Beberapa “Kekeliruan” tentang Angka Haul Almarhumain (I)


Perbedaan Tanggal Wafatnya Kiai Syamsul

Oleh: Syamsul A. Hasan

Barangkali, sebagian orang menyepelekan sebuah angka. Apalah arti sebuah angka! Namun sebagian yang lain, menganggap penting suatu angka. Bahkan angka dianggap sebagai suatu keberuntungan dan pembawa rezeki.

Saya, termasuk orang yang menganggap penting suatu angka. Apalagi kalau angka tersebut berkaitan dengan perjalanan Pondok Sukorejo. Barangkali, karena saya termasuk santri yang senang menulis sejarah pesantren ini.

Sebagai “penulis” sejarah dan orang yang terjun di dunia jurnalistik, saya harus bersikap skeptis. Skeptis merupakan sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu.

Lalu apakah benar, pada haul tgl 17 Jumadil Ula nanti merupakan haul ke-61 KHR. Syamsul Arifin? Sebelum menjawab itu, kita harus mengetahui dulu, kapan Kiai Syamsul meninggal dunia.

Paling tidak, jawabannya, ada tiga sumber. Pertama, menurut buku KH. Dhofier Munawwar, Leluhur KHR. As’ad Syamsul Arifin, Kiai Syamsul wafat tgl 5 Maret 1951.

Kedua, menurut catatan mantan Lurah Pesantren Sukorejo, KH. Chudlory, Kiai Syamsul wafat sekitar jam satu siang, hari Senin tgl 27 Jumadil Akhir 1370 atau 5 Maret 1951. (lihat buku Kharisma Kiai As’ad, hlm.140)

Ketiga, menurut Kalender 2010 yang diterbitkan pesantren kita, Kiai Syamsul wafat tgl 17 Jumadil Ula 1370 H.

Mari, kita ulas. Benarkah Kiai Syamsul wafat tgl 17 Jumadil Ula 1370 H, sebagaimana tertulis dalam kalender pesantren? Kalau Kiai Syamsul wafat tgl 17 Jumadil Ula 1370 H, berarti beliau wafat pada Sabtu, 24 Februari 1951. Ini hasil penelusuran saya melalui program “Kalender Hijrah versi 1.5”. Atau, mundur sehari, Jum’at 23 Februari 1951. (Hij Cal v 1.4/www.divineislam.com)

Saya tidak mengetahui, sumber pengambilan yang menjadi pijakan penulisan dalam kalender tersebut. Saya menduga, si pembuat kalender itu “mencuplik setengah hati” dari tulisan Kiai Chudory dalam buku Kharisma Kiai As’ad. Kiai Chudory menulis Kiai Syamsul wafat tgl 27 Jumadil Akhir 1370 atau 5 Maret 1951. Karena haul selama ini berjalan setiap tgl 17 Jumadil Ula, maka ditulislah 17 Jumadil Ula 1370 H!

Dengan demikian tulisan dalam kalender itu, berarti bertentangan dengan buku Kiai Dhofier dan Catatan Kiai Chudlory. Dari segi tingkat “kepercayaan” sumber data, saya lebih mempercayai keterangan Kiai Dhofier dan Kiai Chudlory. Karena kedua beliau tersebut, orang yang “nututi” Kiai Syamsul dan jabatannya saat itu cukup penting.

Kiai Dhofier dan Kiai Chudory menulis Kiai Syamsul wafat tgl 5 Maret 1951. Hanya saja, Kiai Chudory merinci lagi: Kiai Syamsul wafat sekitar jam satu siang, hari Senin tgl 27 Jumadil Akhir 1370 H. Bahkan Kiai Chudory menulis: Kiai Syamsul pada hari Sabtu 3 Maret 1951 menyuruh beliau dan Kiai Zainal Abidin menggali kuburan, arah barat, 15 meter dari masjid.

Sepintas, tulisan Kiai Chudory tersebut “melengkapi” buku Kiai Dhofier yang amat ringkas tersebut. Sepertinya, tidak ada yang keliru dengan data itu. Saya pun ketika menulis buku “Kharisma Kiai As’ad”, mengutip begitu saja tanpa mencek lagi. (Lagi pula, hal itu, bukan fokus yang saya kaji).

Namun setelah saya teliti lagi, ternyata Kiai Chudlory keliru dalam penyebutan bulan. Yang benar, bulan Jumadil Ula bukan Jumadil Akhir. Soal tanggal memang terjadi perselisihan. Pertama, tgl 26 Jumadil Ula (lihat: 10000 year hijri calender 3.5; http://www.islamicfinder.org/athanDownload.php; http://www.oriold.uzh.ch/static/hegira.html). Kedua, tgl 27 Jumadil Ula (lihat Hij Cal v 1.4/www.divineislam.com). Tgl 27 inilah yang digunakan Kiai Chudlory.

Dengan merujuk kepada kedua data “terpercaya” tersebut, berarti Kiai Syamsul wafat hari Senin, tgl 5 Maret 1951 yang bertepatan dengan tanggal 27 Jumadil Ula 1370 H. Dengan demikian, pada bulan Jumadil Ula mendatang, Kiai Syamsul wafat tepat 61 tahun. Sedangkan haulnya, berarti yang ke-60.

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah