Where Are You Going To…?


Oleh: Iis Nur Hakimah*

Pertanyaan yang sangat mendasar pertanyaan yang mempertanyakan kembali apa yang hendak dilakukan dalam hidup kita…?. Apakah kita ingin tetap hidup berada dalam keadaan kita tanpa adanya perubahan yang berarti, kita pun tak tahu. Atau kita ingin selalu berubah dan menjadi lebih baik?. Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Kita tahu, bahkan kita sadar untuk berubah dalam hidup kita tantangannya sangatlah besar, bahkan sering kali tidak kuat menghadapi tantangan itu, padahal itulah yang membuat kita akan menjadi lebih baik. Membangun kebiasaan baik dalam hidup sangatlah sulit dan penuh dengan tantangan. Tapi, merubah kebiasaan baik menjadi kebiasaan buruk sangatlah mudah. Yang membedakan keduanya adalah keinginan dan niat kita. Seharusnya semua orang berfikir untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Yang membedakannya keteguhan orang untuk mencapai tujuan. Orang yang teguh dan berani mengambil resiko untuk merubah itulah orang yang akan mendapatkan kesuksesan.

Kita bisa berubah dan mendapatkan yang optimal, kita harus berjuang dan menghadapi tantangan. Begitupun untuk berubah menjadi lebih baik kita pasti butuh perjuangan. Berbuatlah yang terbaik semampu kita, jika kita berbuat baik, maka sudah bebuat baik kepada diri kita sendiri. Penghargaan, kebersihan, dan semuanya hanya efek yang kita dapatkan jika kita sudah melakukan yang terbaik. Semua harus diperjuangkan dan dijemput. Siapkah kita berjuang untuk menjemputnya…?. Jawaban itu ada pada diri kita sendiri. Menurut Alan Deutsehman (penulis majalah tasr company) ada tiga kunci untuk berubah.
1. Relate (menjalin hubungan)
Kita menjalin hubungan emosional yang baru dengan seseorang. Jika kita menghdapi sebuah situasiketika seorang bijak menganggap “tidak ada lagi harapan” atas situasi tersebut, kita memerlukan masukan dari orang-orang yang kelihatannya “ tidak bijak” untuk mengembangun kembali harapan dan meyakinkan bahwa kita bis aberubah dan berharap bahwa kita akan berubah.
2. Repeat (mengulangi)
Hubungan yang barusangat membantu untuk kita belajar, dan mengulangi kebiasaan-kebiasaan, serta keterampilan-keterampilanbaru yang kita butuhkan, hubungan baru memerlukan pengulangan-pengulangan yang terus-menerus. Sehingga pola-pola kebiasaan baru tersebut menjadi suatu yang otomatis dan lami. Hubungan baru membantu kita mempunyai guru atau memtor yang baik untuk memberikan panduan, keberanian dan arahan sepanjang jalan
3. Reframe (membingkai kembali)
Hubungan yang baru kita untuk belajar cara-cara berfikiryang baru mengenai situasi yang kita lami dalam kehidupan. Yang pada akhirnya kita dapat melihat dunia dengan cara yang yang sebelumnya terasa sangat asing dan tidak masuk akal hingga kita dapat berubah.
Menghubungkan, mengulangi, dan membingkai kembali pada awalnya terdengar sangat sederhana. ketiga contoh yang yang diungkapkan Alan Deutsehman merupakan konsep-konsep. Kita perlu untuk memulai dan mebangun teori perubahan. Perubahan dapat menunjukkan bahwa perubahan dapat terjadi bahkan dalam situasi sulit sekalipun. Ketiga contoh di atas dapat juga merubah dala situasi-situasi yang terlihat sangat menakutkan. Mengubah sesuatu yang dicintai, suatu organisasi, bahkan profesi sekalipun. Buanglah rasa frustasi dan kegagalan yang berulang-ulang dan menyerah pad aide-ide yang tidak pernah lulus. Mulailah dalam hidup kita dengan perubahan yang dapat menjadikan kita mendapatkan hasil yang optimal. Artinya kita berfikir bahwa situasi yang kita hadapi tidak lagi memiliki harapan, biasanya da jlan keluarnya. Jalan keluar yang berbeda, kita sulit melihat jalan keluar tersebut, karena jalan keluar tersebut di luar kerangka berfikir kita. Bisa pula, kita berhenti meraba solusi-solusi baru karena kita telah mengalami demoralisasi oleh kesalahan-kesalahanamasa lalu. Akan tetapi, orang lain tahu bagaimana menyelesaikannya dan mereka bisa membantu. Ide ini adalah bahwa kita sering dibatasi oleh pemikiran bahwa kita berada dalam situsi dilemma yang tak punya harapan lagi, karena kita telah berhenti mencari orang-orang yang dapat mengajarkan kita menemukan jalan keluar. Jadi apakah kita ingin tetap hidup berada dalam keadaan kita tanpa adanya perubahan…? Atau siapkah kita untuk berubah…? Jawabannya…

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah