Hidangan Bendera setengan tiang (Buat Guru Bangsa Abdurrahman Wahid)

Terdengar kabar keranda
Gugur air mata
Gugur doa doa
Diestafet wajah wajah
Jeritan bersahutan
Sungai kecil di jalan berangkat jadi hujan
Dari tangan tangan
Bunga subur bunga gugur
Barangkali mata mata yang terluka
Seringkali menjadi saksi
Langkah langkah kontroversi
Hanya ingin mengajari semut belajar rajawali
Selamat Jalan ke barzah
Berbulan madulah di ranjang pengantin
Sebab kami yakin
Bendera yang kau kibarkan di dunia
adalah bendera rahmatan lil alamin
Bendera Bhineka Tunggal Ika
GUS
Di negeri ini
Orang orang mengibar setengah tiang bendera
Berebutan memikul keranda
Merekalah rakyat kampung
Yang kau ajak tidak kampungan
Merekalah yang kau beri jalan
Ketika tak punya kompas di hutan
Mereka yang kau hibur
Ketika hak haknya dimasukkan ke kubur
Gus
Bertahun tahun berperang
menghantam udang udang senayan
Tak peduli masih pagi turun kursi
Santai saja
Dengan celana pendek di depan istana
Gus
Kaulah seniman
Kaulah Negarawan
Kaulah Ilmuwan
Kaulah Agamawan
Kaulah Budayawan
cermin dari berbagai warna warna
Sehingga setelah jasad dan ruhmu berucap perpisahan
Para seniman seniman kehilangan
Para Negarawan negarawan kehilangan
Para Ilmuwan Ilmuwan Kehilangan
Para Agamawan agamawan kehilangan
Para budayawan budayawan kehilangan
Para Awam ikut ikutan
Karena mereka sering diajak jadi teman
Gus
Aku tak sempat merasakan
Bagaimana waktu izroil datang
Bagaimana waktu mungkar nakir bertanya
Masihkah tetap kau berkata
GITU AJA KOK REPOT !Lalu tersenyum
Selamat jalan Guru Bangsa
Dan dariku
Ya Allah Biha Ya Allah biha
Ya Allah bi Husnil Al khotimah

NURTAUFIK (UNQIE)
Teater AIR PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah