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi agar semua terjadi
Rasakan semua peduli itu ironi tragedy
Senang bahagia hingga kelak kau mati
Namun kemudian, pena berbicara untuk kutulis beberapa butir kata dengan tinda pesan damai. “Kita terlahir bagai selembar kertas putih, tanpa noda tanpa dosa. Namun dalam tiap dengusan nafas yang kita keluarkan, telah banyak kita torehkan noda dalam lembaran hidup kita. Sekarang akan aku tawarkan sebuah kesucian yakni hubungan suci, yang diridoi IlahiRabbi. Kata peterpan, memang hayalan tingkat tinggi bagiku memilikimu, tapi kata ungu, tak bisakah berikan aku cinta dari satu hati yang akan kunanti. Kalu kau ingin langit tak mendengar hubungan kita nanti, maka akan kubuat dunia terlupa akan apa yang telah terjadi. Dan aku pun akan bersujud diatas sajadah panjang sebagai rasa syukurku yang telah berhasil meraih sebuah impian, yakni menjadikanmu kekasih halalku”.

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah