Menengok Sekolah Deklamasi Iksass


Mengantar Santri Menjadi Deklamator Mumpuni


Salah satu cita-cita KHR. As'ad Syamsul Arifin adalah menginginkan agar santrinya menjadi seorang seniman. Tentu, seniman yang beriman.

Itulah kata yang sempat disampaikan oleh salah satu pengajar di Sekolah Deklamasi (baca puisi) sebelum memulai mengajar. Bahkan tak lupa beliau mengajak para peserta didiknya mengirim fatihah kepada Almarhum KHR. As'ad Syamsul Arifin.

Sekolah Deklamasi I merupakan sekolah yang secara khusus mempelajari teori dan aksi dalam berdeklamasi. Hal itu dibentuk setelah melihat realita yang ada selama ini, banyak santri punya potensi dalam berdeklamasi namun sangat minim dalam memahami teori-teorinya. Mereka hanya tampil bermodal pengalaman. Jadi ketika mengajar berdeklamasi mereka sangat kerepotan menyampaikan teori-teorinya.

Jumlah peserta didik di Sekolah Deklamasi hanya dibatasi hanya 30 orang dengan dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas W.S Rendra dan kelas Sutardji C.Bachri. Peserta didik berasal dari utusan masing-masing rayon IKSASS se-Nusantara. Di mana mereka terpilih dari hasil seleksi pendaftar yang berjumlah kurang lebih 90 orang. Mereka diseleksi satu persatu mulai tanggal 1-2 Januari 2010 di auditorium putra dengan membaca puisi satu persatu di depan juri. Penjuarian seleksi ditangani langsung oleh tim pengajar di sekolah deklamasi yaitu Zainul Walid, S.Ag dan Sholeh Abu Bakar, Amd.Kom.

Sekolah Deklamasi itu resmi dimulai pada hari Jum'at tanggal 15 Januari 2010. Pada malam Jum'atnya mereka mendapat pengarahan dari Koordinator Seni Gerak, Imam Ferli Hasan. "Saya mengharapkan agar semua peserta didik tetap semangat mengikuti kegiatan tersebut agar autput dari sekolah ini sesuai harapan dan bisa dipertanggungjawabkan," kata Agus S. Dewa, ketua Sanggar Cermin.

Dalam sekolah deklamasi peserta didik diajari beberapa teknik yang berkaitan dengan tata cara berdeklamasi. Seperti Teknik Artikulasi, Aksentuasi dan intonasi yang diajarkan oleh Zainul walid,S.Ag. Teknik Akting dan pemilihan tema puisi oleh Sholeh Abu Bakar,Amd.Kom., Teknik improvisasi oleh Moh.Muhlis,S.Pd.I, Teknik pemilhan busana dan peralatan oleh Imam mahdi,S.Sos.I, Teknik Pernafasan oleh Ust.Darsono, Teknik akting dasar yang ditangani langsung oleh Ketua Umum Pusat IKSASS Putra, Moh.Syafi'i S.Pd.I.

Sebagaimana sekolah lain, Sekolah Deklamasi juga mempunyai target, yaitu terciptanya kader deklamator dari kalangan santri yang professional dengan tetap mempertahankan identitas kesantriannya. Lulusannya sangat diharapkan untuk mengabdikan dirinya baik pada rayon IKSASS maupun pada sekolah Deklamasi berikutnya selain mampu menggantikan seniornya dalam berbagai kegiatan kesenian. Artinya merekalah yang akan melanjutkan estafet para seniornya sehingga tidak lagi terus bergantung kepada seniornya.

Pada tanggal 5 Maret 2010 akan kembali diadakan audisi untuk mengambil 15 peserta didik dan 15 peserta yang lainnya dinyatakan gugur. Para peserta yang lulus audisi akan dimasukkan di kelas istimewa. Di sana mereka akan mendapat pembinaan secara lebih maksimal dari para pengajarnya selama 6 kali pertemuan. Setelah itu, akan kembali di gelar audisi final pada tanggal 26 Maret 2010 untuk memperebutkan peringkat kesatu sampai kelima dari 15 peserta didik, kemudian mereka yang akan mendapatkan piagam penghargaan dan surat tanda lulus dari Sanggar Seni Cermin.

Peserta didik yang dinyatakan lulus sekolah sudah berhak menjadi tim pengajar di Sekolah Deklamasi berikutnya. Selain itu mereka juga berhak menjadi juri di setiap even perlombaan Deklamasi yang ada di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo.

Lantas bagaimana yang ke-25 peserta didik yang gugur? Mereka secara otomatis sudah ditetapkan menjadi anggota Sanggar Seni Cermin dan boleh masuk kembali pada sekolah berikutnya. (Nur Taufik)

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah