Rahmat, Pemenang Penulisan Website Nasional



“Kadang-kadang menyebalkan, agak kegila-gilaan, namun mengagumkan!” Barangkali, kalimat itulah yang pas menggambarkan sosok Ratmat Saputra.

Di mata teman-temannya, perilaku Rahmat --sapaan akrabnya-- kerap agak nyeleneh. Namun justru dengan kenyelenehan itulah kerap tersembunyi kekuatan yang mengagumkan. Kini, ia membuktikan hal itu.

Awal Maret lalu, Rahmat menjadi pemenang pertama dalam kompetisi penulisan website/blog tingkat nasional yang diselenggarakan harian Kompas. Kompetensi Muda Creativity Kompas (KFC) itu diikuti ratusan kawula muda, khususnya pelajar dan mahasiswa se-Indonesia. Jurinya pun tak sembarangan; yaitu Redaksi Kompas MuDa dan desain grafis Kompas.

Rahmat harus bersaing dengan ratusan mahasiswa perguruan tinggi lainnya. Ia mampu menaklukkan mereka. Termasuk Febrian Shandy, mahasiswa Sistem Jaringan, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, yang “hanya” mampu sebagai juara III. Padahal, Rahmat “hanyalah” mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy.

Namun, barangkali, justru dengan menjadi mahasiswa Fakultas Dakwah IAII itulah Rahmat berhasil menjadi pemenangnya. Rahmat berhasil memadukan unsur bobot kepenulisan, desain yang menarik, dan search engine optimization (SEO), sebagaimana yang diinginkan panitia. Dan sebagian ilmu itu, ia peroleh di bangku perkuliahan. Karena di Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy, Rahmat diajari berbagai macam matakuliah ilmu jurnalistik dan multimedia. Matakuliah multimedia di Fakultas Dakwah, misalnya: Desain Website, Animasi Komputer, dan Desain Komunikasi Visual.

Kemudian ilmu jurnalistik dan multimedia itu, ia praktikkan di website. Rahmatlah yang mempelopori website majalah online mahasiswa pertama di Jawa Timur, yaitu Orator Megazine. Ia juga mengelola www.saputraonline.com yang mengantarkannya sebagai pemenang website tingkat nasional.

Penilaian yang dilakukan tim juri terhadap website peserta KFC dalam rentang bulan Oktober 2009 sampai Februari 2010. Tema kompetisi kali ini, “Bangga Indonesia.” Unsur penilaian yang dipatok panitia adalah bobot kepenulisan, desain yang menarik, dan SEO. Pesan yang ingin disampaikan panitia kompetisi web adalah selain menulis yang baik, peserta juga harus bersosialisasi di forum-forum internet agar tulisannya diindeks oleh Google dan banyak dikunjungi orang.

Menurut panitia lomba --sebagaimana dilansir Kompas, 3 Maret 2010-- ciri khas kompetisi berbasis CEO adalah kompetisi di tingkat mesin pencari akan terus dicari anak-anak muda yang suka tantangan CEO. Kompetisi ini juga mengandung unsur kualitas tulisan dan desain. Dengan demikian kompetisi ini unik dan jarang diadakan di Indonesia.

Putra kelahiran Meulaboh Aceh, 1 Januari 1990 ini mengaku senang menjadi pemenang kompetisi penulisan website. Karena saingannya cukup ketat. Sebagai seorang santri dan mahasiswa, ia mengaku mempunyai idealisme yang tinggi untuk berubah, untuk melakukan yang terbaik, dan menghadapi tantangan yang berat. Bahkan sebelum Obama mempopulerkan ungkapan, “Yes we can”, ia berusaha terlebih dulu menerapkannya. “Tentu, tetap berlandaskan sifat kesantrian,” imbuhnya.

Menurut Rahmat, berbagai pikiran nyeleneh, ide-ide yang tak terpikirkan orang, dan mimpi-mimpi yang dulunya mustahil untuk diwujudkan, semua itu sebenarnya serba mungkin dan serba bisa dengan kata: “Ya, kita bisa!”.

Dengan prinsip itulah Rahmat kemudian ikut ajang kompetisi. Dan akhirnya, ia menjadi pemenang. “Ini membuktikan bahwa mahasiswa Fakultas Dakwah IAII mampu berbicara di tingkat nasional,” imbuhnya bangga. (syamsul a hasan)

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah