Shofi, Pemenang SLS yang Ngebet Kuasai Kitab Kuning

“Kiai Fawaid mengaku tidak akan meninggalkan tradisi lama peninggalan leluhurnya yang masih baik. Begitu pula dengan tradisi mengaji al-Qur’an dan penguasaan kepada kitab-kitab kuning. Tradisi tersebut, sekarang sedang digalakkan kembali oleh Kiai Fawaid. Pembacaan al-Qur’an dan kitab kuning, termasuk menjadi bahan ujian di madrasah, sekolah, dan kuliah. Mengapa? Karena kalau sekolah-sekolah luar yang non pesantren, tidak ada penekanan kesana. Sudah menjadi kewajiban santri untuk belajar kitab dan mengaji al-Qur’an” (Salaf Edisi 82 Nopember 2007)


Nah, gadis dengan nama lengkap Shofiyah itu walaupun baru-baru ini dinobatkan sebagai salah satu pemenang Santri Life Style yang diadakan Pusat Iksass, ia mempunyai keinginan besar untuk menguasai kitab kuning. Saat ini, ia gigih mendalami hal-hal yang bersangkutan dengan kitab kuning. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ia mempelajarinya sampai sampai ke Kota Jepara. Karena disana merupakan salah satu pusat kajian kitab kuning. Menurutnya, dirinya mempunyai kemauan besar untuk menguasai kitab kuning, karena di dalam kitab itu terdapat pengetahuan umum dan ilmu agama. Ia bercita-cita ingin menjadi orang yang menguasai kitab sebagai pegangan dirinya dihari kelak.”Ini juga tuntutan dari Babah,” katanya sambil tersenyum simpul.

Gadis berparas cantik dan berkulit putih mungil ini mempunyai hobi seperti layaknya kaum santriwati lainnya, Shofi sangat menyukai membaca buku dan menulis. Hobi membaca buku sudah tertanam semenjak kanak-kanak. Suka membaca tersebut berawal dari dirinya membaca komik, baru setelah itu mulai merambah pada buku bertema novel dan sejarah. Shofi sendiri mengaku, buku yang paling ia sukai adalah buku-buku bernuansakan sejarah.”Ya, suka aja, apalagi sejarah-sejarah tentang kiai-kiai terdahulu,” begitu kilahnya. Begitu juga dengan hobi menulis sudah terpatri sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Ia menjadikan buku hariannya untuk mencurahkan keluh kesah hatinya.

Gadis kelahiran Bangkalan, 05 Januari 1994 itu mempunyai alasan tersendiri mengapa membiarkan kakinya berpijak di tanah Pondok Pesantren asuhan KHR. Achmad Fawaid As’ad Syamsul Arifin karena berbagai hal ada. Mulai organisasi sampai kitab kuning. ”Meskipun disini modern, tetapi tetap salaf,” Imbuhnya. Selain itu, juga ada tuntutan dari orang tua yang menyuruh dirinya mondok di Pondok Pesantren rintisan KHR. Syamsul Arifin.

Buah hati pasangan Bapak H. Yasin dan Ibu Aisyah ini sebenarnya memepunyai segudang prestasi, namun dirinya tidak mau diperlihatkan kepada orang banyak. Itulah salah satu sifatnya yang menunjukkan rasa rendah hati. Yang Salaf ketahui, ia pernah menjadi juarawan catwalk saat lomba Santri Life Style. Saat ini dirinya sedang disibukkan dengan organisasinya. Shofi menjadi anggota Art and Skill, Rayon Iksass Bangkalan dan menjadi Ubudiyah kamar Al-Widad no 10.

Santri yang satu ini, kini menjadi pengagum setia tokoh kharismatik KHR. As’ad Syamsul Arifin. Ia melihat dari sisi kesederhanaan Kiai As’ad. Meskipun mempunyai ilmu yang terbilang tinggi, tetapi beliau tetap membudidayakan sikap zuhud kepada Allah. Selain itu, Pengasuh kedua Pesantren Salafiyah Syafiiyah itu sangat peduli terhadap bangsa dan negara. Beliau terus dan terus membela sampai titik darah penghabisan.

Ada sepenggal kata karya Kahlil Gibran yang disukai olehnya ”Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur? Ketika kita menangis?dan ketika kita membayangkan sesuatu? Itu karena hal terindah di dunia ini tidak terlihat”. Menurutnya semua itu merupakan hal yang masuk akal, karena hal terindah itu hanya terlihat di akhirat kelak yakni surga.(Syifa Fajriyah)

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah