Kuliah Untuk Mengabdi



“Umur boleh mulai menua, tapi semangat belajar tetap muda!”

Kalimat di atas, barangkali, tepat sebagai semboyan mahasiswa program beasiswa pesantren. Para mahasiswa tersebut mayoritas berstatus kawin dan beranak-pinak. Namun semangat untuk menuntut ilmu tetap membara, tak kalah dengan yang muda-muda.

Mereka mendapatkan beasiswa untuk kuliah di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy. Menurut data di Fakultas Dakwah, mahasiswa yang mendapat beasiswa pesantren sebanyak tujuh putra dan sebelas putri. Hampir semuanya, telah mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik di lingkungan lembaga pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. “Saya sekarang mengabdi di madrasah, dan nanti setelah lulus kuliah akan tetap mengabdi,” ungkap salah seorang mahasiswa.

Menurut salah seorang mahasiswi Fakultas Dakwah semester VII, mahasiswi program beasiswa tersebut cukup rajin kuliah. Mereka juga senang berdiskusi. Para ustadzah itu juga senang ke perpus. “Pokoknya, tak kalah dengan mahasiswa biasa,” tambahnya.

Suasana di perkuliahan amat hangat dan dinamis. Mereka kerap melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis namun penuh humor.


Lalu bagaimana dengan di putra? Suasana perkuliahan untuk program beasiswa pesantren di putra adem ayem, tak sehangat di putri. Mereka tak seaktif mahasiswa biasa. “Barangkali mereka sibuk,” ujar salah seorang mahasiswa.

Menurut Dekan Fakultas Dakwah, Wisri Wahid, mahasiswa program beasiswa ini semuanya masuk jurusan BPI. Karena setelah lulus mereka akan mengabdi di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Sukorejo. “Nah, ilmu-ilmu yang diperoleh di perkuliahan langsung dipraktikkan di lembaga pendidikan tempat mereka mengabdi,” tuturnya.

Menurut Wisri, kompetensi mahasiswa BPI ada tiga. Pertama, mahasiswa menguasai Konseling Islam dan Kesehatan Mental. Untuk mencapai ini, mahasiswa dibekali matakuliah “ Psikologi Agama”, “Psikologi Kepribadian”, “Konseling dan Terapi”, “Konseling Perkawinan”, dan “Kesejahteraan Sosial”. Indikatornya, mahasiswa mampu menerapkan teori-teori konseling Islam dan kesehatan mental dalam menangani kasus-kasus klien.

Kedua, mahasiswa menguasai Bimbingan dan Konseling di sekolah. Untuk mencapai kompetensi ini, mereka diberi matakuliah “Bimbingan Konseling Sekolah” dan “Psikologi Belajar”. Dan ketiga, mahasiswa memiliki kecakapan dalam mengelola konseling. “Sebab mereka akan dibekali matakuliah Administrasi dan Organisasi BK,” imbuhnya.
Program beasiswa pesantren ini prioritasnya untuk asatidz dan umana’ ma’had. Untuk mendapatkan beasiswa mereka diharuskan menandatangi surat pernyataan bermateri. Isinya: mereka siap aktif mengikuti perkuliahan sampai selesai, setelah lulus akan bertugas di pesantren sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan pesantren, dan bila mereka tidak aktif kuliah dan setelah lulus tidak mengabdi di pesantren mereka akan dikenai sanksi. (Syamsul A. Hasan)

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah