L a m i s

Oleh : Shaleh Az-Zahra

Lamis adalah istilah dari bahasa Madura untuk orang yang suka minta-minta. Termasuk perbuatan lamis adalah mengintip atau mondar-mandir di depan orang yang sedang makan dan semacamnya dengan maksud agar ditawari atau diberi makanan yang ada. Lamis pada biasanya dilakukan oleh anak-anak kecil yang masih belum baligh dan belum sempurna akalnya, orang-orang miskin dan orang-orang bodoh/idiot, namun kenyataannya hal ini seringkali kita saksikan di sekitar kita, lamis tidak lagi dimonopoli oleh mereka melainkan juga dilakukan oleh orang-orang dewasa, orang-orang yang ekonominya berkecukupan dan orang-orang yang berpendidikan, hanya cara dan gayanya saja yang berbeda.

Bagi orang-orang yang terbiasa berbuat lamis, maka akan selalu mengintip dan memanfaatkan milik orang lain daripada miliknya sendiri. Rokok umpamanya, mereka lebih suka merokok milik orang lain daripada miliknya sendiri yang selalu tersimpan rapi di sakunya dengan dalih dalam rangka pengiritan atau mengurangi anggaran rumah tangga (pribadinya). Dalam sebuah organisasi ketika mareka hendak mengadakan kegiatan, mereka lebih suka meminta sumbangan dengan membuat project proposal dan semacamnya padahal anggarannya sudah ada dan cukup. Mereka melakukan itu semua karena lamis sudah menjadi tabiat dan menjadi kenikmatan tersendiri. Apabila perbuatan lamis ini dilakukan oleh santri maka sungguh sangat bertentangan dengan dawuh luhur al-marhum al-maghfurlah KHR. As’ad Syamsul Arifin yang dalam sebuah kesempatan pernah mewanti-wanti santrinya agar tidak melakukan perbuatan lamis.

Lamis adalah termasuk al-akhlaqul madzmuumah (perbuatan/tingkah laku yang tercela), karena disamping menghinakan diri juga mencoreng arang di mukanya sendiri. Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. menganjurkan kita agar membiasakan diri untuk tidak bermental pengemis. Dalam sebuah hadits diceritakan, ada seorang laki-laki dari golongan Anshar datang menghadap Nabi. Dia mengiba agar Nabi memberinya sesuatu untuk dibuat makan. Beliau bertanya, “memangnya, kamu tidak mempunyai sesuatu di rumah?”. Laki-laki tersebut menjawab, “tentu saja ada, wahai Rasulallah. Di rumah saya mempunyai sehelai kain yang sebagian saya pakai dan sebagian yang lain saya hamparkan serta sebuah ember/gelas besar tempat saya minum”. Nabi kemudian menyuruhnya pulang untuk mengambil dan membawa barang-barang itu kepada beliau. Lalu, laki-laki tersebut segera beranjak pulang untuk mengambil dan membawa barang-barangnya kepada Nabi. Kemudian Nabi menawarkan barang-barang tersebut kepada orang-orang yang ada di sekitar beliau. Seorang laki-laki menawar, “saya sanggup dengan harga satu dirham”. Nabi menawarkan lagi kepada yang lain, “siapa yang akan menambah lebih dari satu dirham?”. Laki-laki lain menawar, “aku berani dengan harga dua dirham”. Nabi kemudian memberikan dua barang tersebut kepada penawar terakhir dan mengambil dua dirham itu, lalu memberikannya kepada laki-laki Anshar tersebut, seraya bersabda : “belikan makanan dengan salah satu dari dua dirham ini, lalu berikan kepada keluargamu, dan yang satu dirham kamu belikan sebuah kapak kemudian bawalah kapak itu kepadaku.” Laki-laki Anshar tersebut kemudian bergegas melakukan semua yang diperintahkan oleh Nabi dan segera menyerahkan kapak yang baru dibelinya kepada Nabi. Setelah itu, Nabi memberikan pegangan kapaknya, lalu bersabda : “pergi dan carilah kayu bakar, kemudian juallah. Aku tidak ingin melihatmu selama lima belas hari kedepan”. Setelah mengerjakan perintah Nabi selama lima belas hari, datanglah laki-laki Anshar itu dengan membawa sepuluh dirham, kemudian membeli makanan dengan sebagian dari uang itu. Nabi bersabda : “ini lebih baik daripada kamu suka meminta-minta, karena hal itu hanya akan menjadikan noda di wajahmu pada hari kiamat kelak”.

Buah hikmah yang dapat kita petik dari hadits Nabi tersebut adalah : pertama, bahwa lamis dapat melemahkan kegigihan kita menghadapi hidup ini. Kedua, bahwa lamis akan membentuk jiwa kita kerdil, mudah merengek-rengek dan cengeng, sebuah sifat yang sulit bagi seseorang untuk dapat hidup mandiri. Ketiga, isilah perut kita dari hasil keringat kita sendiri dengan tidak berbuat lamis.

Selanjutnya, beranikah kita mulai hari ini, tidak lagi berbuat lamis?! Mudah-mudahan rasa malu itu masih menggelayut dan setia menemani kita karena malu adalah termasuk sebagian dari iman. Wallahu a’lam.
Selengkapnya...

Panitia Maulid Rapatkan Barisan

Perayaan Maulid Nabi sudah diambang pintu. Kali ini Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah akan merayakan kelahiran Rosul tanggal 27 Pebruari 2010, artinya perayaan rutin itu akan digelar sehari dari biasanya. Namun demikian, Malam Rabu kemarin, Panitia Maulid Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah melakukan pertemuan. Dalam rapat yang bertempat di Kantor Pusat Pesantren itu membahas beberapa permasalahan yang terkait dengan perayaan Maulid.

Yang menjadi pokok pembahasan yang paling mendesak mengenai perlombaan. Menurut rencana perlombaan Malulid akan dibuka pada tanggal 08 Pebruari mendatang. Menurut rencana pembukaan perlombaan umum dan Musabaqoh Tilawatil Quran akan dibersamakan. Ketua Panitia Maulid Nabi, M. Shaleh Az-Zahrah, S. Ag. mengharapkan, agar perlombaan kali benar-benar merata, dalam artian tidak hanya didominasi oleh madrasah saja. Karena saat ini, khususnya perlombaan umum terkesan didominasi oleh madrasah saja, buktinya perlombaan yang digelar berkutat di perlombaan kitab dan cerdas cermat yang pelajarannya dari madrasah bukan sekolah.

Selain itu, kegiatan hajian pra acara Maulid Nabi juga turut dibahas. Menurut Koordinator Hajian, Thohir Qulubana, pelaksanaan hajian yang rutin dilakukan setiap tahun kali ini akan diformat berbeda dengan tahun sebelumnya. Kali ini peserta akan dibedakan dengan daerah asal asrama masing-masing. Nantinya akan ada sekitar 10 kelompok. 9 kelompok dari asrama pusat dan asrama cabang ada 1 kelompok saja.

Penting untuk diketahui, rangkaian Maulid kali sama dengan tahun yang lalu, dialog wali santri, pengurus pesantren dan pengasuh akan dilaksanakan setelah Shalat Jum’at tepatnya tanggal 26 Pebruari 2010. Sedangkan Malam harinya akan diselenggrakan peringatan Maulid Nabi untuk santri. Khusus santri putra akan terselenggara di Aula Putra dengan penceramah Habib Hasyim Kamal dari Banyuwangi. Sedangkan santri putri bertempat di Kompleks Putri dengan penceramah KH. Abdullah Syamsul Arifin.

Puncak perayaan Maulid akan terselenggara pada tanggal 27 Pebruari 2010. Hadir sebagai penceramah Dr. Imam Mawardi, Prof. Dr. KH. Said Aqil Sirajd dan Menteri Agama RI, Drs. Surya Dharma Ali, MSI. (C12)
Selengkapnya...

Maling

Oleh: M. Hilmy Hidayatullah
“Maleng! Maleng! Maleng!” kiai sepuh teriak maling di suatu sore menjelang maghrib.
Memang, sejak beberapa hari yang lalu, kiai sepuh selalu teriak maling. Padahal rumah beliau aman-aman saja. Beberapa kali Lora Rahman, putra kiai sepuh, menyuruh beberapa santri dalem memeriksa barang yang hilang. Tapi hasilnya nihil. Bahkan tanpa sepengetahuan kiai sepuh dan santrinya Lora Hasan mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada ayah beliau itu. Kadang-kadang Lora Hasan mengintip, mengendus, dan menyelidiki rumahnya. Tidak ada seorang pun yang mencurigakan masuk ke rumahnya. Tak mungkin ada maling! Lalu sesaat kemudian,
“Maleng! Maleng! Bedhe maleng se detengnga.” kiai sepuh teriak maling lagi.
*

“Beremma abah, Fit?”
“Hmmhhhh…,” Fitri hanya melepaskan nafasnya yang berat. “Kule bi’ empian pera’ bisa adu’a bhei, Kak. Mandhere Abah dhuli sehat,”
Lora Hasan melihat wajah abahnya yang terbaring lemas di atas tempat tidur. Dia teringat kembali ketika abahnya mengaji kitab Ta’lim Al-Muta’allim sebulan lalu. Namun penyakit yang mulai mengisi hari-hari beliau memaksa beliau berhenti menginjak lantai mushalla lagi.
“Ala laa tanalul ‘ilma illa bi sittatin…”
Kata-kata itu masih belum hilang dari ingatan Lora Hasan. Sebulan lalu ia rasa setahun lamanya. Lora Hasan sangat merindukan suara abahnya yang penuh kharisma. Begitu pula para santrinya yang mulai resah seiring berkurangnya kesehatan kiai sepuh.
Semula sakit yang diderita kiai sepuh adalah sakit kepala biasa. Tapi semakin hari penyakit beliau semakin parah. Beberapa hari ini beliau sering mengigau tentang maling. Bahkan kadang beliau juga teriak dan teriakan itu sampai ke kamarku yang berjarak kurang lebih 20 meter dari kediaman kiai sepuh.
Setiap malam para santri diminta mengaji di pendopo, berharap semoga kiai sepuh lekas sembuh. Lora Hasan juga meminta tolong kepada beberapa santri senior untuk berjaga-jaga, takut-takut kalau maling itu benar-benar datang. Tapi hasilnya nihil. Walaupun setiap malam para santri lembur menjaga pendopo, tapi mereka tak sekali pun melihat batang hidung maling itu.
Malam itu adalah malam yang mencekam buatku. Malam gelap tak ada cahaya. Hanya ditemani lampu strongking yang berdansa diterpa angin, seakan dia berbisik di telingaku untuk tetap membuka mata. Aku pun berusaha untuk tak memejamkan mataku sebab beberapa temanku yang juga punya giliran jaga sudah tak kuat menahan kantuk yang menggelayuti matanya. Padahal kami telah bertekad tidak akan memejamkan mata kami sebelum kami menangkap maling itu hidup-hidup. ‘Sekali melangkah, pantang menyerah!’ begitu tekad kami. Tapi tampaknya malam yang dingin dan sepi telah mematahkan tekad kami itu.
“Maleng!! Maleng!!”
Aku terperanjat bukan kepalang dan dengan spontan aku membangunkan Haris, Samsul, Saiful, dan beberapa temanku yang lain.
“Ada maling! Ada maling!” aku berteriak.
“Mana malingnya? Mana malingnya?” Tanya Saiful setengah tak sadar.
“Di dalam!” kataku. Sebenarnya aku tak tahu di mana malingnya. Karena sedari tadi aku tak melihat tanda-tanda adanya maling.
Setelah masuk kamar kiai sepuh, aku tak menemukan siapa pun kecuali Lora Hasan dan Ning Fitri yang menenangkan abahnya itu. Aku dan para santri lainnya berusaha mengatur nafas yang tersengal-sengal.
“Malingnya di mana, Lora?” Tanya Saiful dengan mata menyisir seisi ruangan. Tapi Lora Hasan tak menjawab pertanyaan Saiful. Beliau hanya menatapnya.
“San…” suara kiai sepuh agak serak.
“Engghi, Bah?”
“Ambe’eghi ye. Are jumat ria bhekal bedhe maleng rajeh maso’a ka pasantren ria,”
“Engghi,” Lora Hasan hanya mengangguk-angguk. Beliau yakin kalau abahnya itu hanya menceracau.
“Zakki bile abelie?” tanya kiai sepuh lagi.
“Korang oning, Bah,”
“Pasantren ta’ nemmu aman. Dimma ra, Zakki ma’ tak dhulli mule?”
Lora Muzakki. Aku masih ingat ketika iring-iringan air mata keluarga dhalem mengantar anak sulung kiai sepuh itu hingga pintu gerbang. Ketika itu Nyai sepuh masih selalu berdo’a untuk beliau. Semenjak kepergian Lora Muzakki, kiai sepuh dirawat putra keduanya, Lora Hasan dan menantunya, Ning Fitri.
Memang agak lama beliau berada di pondok Syekh Kholil Bangkalan. Wajar kalau kiai sepuh selalu menanyakan beliau belakangan ini. Mungkin kiai sepuh mulai merasakan sesuatu akan segera terjadi. Begitu lama beliau tak kembali ke desanya. Bahkan ketika Lora Hasan menikah dengan Ning Fitri sekali pun.

*

Aku baru saja selesai mencuci di sungai dekat pesantren. Hari itu adalah hari Jumat. Hari di mana semua kegiatan belajar sedang libur. Buru-buru aku menuju kamar. Ingin sekali aku merebahkan badanku. Rasanya beribu ton pemberat telah menggelayuti mataku semenjak dari selesai mencuci tadi.
“Assalamualaikum,” sapaku pada beberapa temanku yang sedang asyik ngobrol sambil beristirahat di serambi kamar.
“Waalaikum salam,” jawab mereka hampir bersamaan. Mereka membuat lingkaran diskusi dan sepertinya mereka membicarakan sesuatu yang sangat serius.
“Sebenarnya kiai sepuh sakit apa sih?” seseorang melanjutkan pembicaraannya setelah terpotong dengan salamku tadi.
“Wah, aku juga ga’ tahu,” jawab yang lain.
“Nah, kamu coba saja tanya sama Rizal. Dia kan sering ronda di pendopo,”
“Zal!?” Rozi memanggilku setengah berteriak.
“Ya?” sahutku.
“Ke sini sebentar,”
Aku terburu-buru menuju ke serambi kamar.
“Kiai sepuh sakit apa sih?”
“Wah, saya juga ga’ tahu. Tapi kata Lora Hasan, sakit beliau sudah agak…”
“Agak apa, Zal?” tanya Rozi penasaran.
“Entahlah,” kataku sambil menaikkan bahu.
“Katanya beliau sering mengigau tentang maling ya?” tanya yang lain.
Aku mengangguk.
“Kau pernah melihat maling itu?”
Aku menggeleng.
“Jangan-jangan…”
“Ah, gak baik su’udz dzon lho…”
Tiba-tiba terdengar gaduh di pintu gerbang. Banyak santri yang berbondong-bondong datang ke sana. Tiba-tiba terdengar iring-iringan Shalawat Badar.
“Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyyatil wada’, wajabas syukru ‘alaina, mada’a lillahi daa’…,” suara santri sahut-sahutan bergantian.
Aku dan para santri lainnya yang sejak tadi asyik berbicara penasaran. Dengan cepat kami melompat dari serambi kamar dan langsung pergi menuju pintu gerbang, mencari tahu apa yang terjadi.
Setelah aku berdesak-desak dengan tubuh kecut para santri, aku melihat Lora Muzakki tersenyum dipeluk para santri. Tak henti-hentinya beliau diserang pertanyaan.
“Bagaimana Madura, Kiai?”
“Kiai, dapat ilmu apa saja dari Syekh Kholil Bangkalan?”
“Kiai sudah pasti menguras ilmu di Madura sana, kan? Ajari kami, Kiai,”
Lora Muzakki hanya tersenyum penuh penuh kharisma.
“Eh, pertanyaannya nanti saja. Kiai baru datang. Beliau pasti sangat lelah. Biarkan beliau istirahat dulu,” kata santri senior lainnya.
“Ya, benar, benar,” sahut yang lain.
Kami mengiringi beliau masuk pesantren yang sudah lama beliau tinggalkan itu. Dan tak jauh dari pintu gerbang, aku melihat kiai sepuh dibopong Lora Hasan datang dari jauh dengan lari yang dipaksakan.
“Maleng!!! Maleng!!! Tangkep malengnga!! Tangkep!!” Kiai sepuh berteriak histeris. Kami tak mengerti dawuh beliau. Tak mungkin kami menangkap Lora Muzakki yang baru saja datang dari Madura. Kami tak punya cukup bukti untuk Menuduh Lora Muzakki sebagai pencuri. Tapi kiai sepuh…, ah, kami bingung!
“Abah,” Lora Muzakki berlari, memeluk abahnya. Kiai sepuh membalas pelukan itu hingga air mata beliau jatuh bercucuran. Begitu juga Lora Muzakki.
Aneh.
Kami tak mengerti.
*

Keesokan harinya, kurasakan seluruh alam menampakkan wajahnya yang muram. Tangis pun pecah tak bisa terhalangi. Suara pendopo kiai sepuh gaduh dengan suara bacaan al-Qur’an bercampur suara tangis.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un… Allah telah memanggil beliau.
Segalanya langsung dipersiapkan. Liang langsung digali. Pendopo pun sudah dikerumuni para santri. Setelah selesai dikafani dan dishalati, kiai sepuh siap dimakamkan.
Selesai pemakaman, para santri dipersilakan ke pendopo untuk minum teh dan beristirahat sejanak.
Keesokan harinya, tema maling menjadi tema yang paling hangat dibahas di semua tempat berkumpul. Maling yang diteriakkan kiai sepuh sehari sebelum beliau meninggal mampu menyihir para santri dalam rasa penasaran yang besar. Maling itu menjadi teka-teki yang seakan-akan harus dipecahkan.
“Menurutmu, apa yang dimaksud kiai sepuh dengan kata-kata ‘Maling’ itu, Din?” kata Saiful pada pada Samsuddin di suatu siang sebelum shalat Dzuhur.
“Entahlah, kok bisa ya, kiai sepuh menuduh Lora Muzakki sebagi maling?” kata Samsuddin sambil mengusap keringat yang mengalir di dahinya.
“Iya ya. Padahal kiai kan memeluk Lora, tapi kenapa kiai menuduh beliau maling?”
“Apa jangan-jangan Lora Muzakki jadi maling ya, selama beliau di Madura?” Yusuf menimpali.
“Ah, ngaco’ kamu!” kataku.
“Lho! Siapa tahu, kan!” Yusuf tetap ngotot.
“Atau jangan-jangan Lora Muzakki itu adalah pencuri ilmu selama beliau di Madura,” kata Saiful lagi.
“Maksudnya?” aku bertanya pada Saiful tak mengerti.
“Maksudnya beliau sudah banyak menguasai ilmu agama,”
“Tapi kenapa kiai sepuh meneriakinya maling dari sebelum Lora Muzakki datang hingga kedatangan beliau?”
“Jangan-jangan…,”
“Beliau berdua wali!!!” kataku dan Samsuddin hampir bersamaan.
“Yah, mungkin.” Saiful menambahkan. “Hanya saja belilau nggak mau kalau kedoknya terbongkar,”
Diskusi kami siang itu tak berlangsung lama. Adzan segera menghentikan pembicaraan kami. Walaupun kami dapat kesimpulannya, tapi kami tahu kalau kesimpulan itu belum tentu benar. Dan sebenarnya otakkku masih menyimpan pertanyaan besar tentang maling yang dimaksud kiai sepuh. Namun aku merahasiakannya. Biarlah ini menjadi pertanyaanku sendiri. Dan sebenarnya lagi, aku yakin kalau teman-temanku juga merasakan hal yang sama denganku.
Selengkapnya...

Asrama Bahasa Sambut Anggota Baru

Beberapa hari yang lalu, Asrama Bahasa Khususnya Bahasa Inggris Putra mengadakan tes masuk. Malam Kamis kemarin para santri yang sudah dinyakan lolos mulai pindah dari kamar asalnya ke kamar yang khusus menampung para santri yang mampu Berbahasa Inggris. Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh anggota lama.

Ketua Kamar Sunan Gunung Jati Nomor 25, Ustadz Hali Makki, memberikan pemahaman terhadap anggota barunya. Lajang kelahiran Raas itu mengatakan, agar anggota baru Asrama Bahasa selalu berbahasa Inggris dengan baik. Mereka harus aktif di kompleks pesantren, tidak boleh kerasan di pemandian, karena hal itu dapat mengganggu segala aktifitas kepesantrenan dan asrama. Anggota barunya itu juga diharapkan untuk aktif di lembaga kursus Bahasa Inggris, ESA. Karena ESA sangat mendukung terhadap kemahiran dalam berbahasa.

Sementara itu pada Malam Senin kemarin, seluruh Kepala Daerah mengahadiri rapat di Kantor Pusat Pesantren. Hadir dalam rapat tersebut, Kabag Kamtib, Kabag Kepesantrenan, Kasubag Asrama, Ubudiyah, dan Kasubag Kebersihan.

Dalam rapat itu, Kabag Kamtib Ustadz Ahmadi Muhamadiyah mengaharapkan kepada semua kasubag dan semua kepala daerah agar lebih proaktif terutama dalam pelaksanaan Shalat Tahajjud. Menurutnya, semua program pesantren butuh keaktifan dari kepaala daerah dan kepala kamar. Sementara itu Kabag Kepesantrenan, Ustadz Sholeh Az-Zahra mempertanyakan kegiatan-kegiatan daerah dan kegiatan Kamar. Beliau mengharapkan agar kepada kepala daerah lebih aktif lagi memantau serta mengawasi kegiatan di kamar-kamar.(Aaz/C12)
Selengkapnya...

BEM Dakwah Siap Terjun

Lintas Dakwah merupakan kegiatan rutin tahunan Mahasiswa Fakultas Dakwah. Dalam kegiatan itu, semua Mahasiswa Fakultas Dakwah mengunjungi lokasi kegiatan Lintas Dakwah. Di lokasi kegiatan, mereka berbaur dengan masyarkat setempat. Menurut pengakuan beberapa mahasiswa, tidak jarang dari setaiap kegiatan Lintas Dakwah meninggalkan kesan positif bagi masyarakat setempat.

Lintas dakwah yang semula dijadwalkan di Desa Pandean, akan dialihkan ke Desa Widuri Asembagus. Ketua Panitia Lintas Dakwah, Lasmana mengaku, dengan peralihan lokasi tersebut dengan beberapa perimbangan. Salah satunya lokasi yang akan ditempati lebih dekat dan akan memudahkan pulang pergi. Untuk pelaksanaan tanggal 10 sampai tanggal 16 Pebruari mendatang.

Sementara itu, pada kegiatan Bahsul Masail Ma’had Aly, DBS FM menyiarkan langsung acara tersebut. Menurut General Meneger DBS FM, Yohandi, Sos. I, siaran tersebut dimaksudkan untuk menyuguhkan acara-acara yang bernuansa pendidikan. Karena menurutnya, selama ini radio yang dipancarkan melaui lantai II Fakultas Dakwah itu lebih banyak mengadakan acara-acara hiburan. Dia juga mengaharapkan, dengan adanya siaran langsung itu Radio DBS FM lebih dikenal lagi oleh banyak orang, teutama para santri maupun masyarakat sekitar yang mampu menangkap frekuensi DBS Fm. (Aaz)
Selengkapnya...

Pesantren Sunan Drajat Studi Banding, Ma’had Aly Bahas Penguburan

Pondok Pesantren Sunan Drajat Banyuanyar Paciran Lamongan Hari Kamis kemarin melakukan silaturrahim dan studi banding ke Pesantren Salafiyah Syafiiyah. Sebanyak 15 orang peserta silaturrahim dan kunjungan tersebut berdialog dengan para pengurus pesantren. Mereka menitikberatkan dialog terhadap persoalan Ma’had Aly dan Institut Agama Islam Ibrahimy. Dari pesantren Sukorejo sendiri yang menemui mereka, Wakil Sekretaris Pesantren, Drs. Hasan Fauzi Alco, M.PdI, Kabid Dikti, KH. Hasan Basri, Lc.

Sementara itu, Ma’had Aly Hari Kamis kemarin menggelar kegiatan Bahtsul Masail Regional dengan tema "Meretas Nalar Manhaj, Membangun Fiqh Moderat". Tim perumus bahtsul masail itu adalah , Wakil Pengasuh Bidang Ilmiah, KH. Afifuddin Muhajir, KH. Hariri Abdul Adhim, BA dan KH. Shalahuddin dari Pesantren Assunniyah, Kencong Jember. Kegiatan itu akan melibatkan beberapa pesantren dan lembaga pascasarjana di berbagai daerah di wilayah Jawa Timur.

Salah satu permasalahan yang dibahas pada kesempatan itu adalah persoalan menghadiri penguburan mayat non muslim. Berawal dari sebuah kasus yang dialami seseorang yang masuk Islam. Suatu ketika orang tuanya meninggal dunia, lalu dia menyuruh orang lain untuk hadir dalam acara persemayaman tersebut dengan catatan orang itu diberi uang saku. Bagaimana hukum menghadiri pemakaman tersebut? Dan bagaimana pula status uang saku yang diterima itu? (C12/Ric)
Selengkapnya...

Sumenep Demo Adat, Situbondo Singkronkan Kegiatan

Buletin Sumekar Iksass Rayon Sumenep kembali hadir ditengah-tengah warganya. Dalam obrolan budaya kali ini, bulletin yang berada dibawah naungan Rayon Iksass Sumenep ini membicarakan masalah sinden dan tayub yang tak bisa mungkin hilang khususnya di Kabupaten Sumenep. Hadir dalam kesempatan diskusi itu, Jauhari Yasin, Senior Iksass Sumenep. Beliau banyak memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang hal itu.

Menurut Koordinator Infokom, Iksass Rayon Sumenep, kegiatan itu akan terus ditingkatkan. Karena senior Iksass Sumenep sendiri masih banyak yang berdomisili di Sukorejo. Diantara mereka adalah Ustadz Ahmadi Muhammadiyah, Ustadz maimun Abd. Jalil dan lainnya. Dewan Pakar Iksass Sumenep pun memberikan dukungan penuh terhadap semangat para pengurus. Mereka berharap agar kekompakan itu tetap dijaga dan ditingkatkan

Sementara itu Iksass Rayon Situbondo, Malam Senin Kemarin mengkoordinasikan semua kegiatan dengan semua pengurus sub rayon di bawah naungan Iksass Situbondo. Menurut Ketua Iksass Rayon Situbondo, Hafid Purnomo tidak lain kegiatan itu untuk menyingkronkan semua kegiatan. Selain dari itu agar ada jenjang kegiatan untuk warganya. Salah satu kegiatan yang berjenjang adalah jurnalistik dan dirosah. Kegiatan itu diikuti oleh semua Pengurus Iksass Rayon Situbondo dan perwakilan dari masing-masing sub rayon.(C12)
Selengkapnya...

BEM Fakultas Syari’ah Gelar Renungan Hati


Sebagai wujud kepedihan siswa dan mahasiswa akhir, Malam Jum’at kemarin Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Syari’ah mengadakan Renungan Hati dan Fikiran di Halaman Sekolah Selatan Putri. Dalam acara tersebut juga digelar Istighasah akbar bersama KH. Ach. Hariri Abdul Adhim BA. Kegiatan yang diikuti semua mahasiswa dan siswa kelas akhir itu bertujuan meningkatkan kualitas kekhusyu’an santri dalam mendekatkan diri kepada Sang Kholiq.
Yang menarik dalam acara itu adalah mencari suasana khusyu’ dengan memfungsikan cahaya-cahaya lilin ditengah gelapnya ruangan. Wakil Pengasuh Bidang Maliyah, KH. Ach. Hariri menghimbau, ibadah yang dilakukan harus ditanamkan dalam jiwa-jiwa para santri. Penentu keberhasilan bukan dari kepandaian, melainkan kesungguhan belajar dan do’a.

Sementara itu, usai semua ujian berakhir, Pengurus Pusat Iksass kembali mengaktifkan program kegiatannya. Kegiatan itu dimulai dengan khitobah di masing-masing daerah. Tepat pada Malam Kamis kemarin kegiatan itu telah terealisasi dengan baik. Seperti biasa, kegiatan yang rutin diadakan semnggu sekali itu dimulai oleh Para kademia Kreatifitas Ibrahimy (ARI) yang berpotensi dimasing-masing bidang. ”Nantinya, penilaian paling aktif dan paling tingi dari khitobah daerah akan tampilakan langsung di acara khitobah akbar ” Tutur Sekretaris Pusat Iksass, Mita Purnama Sari. Selain itu, saat ini Pengurus Pusat Iksass juga sibuk dengan persiapan peringatan Maulid Nabi SAW” tambahnya.(Dew)
Selengkapnya...

Guru MAN Bondowoso Nyantri di Sukorejo

Sebanyak 42 guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bondowoso, Sabtu sampai Ahad ini mengadakan kegiatan nyantri semalam di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui dan merasakan kehidupan santri sehari-hari di Pondok Sukorejo.

Menurut kepala MAN Bondowoso, Drs. H. Imam Barmawi Burhan, ia bersama rombongan diperkirakan sampai di Sukorejo setelah shalat Asyar dan langsung ziarah ke makam KHR. Syamsul Arifin dan KHR. As’ad. Setelah itu, ramah tamah dengan para pengurus pondok pesantren.

Malam harinya, para rombongan guru MAN Bondowoso tersebut berkunjung ke beberapa fasilitas pesantren kemudian mendengarkan taushiyah wakil pengasuh bidang ilmiyah, Kiai Afifuddin Muhajir. Setelah itu, istirahat dan mengikuti kegiatan malam pesantren sampai setelah shalat Shubuh.

Sekitar jam enam pagi, pamitan ke KHR. Ach. Fawaid As’ad sekaligus mendengarkan fatwa-fatwa beliau. Setelah selesai, rombongan para guru tersebut meninggalkan Pondok Sukorejo dan kembali ke Bondowoso. (sah)
Selengkapnya...

Perfeksionisme Kaum Bersarung


Oleh: Sholehuddin

Penting kiranya bagi para santri dan santriwati memahami identitasnya sendiri sehingga mereka bisa menempatkan diri ditempat yang sebenarnya. Santri yang berniat mengabdi dan mencari barokah dari para kiai, ulama' dan pesantren, merupakan sosok yang harus sepenuhnya bisa menjaga muru’ah identitasnya, pesantren, dan nama besar kiai atau para gurunya.

Selain itu santri juga orang yang dependabilitas sebagai penyebar perfeksionisme yang baik bagi masyarakat yang masih terpinggirkan dengan bekal yang telah diterimanya sewaktu masih nyantri di pesantren. Dengan bekal itu tentu sudah mencukupi baginya untuk terjun ke masyarakat dan masyarakat pun akan menyambut bahkan menanti–nanti kedatangan sosok yang selama ini menjadi harapan perubahan. Akan tetapi anggapan itu akan cenderung berubah bahkan menjadi sebuah anggapan yang tidak baik dan tidak sesuai dengan apa yang sebelum–sebelumnya dipamorkan dari seorang santri. Kenyataan yang berbalik, ketika harapan itu tidak terpenuhi dan tidak ditunjukkan dalam aplikasi wujud nyata oleh santri, dan semuanya terbukti dari banyaknya alumnus dari beberapa pesantren ketika mereka pulang ke kampung halamannya yang justru menunjukkan kebiasaan yang buruk melebihi kebiasaan orang yang tidak nyantri serta memperlihatkan bahwa dirinya juga tidak mempunyai kemampuan dan gugup dalam menghadapi problem yang ada dalam masyarakat.

Terasingkan dari khalayak umum dan hanya berkutak serta bergaul dengan para teman sesama santri dalam komplek yang dikelilingi tembok tinggi, hanya pengasahan otak dan intelektualistas dengan dicekoki teori-teori dari keilmuan tanpa ada aplikasi langsung kelapangan yang menjadikan para santri yang nantinya telah pulang kemasyarakat justru berbalik minder atau canggung menghadapi masyarakat luas, itu semua yang menyebabkan santri gagal dalam dakwahnya dikampung halaman.

Dengan demikian masyarakat akan menilai dan memperbandingkan antara santri dengan yang bukan santri tidak ada bedanya, asumsi tentang santri yang selama ini begitu diagung-agungkan bak manusia yang telah berhasil dalam meditasinya untuk menjadi malaikat makhluk suci yang juga bisa diandalkan dapat merubah masyarakat jauh lebih baik lagi.

Tetapi harapan itu akan terwujud menjadi harapan yang bernilai tinggi ketika metode dalam pengajaran dalam pesantren juga menunjang serta diselipkan metode pendekatan dan aplikasi wujud nyata dari teori yang telah didapat, system pengajaran terhadap santri untuk bergaul dengan masyarakat luas dan bahkan melatih santri untuk bisa memberikan jalan keluar bagi problem masyarakat terutama dalam bidang amaliyah dan hukum. Keberhasilan akan terlihat ketika masyarakat mau mengikuti terhadap apa yang menjadi kebiasaan dan talenta dari santri.

Kebenaran dari pendapat suatu pendapat adalah belajar teori tidak cukup tetapi dibutuhkan juga pembelajaran aplikasi dari teori tersebut dan hal itu akan didapat dari pengalaman terjun langsung, karena dari pengalaman itu pembelajaran mental, psikis dan kepercayaan diri akan didapat. Untuk itu perlu adanya bumbu didalam metode pendidikan pesantren sebagai penunjang para santri agar siap menghadapi masyarakat dan persoalan yang akan dihadapi. Teori hanya pengantar atau mukaddimah dari sebuah aplikasi, santri akan bertanya–tanya seperti apa aplikasinya ketika mereka telah dicekoki teori dari keilmuan yang membutuhkan pengaplikasian yang sebenarnya. Itu semua diperlukan pengalaman praktek sehingga mereka dapat memberikan contoh kepada masyarakat nantinya.

Kebanyakan ketika hanya teori yang didapat, khususnya para santri yang terpenjara dalam komplek pesantren akan merasa canggung untuk mengaplikasikan keilmuannya, perasan takut salah, takut tidak diterima atau takut menggurui akan terus menghantui. Masyarakat tidak akan melihat dia anak siapa tetapi yang akan dilihat adalah status sebelumnya yaitu status “ Santri “, walaupun nyantrinya hanya sebentar dan juga yang menjadi sorotan adalah nama besar dari Pondok Pesantren serta kharisma Sang Kiai, tentunya yang mempunyai tugas untuk menjaga muru’ah atau nama baik Pesantren dan nama baik Kiainya (pendiri dan pengasuh pesantren) tiada lain dan tiada bukan adalah tugas santri ketika pulang kemasyarakat, serta yang mempunyai kewajiban untuk membesarkan pesantren juga tugas dari santri (ketika menjadi alumnus), mempromosikan dengan contoh kepribadian dan sepak terjang pribadi santri itu sendiri ditengah – tengah masyarakat.

Dengan demikian pondok pesantren dapat dikatakan sebagai lembaga yang telah siap melahirkan lulusan yang berkualitas serta memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif, sedangkan santri yang telah pulang kekampung halamannya tidak lagi berpikir tidak siap dan tidak sanggup untuk menjadi tumpuan masyarakat nantinya.

* Pustakawan IAI Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
Selengkapnya...

Kuliah Untuk Mengabdi



“Umur boleh mulai menua, tapi semangat belajar tetap muda!”

Kalimat di atas, barangkali, tepat sebagai semboyan mahasiswa program beasiswa pesantren. Para mahasiswa tersebut mayoritas berstatus kawin dan beranak-pinak. Namun semangat untuk menuntut ilmu tetap membara, tak kalah dengan yang muda-muda.

Mereka mendapatkan beasiswa untuk kuliah di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Dakwah IAI Ibrahimy. Menurut data di Fakultas Dakwah, mahasiswa yang mendapat beasiswa pesantren sebanyak tujuh putra dan sebelas putri. Hampir semuanya, telah mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik di lingkungan lembaga pendidikan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. “Saya sekarang mengabdi di madrasah, dan nanti setelah lulus kuliah akan tetap mengabdi,” ungkap salah seorang mahasiswa.

Menurut salah seorang mahasiswi Fakultas Dakwah semester VII, mahasiswi program beasiswa tersebut cukup rajin kuliah. Mereka juga senang berdiskusi. Para ustadzah itu juga senang ke perpus. “Pokoknya, tak kalah dengan mahasiswa biasa,” tambahnya.

Suasana di perkuliahan amat hangat dan dinamis. Mereka kerap melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis namun penuh humor.


Lalu bagaimana dengan di putra? Suasana perkuliahan untuk program beasiswa pesantren di putra adem ayem, tak sehangat di putri. Mereka tak seaktif mahasiswa biasa. “Barangkali mereka sibuk,” ujar salah seorang mahasiswa.

Menurut Dekan Fakultas Dakwah, Wisri Wahid, mahasiswa program beasiswa ini semuanya masuk jurusan BPI. Karena setelah lulus mereka akan mengabdi di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Sukorejo. “Nah, ilmu-ilmu yang diperoleh di perkuliahan langsung dipraktikkan di lembaga pendidikan tempat mereka mengabdi,” tuturnya.

Menurut Wisri, kompetensi mahasiswa BPI ada tiga. Pertama, mahasiswa menguasai Konseling Islam dan Kesehatan Mental. Untuk mencapai ini, mahasiswa dibekali matakuliah “ Psikologi Agama”, “Psikologi Kepribadian”, “Konseling dan Terapi”, “Konseling Perkawinan”, dan “Kesejahteraan Sosial”. Indikatornya, mahasiswa mampu menerapkan teori-teori konseling Islam dan kesehatan mental dalam menangani kasus-kasus klien.

Kedua, mahasiswa menguasai Bimbingan dan Konseling di sekolah. Untuk mencapai kompetensi ini, mereka diberi matakuliah “Bimbingan Konseling Sekolah” dan “Psikologi Belajar”. Dan ketiga, mahasiswa memiliki kecakapan dalam mengelola konseling. “Sebab mereka akan dibekali matakuliah Administrasi dan Organisasi BK,” imbuhnya.
Program beasiswa pesantren ini prioritasnya untuk asatidz dan umana’ ma’had. Untuk mendapatkan beasiswa mereka diharuskan menandatangi surat pernyataan bermateri. Isinya: mereka siap aktif mengikuti perkuliahan sampai selesai, setelah lulus akan bertugas di pesantren sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan pesantren, dan bila mereka tidak aktif kuliah dan setelah lulus tidak mengabdi di pesantren mereka akan dikenai sanksi. (Syamsul A. Hasan)
Selengkapnya...

Andai Aku Jadi Raja


Oleh: Ustadz Zaenal Arifin

Dahulu ada sebuah kerajaan yang sangat aman. Rakyatnya makmur dan sentosa. Raja ini selalu memperhatikan dan mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Sang Raja selalu berkeliling negeri untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.

Suatu hari Sang Raja mendengar rintihan seorang pemuda yang kelaparan. Si Ibu dengan suara lemah mengatakan kepada anaknya bahwa dia sudah tidak memiliki lagi persediaan makanan. Raja terkejut di negerinya ada rakyatnya yang kelaparan.

Sang Raja berfikir sebentar. Kemudian dia membuat sebuah kesempatan untuk sang pemuda tadi. Dia memerintahkan prajuritnya. untuk secara diam-diam membawa sang pemuda itu ke istana ketika dia sedang tidur, malam itu juga.

Ketika pemuda itu tidur, secara diam-diam beberapa prajurit membawa pemuda tanpa sepengatahuan siapa pun termasuk pemuda itu sendiri.

Raja ingin memberikan jabatannya sebagai Raja selama sehari untuk si pemuda tersebut. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan si pemuda.

Pagi harinya ketika terbangun dari tidurnya si pemuda tadi heran, dimanakah dia berada? Segera beberapa pembantu istana menjelaskan bahwa dia saat ini di istana kerajaan dan diangkat menjadi Raja.

Para Pembantu istana sibuk melayaninya.Sementara itu di tempat terpisah si ibu kebingungan dan cemas karena dia mendapati anaknya hilang dari rumahnya. Dicarinya kemana-mana tapi sang anak pujaan hati tetap tak ditemukannya. Siang harinya sambil menangis dan bercucuran air mata si ibu pergi ke istana Raja untuk meminta bantuan mencari anaknya ke pelosok negeri. Di gerbang istana si ibu tertahan oleh para penjaga istana dan tidak diijinkan untuk bertemu dengan Raja.

Namun demikian, seorang penjaga itu masuk dan memberi tahu kepada Sang Raja baru (Pemuda anak ibu tersebut) bahwa di luar istana ada seorang ibu tua lusuh dan kelaparan yang sedang mencari anaknya yang hilang. Sang Raja kemudian memerintahkan untuk mensedekahkan satu karung beras kepada ibu tua miskin tersebut.

Malam harinya Sang Raja baru itu tidur kembali di kamarnya yang megah dan mewah.Tengah malam, Sang Raja yang asli dengan para pembantunya secara diam-diam kembali memindahkan pemuda yang sedang tidur lelap itu kembali ke rumah ibunya.

Esok pagi si ibu sangat gembira karena telah menemukan kembali anaknya yang hilang kemarin. Sebaliknya si pemuda heran kenapa dia ada disini kembali. Si ibu bercerita bahwa kemarin dia mencarinya kesana-kemari hingga pergi ke istana untuk minta bantuan, dan pulangnya dia diberi oleh Raja sekarung beras. Si Anak segera menyadari bahwa dialah kemarin yang memberi sekarung beras itu.

Kemudian bergegas dia pergi ke istana dan menghadap Raja, dengan lugu dia minta diangkat kembali menjadi raja. Walau cuma sehari .Sang Raja segera menolak dengan mengatakan bahwa waktu/kesempatannya menjadi raja sudah habis.

Si Pemuda tetap memohon,sambil menghiba-hiba Pemuda itu minta hanya sejam saja bahkan beberapa menit saja, tetapi Sang Raja tetap menolak

Sang Pemuda pulang dengan hati penuh penyesalan. Kenapa dia sangat kikir ketika jadi Raja sehari itu, seandainya dia dermawan maka tidak hanya sekarung beras yang dia kirim tetapi mungkin berton-ton beras yang dia kirim.


Tahukah Anda ? Itulah analogi kehidupan kita sekarang. Kelak di akhirat ada orang-orang menyesal .Mereka tidak pernah atau tidak serius beramal untuk akhirat mereka. Mereka tidak mengirim beras ( pahala ) yang banyak untuk kampung akhirat mereka.

Mereka menghiba-hiba kepada Allah swt agar di hidupkan kembali ( dikembalikan ke dunia sekali lagi): “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia agar kami bisa berbuat kebajikan yang amat banyak), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim." Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. “ ( QS Al-Mukminun:107-108)

Ketika kita beramal, Sesungguhnya amal itu untuk diri kita sendiri !

(Ketua GP Ansor Brebes Jateng, Alumni Fak. Tarbiyah IAII)
Selengkapnya...

Astaufirullah al-Adhim

Oleh : Rizqiulme

Dibawah terik Matahari
Kafilah kegelapan
Membentangkan senyum siriknya
Membuat hamparan bumi berpeluh limbah kenistaan
Membuat samudra berdusta akan dirinya
Hingga langit meronta-ronta mengubur asa
Hingga langit bersedih meneteskan air mata
Membasahi pipi dunia…..!

Dalam benak penuh tanda Tanya

Mengapa….?
Kenapa……?
??????????????????

Apakah ini idzin dariNya ?
Apakah ini karyaNya ?
Atau, hanya iseng malaikat-malaikat
Yang bertugas menggoda isi dunia…?
Atau leher benakku pantas ditebas gerombolan tanda Tanya
Hingga terbatah-batah melafadhkan asma-asmaNya
Sambil berbisik kata penuh makna
Astufirullah al-‘Adhim
Selengkapnya...

Pasrah Diri

Oleh : Rizqiulme

Di sepanjang jalan itu
Ku langkahkan kaki
Beralaskan duri
Yang tak kenal basa-basi
Hanya mataku menatap jauh kearah warna pelangi
Hinggaaa..!
Ku mengayun-ayun sunyi perahuku yang menyimpan misteri
Arus gelombang ombak menerjangku, mengantarku kedasar samudra
Hingga ku terlelap dengan bantal mutiara
Memimpikan kata penuh makna
Sukses….!
Kata yang ku impikan
Kata yang ku mimpikan
Hatiku berkarya, menulis membentuk kata sastra
Tinta emas tergores dalam sucinya pikiranku
Menatap serius dalam sebuah pandangan
Melantunkan sukses dalam rembulan malamku
Jiwaku berirama dengan alunan hembusan angin
Arah timur….., barat….., selatan…..,
Utara……., hanya tuk tingkatkan prestasiku
Akupun melayar dikesunyian malam
Atas asma-asma dan ayat-ayat suciNya
Ku pasrahkan diri
Hanya tuk cita-citaku
Hanya tuk suksesku
Hanya tuk seriusku
Hanya tuk tingkatkan prestasiku
Hanya tuk kearifan, keselamatan
Agar aku tak beralas duri
Agar aku Happy…..!
Selengkapnya...

Mahkota Jiwa

Oleh : Rizqiulme

Burung bersenandung lagu sendu
Temani mentari nan lesu
Seirama embun membisu
Sambut pagi berwajah pilu
Senda gurau angin, lawakan awan
Termakan hujan kepedihan
Sempurnakan jeritan insan
Kutanam bunga sejuta harapan
Kusiram air kasih sayang
Tumbuhkan gelora damba
Berbuah rindu merangkul dada
Ta’ halangi bendera sang layu tuk berkibar
Keelokan mahkotanya
Senyuman daunnya Iringi jiwa melayang
Menembus tujuh petala langit
Laksana rembulan menyongsong malam
Anggun warnanya, bening sinarnya
Biasan cahayanya redupkan fatamorgana
Dia tumbuh ditanah kasih sayang
Air kemulyaan jadi teman kecilnya
Pupuk keikhlasan kembangkan dahannya
Senada sentuhan tangan tuhan
Jadikan bunga putih merona
Terjangan angin kesedihan
Hantaman badai kesesatan
Ta’ goyahkan cengkraman akarnya menyerap sari-sari ketauhidan
Tapi mengapa …..?
Engkau layu oleh sengatan takdir
Kau rapuh di tengah Lumpur kebimbangan
Hingga kau roboh tertiup dunia maya
Kucoba tutup jendela mata
Temani lisan bergeming syahdu
Rasakan hampa basahi relung hati
Membujur sangkar memenjara pelita rasa
Biji mata teteskan air kenistaan
Mengalir deras kepenghulu jiwa
Memaksa lentera hati merundung pilu
Namun…..
Setitik kehidupan terlukis dalam hamparan jiwa
Kuatkan sketsa air pecahkan batu
Hadirkan sepercik semangat membakar asa
Tuk mengusir sang layu
Menuju bukit ketegaran nan jauh disana
Kumulai berpijak melangkah berlari
Menembus lingkaran waktu
Tuk jemput senyum sumbing bungaku
Tawarkan semerbak penuh pesona
Di taman sorgaku.
Selengkapnya...

Akhirnya Tersenyum

Oleh : Rizqiulme

Matahari menyinari seisi bumi
Mudahkan langkah mengisi tinta kehidupan
Bintang berpijar menyelimuti malam
Temani lelap menembus cakrawala pagi
Seruan pencipta hanya nyanyian belaka
Jeritan alam tak mampu menusuk telinga

Demi nadi yang berdenyut
Jantung berdetak, nafas berhembus
Siapa kita….?

Masihkah tergores pada dinding Qalbu
Siapa yang mendenyutkan nadi
Mengapa jantung berdetak
Hingga nafaspun berhembus

Untuk apa nadi berdenyut
Jantung berdetak
Bila nafas berhembus tidak untuk menyembahNya

Pantaskah nadi berdenyut
Bila kedhaliman menyertai jiwa
Pantaskah jantung berdetak
Jika kemungkaran melumuri raga
Langit meneteskan air mata
Bumi merintih bersedih
Jadikan bencana silih berganti
Membuat alam enggan berselimut jiwa

Kemana mata memandang
Bila murkaNya terlintas di kelopak mata
Bagaimana kaki melangkah
Jika kemarahan alam ta’ lagi menyingkap hati

Betapa besar karuniaNya
Hingga gunung ta’ sanggup memikulnya
Lautan ta’ mampu menampungnya
Bahkan ibadah ta’ bisa menyamainya


Wahai jiwa yang lemah
Laa Takhof wa Laa Tahzan
Hanya kepadaNya jiwa bersimpuh
Berserah diri dinaungan keagunganNya

Wahai insan pelupa
Denyutkanlah Shalawat
Deta’kanlah Dzikir
Bernafaslah dengan ke-ikhlasan
Datangkan taubat tu’ merayuNya
Selipkan taqwa tu’ menghiburNya

Niscaya RahmatNya selalu menaungi jiwa
Hingga akhirnya tersenyum menghadap sang pencipta
Selengkapnya...

Dahulukan Kepentingan NU


Oleh: Nur Taufik

Tepat tanggal 31 Januari, NU akan merayakan kelahirannya yang ke-84. Berbicara tentang kelahiran NU saya teringat dawuh KHR. As'ad Syamsul Arifin dan kiprah KHR. Ahmad Fawaid As'ad terhadap NU

Di dalam beberapa wasiat dan dawuh KHR. As'ad Syamsul Arifin, tak jarang beliau menyinggung NU. Salah satunya ada ungkapan tegas yang beliau dawuhkan, "Santri Sukorejo yang keluar dari NU jangan berharap berkumpul dengan saya di akhirat nanti.”

Dalam dawuh lain beliau sempat bilang, "Saya tidak takut mati untuk NU.” Dari dawuh tersebut sudah jelas, bagi KHR As'ad bahwa NU adalah anak emas semasa hidupnya. Artinya seluruh hidup beliau pergunakan untuk mengabdi terhadap NU. Di antaranya: sebagai mediator berdirinya NU dan berperan dalam mengembalikan NU ke khittah. Namun walaupun demikian ada pelajaran yang perlu diambil yaitu beliau tidak pernah ambisi untuk menduduki jabatan strategis di NU maupun di pemerintahan. Walaupun beliau ditawari apalagi sampai berkampanye kesana kemari. Namun hal tersebut tidak pernah mengurangi pengabdian beliau terhadap NU. Bahkan saat beliau menjelang wafat, yang selalu dititipkan kepada tamunya adalah NU, pesantren, dan negara!

Kecintaan beliau terhadap NU berlanjut pada putranya KHR. Ahmad Fawaid As'ad.Tetap NU barangkali itu yang sudah jadi prinsip yang dipegang KHR. Ahmad Fawaid As'ad. Sebagai bukti nyata kecintaan beliau terhadap NU. Salah satunya dalam pemilihan pemimpin, KHR. Ahmad Fawaid As’ad selalu memilih pemimpin yang berlatar belakang NU. Beliau selalu menginstruksikan kepada santri dan alumninya untuk ikut memenangkan pasangan yang berasal dari NU dan jelas kontribusinya terhadap NU. Tak jarang beliau sendiri secara langsung turun ke pelosok desa untuk mengkampanyekan pasangan yang punya latar belakang NU. Baik dari tingkat kabupaten sampai nasional

Menyimak beberapa pemaparan di atas sudah jelas bahwa KHR. As'ad Syamsul Arifin dan KHR. Ahmad Fawaid As'ad selalu mengajarkan kepada kita agar ikut andil dalam berjuang membesarkan NU. Untuk mewujudkan itu tidak cukup kita hanya ngaku-ngaku saja. Apalagi NU dijadikan kendaraan untuk mendapatkan kepentingan pribadi atau golongan. Nauzubillah

Jadi kita hendaklah memupuk prinsip yang sempat dikemukan KHR. Ahmad Fawaid As’ad yakni, ”Apa yang sudah kita berikan terhadap organisasi dalam hal ini NU, bukan apa yang sudah diberikan organisasi kepada kita.” Kalau kita berpegang teguh pada prinsip tersebut, insya Allah sebagai santri Salafiyah Syafi’iyah kita akan selalu mengabdi dengan rasa penuh tanggung jawab dan Ikhlas.

Ada hal yang harus mendapat perhatian kaitannya dengan kenyataan yang terjadi di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah kalau bicara tentang NU, disadari ataukah tidak seakan pembahasan tentang NU semakin tenggelam. Begitupun kiprah KHR. As'ad di NU yang jarang sekali mendapat perhatian dari santri. Pada acara haul pun jarang sekali disinggung kiprah beliau semasa hidupnya akan pengabdiannya terhadap NU. Kalaupun ada sekarang yang membahasnya, barangkali hanya berapa gelintir orang atau organisasi saja yang masih peduli terhadap pembahasan tersebut. Tidak hanya itu, di buku biografi hanya sekilas saja disinggung.

Jadi ada hal yang harus dilakukan oleh pesantren untuk mewujudkan santri agar ansih terutama membahas sesuatu yang berkaitan dengan identitas ke-NU-an. Karena sepulang ke masyarakat santri dituntut untuk mengabdi lewat NU. Jadi sebelum itu santri harus paham tentang apapun kaitan dengan NU

Pertama Hendaknya pesantren memberi informasi terhadap santri kaitannya dengan Ke-NU-an. Misalnya menyediakan media yang secara langsung memberitakan perkembangan tentang NU yang terbaru.

Kedua, peka terhadap kegiatan di luar Pondok Pesantren kaitannya dengan NU dan mendelegasikan santri untuk mengikuti acara tersebut supaya santri bisa menetahui kondisi NU di luar.

Ketiga didalam pelajaran Ke-NU-an yang menjadi pelajaran pendidikan madrasah setidaknya ditambah tentang kiprah KHR. As'ad di NU agar santri memahami tentang perjuangan beliau dan termotivasi untuk melanjutkannya.

Keempat hendaknya Pesantren ikut memperingati hari kelahiran NU sebagaimana memperingati hari-hari besar Islam. Dengan peringatan tersebut,maka para santri akan banyak memperoleh pelajaran tentang ke NU an serta termotivasi untuk meneruskan perjuangan para pendahulu NU

Maka sudah sepantasnya sebagai penerusnya kita harus ikut merawat, peduli, menjaga dan membesarkan NU. Jangan sampai kepentingan pribadi lebih dipedulikan daripada kepentingan NU
Selengkapnya...

Iksass Bali Pilih Super Cuek

Iksass Rayon Bali beberapa waktu yang lalu mereformasi kepengurusan Sederet Perkumpulan Cowok Intelektual (Super Cuek). Terpilih sebagai ketua Rifa’i, sekretarisnya Nur Kholis serta jabatan bendahara diamanahkan kepada Dinansyah. Pertemuan itu diikuti oleh semua mahasiswa asal Bali dari semua jurusan dan tingkatan.

Mengawali program kerjanya, anggota Super Cuek Malam Kamis kemarin mengadakan diskusi dengan materi ke –NU-an. Bertindak sebagai nara sumber Suriyanto, SHI. Alumni Fakultas Syariah itu membahas seputar Ahli Sunnah Wal Jamaah dan Nahdlatul Ulama. Dengan adanya wadah diskusi tersebut, Ketua II Iksass Bali, Ach. Kusyairi, mengharapkan, agar mahasiswa mempunyai bekal dengan berbagai materi aktual.

Sedangkan Malam Rabu kemarin, Badan Eksekutif Mahasiswa Ibrahimy (BEMI) mengadakan pembentukan panitia bakti sosial. Terpilih sebagai ketua Hali Makki. Seusai pemilihan panitia, Pengurus Bemi melanjutkan rapat dengan diskusi ilmiyah. Bertindak selaku pimpinan diskusi, Presiden Bemi, Arif Rahman. Sementara itu, setelah mengadakan kegiatan Exam, pengurus Esa melakukan evaluasi program.

Sementara itu Iksass Sub Rayon Asjaba Malam Selasa kemarin mengadakan persiapan pendelegasian perlombaan mauled. Akhirnya para peserta menentukan beberapa lomba yang akan diikuti. Hal itu antara lain, lomba pidato, syiir, drama, dan puisi.(C12)
Selengkapnya...

BEMI Putri Persiapkan Pekan Ilmiah

Minggu kemarin Badan Eksekutif Mahasiswa Ibrahimy putri menggelar rapat tindaklanjut mengenai pembentukan Panitia Pekan Ilmiah Mahasiswa yang akan dilaksanakan pada Bulan Maret mendatang. Pertemuan yang dihadiri oleh para senior BEMI tersebut memberikan solusi dan arahan serta dukungan penuh. Rapat yang bertempat di Kampus Putri itu dibentuk kepanitiaan serta berbagai macam bentuk perlombaan diantaranya perlombaan LKTI (lomba karya tulis ilmiah), Orasi Ilmiah, Debat Publik, Pidato 2 bahasa (Arab dan Inggris), dan putri IAII.

Acara kali ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, karena untuk menyambut Hari Ulang Tahun IAII Maret mendatang, menurut Rini Fatmawati selaku Presiden BEMI 2009-2010 pihaknya akan menghelat prosesi acara yang sedikit menggebrak Mahasiswa IAII. Festival Putri IAII yang bertema Pekan Ilmiah Mahasiswa itu akan mengundang seluruh Universitas dan Institut yang ada di wilayah Jawa – Timur yakni Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Dan Jember. Mereka akan ikut bersaing dan berpartisipasi di IAII, selain itu tak ketinggalan bazar buku dan makanan pun akan ikut meramaikan acara.(Rin)
Selengkapnya...

Asrama Bahasa Holiday Zone, LPIBA Cool Zone


Asrama Bahasa putri tidak mau tinggal diam mengisi liburan madrasah dengan mengadakan berbagai macam lomba. Pengurus Asrama Bahasa menginginkan anggotanya selalu kompak dengan adanya perlombaan ini. Mulai hari Rabu kemarin lomba tersebut dilaksanakan. Ada beberapa lomba yang digelar diantaranya, lomba Ball Dance, Kelereng Family, Blind Pin dan Water Boom. Segenap anggota Asrama Bahasa terlihat semangat dan antusias mengikuti Holiday Zone itu karena waktu libur diisi dengan sesuatu hal yang menyenangkan. Holiday Zone ini berakhir pada Hari Kamis yang bertempat di Halaman Asrama Bahasa Putri.

Tak mau kalah, Lembaga Pengembangan Intensif Bahasa Asing (LPIBA) mulai Malam Selasa kemarin menggelar Cool Zone. Kegiatan itu diisi dengan berbagai macam lomba untuk dijadikan bahan evaluasi. Hal itu sebagai persyaratan nilai ujian. Lomba yang digelar adalah Conversation, Speech Arab dan Inggris, MC Arab dan Inggris, lomba yel-yel dari masing-masing Klub LPIBA. Serta lomba Smart Zone (Cerdas Cermat).
Ada enam klub yang bertarung dalam ajang itu diantaranya, Turki, Mexico, Kanada, Argentina, Venezuela dan Afrika. Menurut Wahyu Nida Aminah, salah satu tutor LPIBA, Cool Zone ini selain dijadikan sebagai bahan evaluasi juga untuk mengetahui bakat para anggota dalam penguasaan bahasa asing. Acara ini digelar di Auditorium Putri sampai pada Hari Kamis kemarin.(She)
Selengkapnya...

Osim MTs Berkarya, Osim Misspi Class Meeting


Untuk mengisi waktu luang setelah ujian semester ganjil, Osim MTs Putri menghelat perlombaan membuat sebuah karya dengan bahan dasar dari kardus dan sabut kelapa. Menurut Ketua Osim MTs, Nurhasanah Mahnan, acara itu digelar selama 2 hari berturut-turut mulai tanggal 19 hingga 20 Januari 2010. Delegasi sebanyak 7 orang peserta dari masing-masing kelas 1 dan 2 MTs. Para peserta diberi kesempatan untuk menciptakan sebuah karya berupa apa saja yang mereka inginkan dan karya tersebut harus mengandung filosofi.

Demikian pula, dengan Osim MI Putri juga mengisi kekosongan waktu setelah ujian semester dilaksanakan. Para Pengurus Osim MI Putri juga menggelar berbagai macam lomba yang dikemas dalam bentuk “Class Meeting”. Dengan mengangkat tema “Ekspresikan Kreasimu, Tingkatkan Potensimu”, mulai Hari Rabu kemarin ajang tersebut digelar. Lomba yang ditampilkan pada kesempatan itu mulai baca kitab, lomba Nasyid, mewarnai kaligrafi, baca kitab, Nazhom Aqidatul Awam, Drama sampai Tasrif Istilahi.

Class Meeting tersebut berakhir pada Hari Kamis. Sedangkan Hari Jum’at merupakan penutupan sekaligus pengumuman para pemenang lomba. Menurut Ketua Ketua Panitia, Siti Qomariyah, ajang ini dapat dijadikan untuk meningkatkan kreatifitas dan bakat siswi.(She)
Selengkapnya...

JQK Hadirkan Juara I Nasional

Dalam rangka menumbuhkan bakat dan minat tulis menulis arab, Jam'iyatul Quro' wal Khottotin (JQK), Selasa kemarin mendatangkan pembina Khot dari Pasuruan. Pembina Khot yang pernah meraih Juara satu Tingkat Nasional di Jogjakarta pada tahun 1992 ini melakukan pembinaan khusus di bidang hiasan Mushaf Al-Qur'an. Pembinaan yang diikuti oleh 60 peserta tersebut berlangsung selama 3 hari, dari hari Selasa sampai hari Kamis. Fasilitas yang didapatkan peserta yaitu, Sertifikat, Kertas manila ukuran standar Mushaf dan Cat warna untuk menghias.

Koordinator Khot Bisri Hidayatullah mengharapkan, dengan kedatangan Dewan Hakim/Dewan Juri Tingkat Provinsi Jatim tersebut, peserta mampu menggunakan kesempatan dengan sebik-baiknya. Karena menurutnya, mendatangkan Pembina yang Profesional adalah sesuatu yang langka dan luar biasa. Bisri Hidayatullah juga mengungkapkan, mendatangkan Para Pembina Profesional bukan hanya sekarang saja bahkan akan terus mengusahakan untuk mendatangkan para pembina Profesional yang lain. (Aaz)
Selengkapnya...

Laila, Calon Penulis Impikan Ruhul Islam


”Jangan pernah berpikir seberapa besar cita-cita kita, tapi berpikirlah seberapa besar usaha kita untuk mewujudkan”

Itulah sepenggal kata yang dijadikannya motto seorang Lailatur Rahmah dalam mengarungi kehidupan dunia maya ini. Laila --- begitu akrabnya --- pada malam perayaan Tahun Baru Hijriyah kemarin, namanya tercatat sebagai bintang pelajar SMA Ibrahimy. Perasaan kaget dan senang bercampur jadi satu saat namanya disebutkan. Laila tak sebatas senang saja, tapi ia menginginkan dirinya mampu mempertahankan dan berusaha untuk menjadi lebik baik lagi.

Sebagai orang NU, Laila mempunyai keinginan besar menjadi seorang penulis yang bisa membawa Ruhul Islam. Ruhul Islam yaitu ruhnya Islam atau memajukan Islam. Ia ingin memajukan ajaran NU dan merubah aqidah yang rusak melalui tulisan-tulisannya. Inilah yang menjadi cita-citanya sebagai pengabdian kepada nusa dan bangsa.

Pembaca sejati komik itu sudah mulai menyukai buku-buku komik sejak ia duduk di bangku kelas 4 SD. ”Aku suka komik dari gambar dan ekpresinya, kalau novel aku tidak terlalu suka karena ngebosenin,”kilahnya dengan senyum mengembang saat diwawancarai. Putri pasangan Ayahanda Hasyim Rahman dan Ibunda Munifah Mujib ini juga hobi menciptakan manga-manga orang disekitar. Manga-manga disini adalah gambar kartun Jepang hobi ini pun tertanam semenjak kecil. Karena sejak dulu ia sudah suka melihat film kartun dan komik khususnya kartun Bleach dan Naruto.

Gadis kelahiran Situbondo, 26 Desember 1991 ini mengagumi sosok Abu Hurairah RA. Hal itu disebabkan oleh semangat beliau yang menggebu-gebu untuk menuntut ilmu meskipun beliau tidak mempunyai keluarga dan hanya tinggal di Emperan Masjid Nabawi. Selain Abu Hurairah, ia juga mengagumi Imam Syafi’i karena pemikiran beliau yang luar biasa, sampai-sampai Imam Syafii mempunyai dua Qoul yaitu Qoul Qadim dan Qoul Jadid. Sedangkan 2 Qoul itu selaras dan cocok dengan zaman sekarang.

Siswi Kelas XII IPA 3 ini selain pernah meraih Bintang Pelajar SMA Ibrahimy dan Pembaca Kitab Terbaik Madrasah Aliyah, juga pernah meraih penghargaan Bintang Pelajar SD Ibrahimy tahun 2003-2004. Gadis berwajah imut ini juga pernah meraih terbaik 1 Pelajaran Agama Se-SMP Situbondo. Demikian juga, terbaik 1 UN SMP Ibrahimy 2006-2007, Juara I Speech LPIBA Ekstren tahun 2005-2006 dan pernah menyabet Juara Harapan I Olimpiade Fisika (OSN) Se-Kabupaten Situbondo.

Gaya belajar sehari-hari yang diterapkan hanya memakai cara sederhana saja. Intinya waktu yang ada ia gunakan dengan sebaik-baiknya. Sehingga dengan hal itu ia mendapatkan seabrek prestasi. Setiap mata pelajaran sekolah yang akan diajarkan keesokan harinya, selalu ia pelajari terlebih dahulu ketika malam harinya. Hal tersebut digunakannya secara rutin.

Selain pernah aktif menjadi OSIS SMP 1 Ibrahimy, ia pernah menjabat menjadi Pengurus OSIS SMA Ibrahimy, BANOM (Badan Otonom) SMA Ibrahimy 2008, DEWI (Dewan Redaksi) Majalah KISSI SMA Ibrahimy 2008 dan Lay Out KISSI 2009. Siswi Kelas III C MA itu mempunyai alasan tersendiri mengapa memilih Pondok Pesantren asuhan KHR. Achmad Fawaid As’ad Syamsul Arifin. Ia menjadikan Pesantren Sukorejo sebagai tempat menimba ilmu, karena Pondok Pesantren salafiyah Syafiiyah memenuhi kebutuhan agama dan pendidikan umum. Selain itu, pesantren Sukorejo tetap salafi namun modern.(Syifa Fajriyah)
Selengkapnya...

Sebuah Teladan dalam Derita


Oleh: L. Ahmad Azaim Ibrahimy

Sebuah kisah teladan pernah dituturkan sahabat Anas ra. tentang Baginda Nabi saw. dalam menyikapi duka penderitaan. Bahkan ia menjadi saksi langsung atas peristiwa mengharukan itu.
Betapa sedih hati Nabi saw., manakala didekatkan tubuh putranya tercinta, Ibrahim ra., ke dalam pelukan. Saat itu nafas si kecil terdengar tak beraturan, menggigil karena demam yang sangat. Lalu didekapnya tubuh mungil tadi perlahan, penuh kasih sayang, sedang ia berjuang dalam menghadapai sakaratul maut. Demi melihat pemandangan yang teramat mengharukan itu, berderailah air mata bening Baginda, basahi wajahnya yang mulia, shollallohu 'alaihi wa sallam.
"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un, mata teteskan airnya, dan hati rasakan kepiluannya. Kami tak berkata kecuali sesuatu yang menjadi ridlo Tuhan, dan untuk kepergianmu, hai Ibrahim, kami sangatlah merasakan kesedihan!" sabda Baginda terdengar begitu tabah menghadapi kematian putranya tercinta.
***
Kisah yang lain pernah juga disaksikan oleh Abu Sa'id ra., salah seorang sahabat terdekat Nabi saw., dan perawi hadits yang banyak menjadi rujukan.
Suatu hari, ia tampak bergegas pergi menjenguk Nabi saw. di kediamannya, setelah sebelum itu tersiar kabar bahwa Baginda jatuh sakit yang jarang dialaminya selama hidup.
Sahabat Nabi itu pun tak mampu menahan diri saat mengetahui kekasihnya sedang mengalami demam yang teramat sangat. Terlihat raut wajahnya tak lagi bisa menyembunyikan perasaan sedih yang mendalam, meski sebenarnya Nabi sendiri tak mengharapkan untuk dikasihani.
Saat ditemuinya Nabi saw. sedang terbaring. Abu Sa'id tak tahan untuk menghulurkan tangan, ia meletakkannya di atas helai kain beludru yang menyelimuti tubuh Sang Kekasih, seraya berkata, "Alangkah sangat demam yang engkau alami, ya Rasulalloh!"
Baginda Nabi menatap wajah sahabatnya begitu lekat. Kemudian bersabda, "Sesungguhnya kami para nabi memanglah demikian. Diberatkan atas kami setiap cobaan, dan dilipatgandakan untuk kami pahala balasan!" suaranya masih saja berwibawa, menunjukkan kebesaran jiwa pemiliknya.
Mendengar itu pun Abu Sa'id menimpali dengan bertanya, "Ya Rosulalloh, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?"
"Para nabi!" jawab Baginda ringkas.
"Lalu siapa?" ia bertanya lagi.
"Para ulama'!"
"Lalu siapa lagi?" Abu Sa'id bertanya kembali.
"Orang-orang shaleh. Salah seorang diantara mereka ada yang diuji dengan kutu kepala sampai membunuhnya, dan yang lain ada yang diuji dengan kefakiran hingga tak mendapati sesuatu yang bisa dipakai kecuali sehelai mantel yang terbuka depannya. Sungguh seorang dari mereka ada yang sangat bahagia manakala diuji, melebihi kebahagiaan salah seorang kalian manakala memperoleh suatu anugerah."
***
Baginda Nabi saw. dicipta sempurna dalam setiap sisi kemanusiaannya. Hidupnya adalah teladan dalam makna yang hakiki. Teladan dalam hal yang terkecil sampai yang terbesar. Teladan dalam mensyukuri karunia ni'mat, dan teladan dalam menghadapi cobaan meski itu dirasa berat. Demikianlah para nabi, hidup mereka adalah cermin bagi umatnya.
Nabi mengajarkan kepada umat ini kapan saat yang tepat memberi simpati, dan kapan saat yang tepat untuk berempati. Baginda juga telah menjelaskan rasa berduka yang tidak melampaui batas. Ketika umat merasa kecil hati, tak mampu hadapi cobaan hidup, ia pun tampil dengan pesan-pesannya yang membangkitkan semangat, agar bertahan di titik kesabaran.
Apapun musibah yang dialami seorang mu'min dari keresahan hati, duka lara, kepelikan hidup dan bencana yang menimpa, sampai tertusuk duri pun, semua itu tidaklah terjadi kecuali menjadi tebusan atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Alloh akan menggugurkan dosa-dosa hambanya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya ke tanah.
Bukankah perumpamaan seorang mu'min itu laksana tanaman yang tak henti-henti digoyang oleh hembusan angin? Maka demikianlah keadaan seorang mu'min yang tak henti-henti ditimpa cobaan sebagai ujian atas pengakuan keimanannya. Berbeda halnya dengan seorang munafik, ia umpama pohon Arz (sejenis pohon) yang tak bergoyang kecuali setelah dicabut dengan paksa!
Keteladanan ini bahkan dilakukannya sampai menjelang akhir hayat. Ketika malaikat Izrail as. datang meminta izin untuk menjemput ruhnya yang suci mulia. Baginda masih saja mengajarkan kepada Fatimah ra. putri tercinta, tentang sikap terbaik kala melepas kepergian orang tercinta, tentang kepergian dirinya menghadap Rofiqil a'la, Alloh swt.
Saat dilihatnya Fatimah menangis pilu, Baginda Nabi saw. bersabda, "Jangan menangis, hai putriku. Bila aku nanti mati ucapkanlah: Inna lillah wa inna ilaihi roji'un. Karena sungguh bagi setiap insan ada musibah yang diberi ganti!"
"Sebagai ganti dari engkau, ya Rosulalloh?" ucap Fatimah penuh tanya.
"Ya, sebagai ganti dari diriku!" tegas Nabi saw., memotivasi kebesaran jiwa sang putri kemudian.
Selengkapnya...

Ku Tulis dengan Tinta Pesan Damai

Oleh: Zaini “Z@”

Embun pagi sejukkan hati damaikan sanubari setelah sang surya kerlingkan cahaya. Anganku berada di alam yang tak sanggup dikata. Karena kutak pahami. Ya, mungkin karena aku bukanlah seorang ahli memaknai sebuah arti. Kutak tau entah apa yang kulihat tadi. Ah mungkin hanya ilusi. Hati ini bergumam “siapa yang bisa menjawab nalarku yang telah jauh berhalusinasi dengan alam yang tak menentu?” dan lama ku menunggu sebuah jawaban, tapi tak satupun ada jawaban. Padi menunduk, kelapa gantungkan asa pada batangnya, bahkan dedaunan dan rerumputan hanya asik menari dengan bayu yang berhembus. Namun, derap langkah detik yang meniti, akhirnya “Setulusnya aku akan terus menunggu menanti sebuah jawaban tuk memilikimu.” Begitulah lantunan syair lagu Donita. Ya kuakui suaraku tak sesyahdu Dodi, tak sermerdu Pasha, dan tak setenar Once.
Di saat asa yang kuharapkan tak kunjung terurai. Tiap hari hanya lampaui batas angan tak hiraukan masa depan. Namun perlahan kuingin menjadi perkasa dengan setetes kehidupan di balik dedaunan. Walaupun ku tahu diriku bukanlah sang pejantan tangguh. Kusadari zaman terus berganti, tapaki pijak langkahku. Aku tak ingin ketika siang menjelma lantas diriku menjadi suram. Ku mengerti aku bukanlah sang dewa yang dapat bertindak “semau gue”. Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik, Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya, pada semua hambanya yang tabah, dan tak kenal putus asa”. “Jangan Menyerah” D’Masiv indah mengalun dari bibir mungilku. Lagu ini membangkitkan jiwaku untuk tegak menyapa hidup dengan selangit rasa optimis. Akupun selalu teringat akan sekapur sirih guruku sekaligus Kepala Madrasah Tsanawiyah, Ustadz Ali Murtadlo. “Anak-anakku siswa MTs yang saya banggakan. Hidup adalah sebuah pilihan, semua terserah Anda, namun ingat semua itu ada konsekuensinya. Kalian perlu tahu bahwa kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan, keberhasilan dan kesuksesan sering kali kandas di tengah jalan. Tempuhlah jalan kesuksesan, kalian berharap sukses tapi tidak menempuh jalan untuk sukses, maka ingatlah bahwa perahu tidak berjalan di tanah yang kering”.
Telah lama aku hidup di perantauan orang. Namun semua berjalan tanpa makna. Tak kudapatkan sebuah arti hidup yang signifikan. Aku hanya pemimpi kecil yang berusaha untuk mengubah nasib. Mungkin hidupku selalu dihantui bayangan indah seorang hawa dan hawa tersebut tak mengerti apa yang ada dalam sanubari. Haruskah ku utus kertas putih agar sang hawa pahami getarnya hati ini? Haruskah ku ikuti cahaya melalui Hijau Daun. Aku hanya bisa hadapi dengan senyuman sang Dewa. Lalu Kapan malaikat cinta Kapten akan datang? Sungguh akan kuutus Armada lantunkan buka hatimu. Sebab hatiku senada dengan Andra and The Back Bond yang mengatakan tak ada yang bisa gantikan dirimu.
Jumat pagi, saat serunai syahdu Numata mengalun yang kudengar dari MP3 dengan pesona miliknya, aku berangkat ke pantai bersama Gank Slims disertai dengan sebotol kopi, 1 pack Chocolatos, dan seplastik kue gorengan. Gank kami beranggotakan 5 orang sesuai dengan banyaknya huruf pada kata Slims. Ketika diperjalanan banyak hal kami perbincangkan. Namun hal yang paling mengesankan adalah ketika kami melihat Herlina Sofa, gadis kampung dekat pantai.

”Bang ada gadis cantik, pakek kerudung lagi, pasti dia solehah”. Kata Vanza padaku
“Vanza jangan kau paksa aku untuk mencintai gadis lain walaupun gadis yang aku suka belum memberikan jawaban atas perasaan ini”. Kataku dengan mantap
“Tapi orang yang abang sukai itu tidak suka sama abang, dan dia tidak pernah merespon apa yang diinginkan abang. Jangan biarkan hidup abang tidak karuan sebab menanti jawaban yang tak pasti dan hanya akan membuat sakit hati abang”. Suasana semakin memanas
“Vanza, perlu kau tahu, bahwa bunga tidak mekar dalam waktu semalam, Pesantren Sukorejo tidak dibangun dalam sehari. Cinta yang agung terus tumbuh selama kehidupan. Kebanyakan hal-hal yang indah nan suci memerlukan waktu yang lama. Dan saya yakin penantian takkan sia-sia. Maka sebab itulah, tetap lebih baik menunggu orang yang tepat sebab hidup terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah. Karena menunggu itu mempunyai tujuan mulia.”
“Bang, sangat menyakitkan ketika kita mencintai seseorang namun ia tak membalasnya. Maka penantian tinggallah penantian ketika ia tidak ditakdirkan bersama abang dan dengan berat hati abang membiarkannya pergi dan berlalu.”
“Vanza, aku bukanlah seorang Furqon yang dengan mudahnya ia mendapatkan cinta Anna Althafunnisa dalam novel atau film ketika cinta bertasbih milik Habiburrahman El-Shirazy. Aku hanya bayangkan diri ini adalah seorang Hafiz yang menyimpan rasa kasih terdalam kepada Cut Mala, adik Fadil. Memang sudah ada beberapa wanita yang menyatakan cintanya kepadaku, tapi perlu kau tahu bahwa laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yang memuja, tapi komitmennya dia terhadap wanita yang ia cintai. Ingat kawan, bahwa menanam bunga itu mudah, yang sulit adalah merawatnya. Begitupun dengan mencintai wanita, dengan mudahnya kita mencintainya, tapi sangat sulit bagi kita mempertahankan cinta tersebut. 1 jam saja ku telah bisa cintai kamu di hatiku, begitulah kata Charly ST 12 dalam syairnya”. Vanza terdiam lama. Entak aku tak mengerti mengapa dalam diamya ia teteskan air mata. Mungkin dia lagi memikirkan orang yang istimewa di hatinya yang juga tak kunjung mengerti atas prasaanya slama ini.
Hari berlangsung sebagaimana siang dan malam yang menggumuli takdir dalam ruang dan waktu. Malam mulai menjelma. Berbagai macam bintang bertabur menghias pekatnya malam. Ketika kita-kitab dibacakan, ketika diri disandarkan pada Sang Khaliq, maka gerak dzikir adalah kenikmatan abadi untuk mengukir lafal cinta dalam hidupnya. Semilir angin menyeruak berhembus melabrak tubuhku yang teraliri oleh peluh-peluh tarian musik yang tak kukenal dengan syairnya berkumandang.
Berhembuslah anginku bawa kisahku
Bergoyanglah daunku iringi kebesanku
Lagu ini terus mengalun dalam senyap. Terasa damai mendengarnya. Tak kurasa malam sudah mulai larut, lampu-lampu banyak yang redup, pintu-pintu kamarpun banyak yang tutup. Ku duduk bersandar pada tembok asrama Sunan Maulana Malik Ibrahim. Bibirku berkata “Bukankah aku pernah melihat bintang yang hiasi sang malam yang berkilau bagai permata, menghibur yang lelah jiwanya, yang sedih hatinya. Aku ingin hidup dengannya. Nikmati hidup dengan sebuah ikatan langgeng yang hatiku takkan menoleh ke bintang lain selain bintang yang telah kupilih”. Lalu kemudian kuteringat keluargaku yang selalu memberikan semangat kepadaku untuk hadapi hidup dengan sebuah impian.
Ya, Bondan Prakoso berkata bahwa hidup berawal dari mimpi. Dengan irama merdu ia lantunkan
Tinggalkanlah gengsi hidup, berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi agar semua terjadi
Rasakan semua peduli itu ironi tragedy
Senang bahagia hingga kelak kau mati
Namun kemudian, pena berbicara untuk kutulis beberapa butir kata dengan tinda pesan damai. “Kita terlahir bagai selembar kertas putih, tanpa noda tanpa dosa. Namun dalam tiap dengusan nafas yang kita keluarkan, telah banyak kita torehkan noda dalam lembaran hidup kita. Sekarang akan aku tawarkan sebuah kesucian yakni hubungan suci, yang diridoi IlahiRabbi. Kata peterpan, memang hayalan tingkat tinggi bagiku memilikimu, tapi kata ungu, tak bisakah berikan aku cinta dari satu hati yang akan kunanti. Kalu kau ingin langit tak mendengar hubungan kita nanti, maka akan kubuat dunia terlupa akan apa yang telah terjadi. Dan aku pun akan bersujud diatas sajadah panjang sebagai rasa syukurku yang telah berhasil meraih sebuah impian, yakni menjadikanmu kekasih halalku”.
Selengkapnya...

Cerita dari Negeri Matahari Terbenam (II)

Fiqh Maliki Sudah Mendarahdaging



Fiqh Maliki memang telah melembaga secara kultural dan formal di negeri ini. Masyarakat hidup sehari-hari dengan Fiqh Maliki. Identitas keberagamaan orang Maroko bisa disebut sebagai: berfiqh Maliki, bertashawuf Junaid al-Bagdadi dan berakidah Asy’ari. Selain fokus ke Fiqh Malikinya, tidak beda bukan dengan identitas keberagamaan kaum Nahdliyyin di Indonesia?. Secara formal negara mengadopsi Fiqh Maliki sebagai acuan utama dalam fatwa dan pengundangan hukum. Bahkan lebih dari itu, secara intelektual Fiqh Maliki mendapat ekspresi dan eksplorasi yang istimewa.


Di perpustakaan umum Tetouan, aku pernah menemukan dokumentasi berjilid-jilid seminar tentang Qadli Iyadl, salah satu tokoh Madzhab Maliki kebanggaan Maroko. Tesis dan disertasi banyak yang didekasikan untuk mengembangkan fiqh Maliki. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi juga banyak yang bekerja untuk itu. Darul Hadits al-Hassaniyah, lembaga pendidikan tinggi terkemuka di Rabat, salah satunya didirikan untuk melestarikan dan mengembangkan Fiqh Maliki. Di lobi kampus, kita akan dengan mudah menemukan pajangan karya-karya disertasi para alumnusnya yang sekarang sudah menjadi ulama-ulama terkemuka di Maroko yang bertema detil-detil Fiqh Maliki.


Yang lebih memikat, eksplorasi di wilayah ushul fiqh juga tidak kurang gencar dilakukan. Ilmu Maqashid Syariah yang menemukan bentuk teoritisnya di tangan Syekh Abu Ishaq as-Syathibi juga menjadi daya tarik studi Islam di Maroko. Perhatiannya tidak lagi di tingkat orang per orang, tetapi lembaga. Untuk menyebut orang, Syekh Allal al-Fasi menulis buku “Maqashid as-Syariah al-Islamiyah wa Makarimuha”, Dr. Ahmad ar-Raisuni menulis “Nadzariyat al-Maqashid ‘Inda al-Imam as-Syathibi”, Dr. Abdul Majid as-Shugair menulis “al-Fikr al-Ushuli wa Isykaliyat as-Sulthah al-Ilmiyah fi al-Islam: Qiraah fi Nasy’at Ilm al-Ushul wa Maqashid as-Syari’ah”, dll. Sementara di tingkat lembaga, banyak jurusan S2-S3 yang khusus dibuka untuk mempelajari Maqashid Syariah dengan segala isi dan horizonnya.


Aku kira, menyerap Fiqh Maliki, Ushul dan Qawaid Fiqh-nya saja, tidak selesai hanya dalam waktu enam tahun. Apalagi jika ditambah dengan warisan intelektual Andalusia yang tidak kalah menariknya. Apalagi jika ditambah dengan serapan filsafat Eropa Modern, terutama Filsafat Perancis, yang dilakukan para intelektual Maroko secara berani dan bertanggung jawab. Apalagi jika ditambah dengan eksperimentasi para ulama Maroko di dunia tasawuf amali yang sudah diakui dunia Islam dengan zawiyah-zawiyah-nya (semacam pesantren) yang tersebar di seluruh penjuru negeri.


Dr. Hamid Asysyaq, Dosen dan Ketua Jurusan di Darul Hadits al-Hassaniyah yang suatu saat sempat kami undang berdiskusi di sekretariat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko berpesan agar kami jangan berhenti belajar di Maroko sebelum menangkap mutiara keilmuan ulama-ulama Maroko. Sejauh tangkapanku, Maroko memang memiliki pesona di Ilmu Maqashid, Filsafat Islam warisan Andalusia dan eksperimentasi olah rasa (tasawuf amali) yang dikembangkan para Sufi Maroko. Di sinilah, Aku menemukan jawaban mengapa belajar Islam ke Maroko.

Aku rasa, kalau AMCI (Agence Marocaine de Cooperation Internationale), lembaga di Kementerian Luar Negeri yang mengurus mahasiswa asing di Maroko, tetap memberi jatah sekitar 15 beasiswa per tahun untuk mahasiswa Indonesia yang hendak melanjutkan studi ke Maroko, cerita baru dari Negeri Matahari Terbenam ini akan semakin ramai di dunia intelektual Islam Indonesia.(Dedy W. Sanusi)
Selengkapnya...

Peranan Radio 104.3 DBS FM, Sebagai Radio Komunitas Santri


Oleh ; Nasrulloh el- Aroel Ghazalba, S. Sos.I*

Dalam catatan sejarah pesantren “Salafiyah Syafi’iyah” Sukorejo Situbondo, Fakultas Dakwah merupakan Fakultas paling termuda di lingkungan Institut Agama Islam Ibrahimy, yang berdiri pada tanggal 31 Juli 1989 dengan dua konsentrasi jurusan yakni Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI). Sebagai Fakultas penggembleng misionaris-misionaris muslim, Fakultas Dakwah melengkapi keilmuan dan keahlian dengan berbagai ragam media. salah satunya adalah radio.

Radio Dakwah Buana Suara 104.3 FM merupakan radio praktikum mahasiswa dan sekaligus media informasi kepada santri khususnya dan masyarakat pada umumnya. Radio ini berperan memberikan kontrol, menghibur dan mendidik masyarakat tentang islam melalui media, sebagaimana fungsi media pada umumnya. Dakwah atau pendidikan lewat Radio, sangat efektif sekali. Sebagai contoh mungkin kalau seorang ustadz membahas kitab di asrama, maka akan didengar hanya oleh anak kamar tersebut. Tapi kalau melalui radio, maka sejauh radius radio itu memancar, jika mereka ingin maka akan mengikuti.

Kehadiran Radio DBS 104,3 FM selama ini telah memberikan peluang para mahasiswa dakwah untuk mengembangkan bakat kepenyiarannya. Mereka yang aktif di radio kecil ini, memberikan kontribusi besar bagi radio-radio besar ketika mereka keluar nantinya. Terbukti sebut saja Zaini Zen yang sekarang menjadi wartawan Radio Bhasa FM; Musthafa Umar, S.Ag. mantan penyiar sekaligus progremer radio 93.1 Bhasa FM yang sekarang menjadi General Manager Radio Suara Besuki Indah 90.3 FM Besuki, Sajidi, S.Sos.I (Ardi Hidayat) penyiar sekaligus Progremer di Radio Bhasa FM dan juga Abd. Rasyid Ridho a-chief Inges, S. Sos.I penyiar di Radio Mandalika Lombok. Mereka semuanya pernah berkiprah di Radio DBS 104.3 FM. Ini membuktikan bahwa peranan Radio DBS FM sangatlah krusial bagi Fakultas Dakwah untuk menciptakan kader-kader penyiar muslim. Dan belum lagi mereka-mereka yang terjun kedunia media cetak.

Sebagai Radio Komunitas santri, disamping sebagai Radio Praktikum mahasiswa Fakultas Dakwah, Radio Dakwah Buana Suara (DBS) FM dirasa oleh penulis belum berfungsi secara optimal sebagai media informasi, pendidikan, dan hiburan bagi santri PP Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo. Penyiar hanya mengandalkan atensi dan musik yang ada. Seharusnya selain memberikan hiburan musik, informasi radio ini juga penting. Paling tidak berita seputar Sukorejo dan seputarnya, yang nantinya menimbulkan interaksi yang dialektis dengan para pendengar (santri, mahasiswa dan masyarakat). Dari interaksi tersebut, nantinya ada catatan reflektif yang harus dibenahi dan menuntut DBS terus meningkatkan profesionalitas kerja. Radio DBS sepatutnya mengoptimalkan fungsinya dan seharusnya progremer lebih eksis lagi mengeluarkan program-program unggulan yang layak didengarkan oleh santri, mahasiswa dan masyarakat.
Bagi pesantren pun radio yang mempunyai kanal 104.3 Mhz ini sangat banyak fungsinya. Meski tidak seluruh aktifitas santri tersiarkan sebagian aktifitas mushala ibrahimy bisa disiarkan. Misalkan adzan, shalat berjamaah, pengajian dan bahtsul Masailpun juga bisa mengudara. Hal ini memberikan keuntungan bagi masyarakat untuk mengetahuai informasi kegiatan di pondok pesantren.

Dalam beberapa tahun ini pesantren tidak tinggal diam, Mereka juga menyumbang finansial material untuk meningkatkan mutu DBS. Tapi menurut penulis, selama ini ada beberapa lokasi yang seharusnya kegiatan yang ada wajib diudarakan. Aula Pondok Pesantren. Karena lokasi ini selama ini digunakan pengasuh untuk memberikan intruksi (mauidhah khasanah) dalam rapat pengurus pesantren, tempat acara besar pesantren dilaksanakan. Selain Aula barangkali Masjid Jami’ Ibrahimy yang mana lokasi ini selain digunakan untuk shalat jum’at juga digunakan untuk kegiatan Jum’at Manis Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Untuk mewujudkan itu barangkali pihak DBS seharusnya lebih erat menjalin hubungan dengan pihak pesantren, utamanya dalam menyiapkan sarana dan prasarana di kedua tempat tersebut. Kerjasama dua pihak ini nantinya juga akan mendukung kekurangan-kekurangan yang ada. Sebagai pertanyaan besar siapa yang akan merawat 104.3 DBS FM selain penangung jawab dan juga pengurus pesantren?.

Sesungguhnya, kemenangan radio 104.3 DBS FM ada di karakter penyiar dan juga informasi (program) yang ada. Dan yang lebih penting kerjasama yang baik antara penanggung jawab DBS dan pengurus pesantren wajib dan harus ditingkatkan untuk melengkapi sarana dan prasarananya.
Selengkapnya...

Ma'had Aly Kembangkan Kajian Ilmiyah

Lembaga Kader Ahli Fiqh-Ushul Fiqh Ma'had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo akan menyelenggarakan kegiatan Bahtsul Masail Regional dengan tema "Meretas Nalar Manhaj, Membangun Fiqh Moderat". Kegiatan itu akan melibatkan beberapa pesantren dan lembaga pascasarjana di berbagai daerah di wilayah Jawa Timur. Rencananya, acara tersebut akan terlaksanan mulai tanggal 27 hingga 28 Januari 2010 mendatang.

Menurut ketua panitia kegiatan, Muhammad Badruddin, kegiatan bahtsul masail tersebut diadakan sebagai aktivitas ekstra santri Ma'had Aly angkatan ke-VII. Kegiatan itu memang menjadi kegiatan rutin setiap angkatan. Selain itu, penyelenggaraan bahtsul masail itu merupakan wujud kongkret kepedulian santri Ma'had Aly terhadap pergulatan sosial keagamaan yang terjadi di masyarakat.

Berbagai persiapan serius pun dilakukan oleh panitia kegiatan mengingat acara yang akan diselenggarakan itu merupakan acara yang berskala besar. Hal itu di antaranya mengundang para peserta, menyeleksi soal-soal dari berbagai pesantren dan lembaga pascasarjana di Jawa Timur, sampai mengundang Mushahhih.

Pesantren dan lembaga pascasarjana syariah yang bakal mengikuti bahtsul masail tersebut sekitar 46 lembaga, termasuk Ma'had Aly sendiri, Lajnah Bahtsul Masail Sukorejo, Pengurus Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo sekaligus lembaga pascasarjana IAI Ibrahimy. Masing-masing pesantren dan lembaga pascasarjana syariah mendelegasikan utusan sebanyak dua orang.

Musahhih bahtsul masail ini antara lain, KH. Afifuddin Muhajir (Wakil Pengasuh Bidang Ilmiah PP. Salafiyah Syafiiyah Sukorejo sekaligus A'wan Syuriah PBNU), KH. Hariri Abdul Adhim, BA (Wakil Pengasuh Bidang Maliyah PP. Salafiyah Syafiiyah Sukorejo sekaligus Mudir Ma'had Aly), dan KH. Shalahuddin dari Pesantren Assunniyah, Kencong Jember. Di samping itu, para santri Ma'had Aly, baik Marhalah Ula maupun Wustha sudah sibuk mempersiapkan referensi yang akan dipakai dalam acara nanti.

Penyelenggaraan bahtsul masail ini juga bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan kajian ilmiah ala NU, meningkatkan minat untuk memperdalam kitab-kitab diniyah serta mempererat solidaritas antar pesantren sekaligus meningkatkan responsibilitas santri terhadap persoalan keumatan.(Ric)
Selengkapnya...

BEM Dakwah Kader Mahasiswi Melalui Intifada


Guna mengenalkankan seputar Fakultas Dakwah, BEM Fakultas Dakwah Putri menggelar Introduksi Aktivitas Mahasiswa Fakultas Dakwah (Intifada). Kegiatan yang digelar mulai Malam Jum’at kemarin itu dikhususkan bagi mahasiswa semester awal. Kegiatan yang terpusat di lantai atas kampus IAI Ibrahimy Putri itu mengusung tema ”Bergerak Bersama Membangun Dakwah Dinamis”.

Terdapat beberapa materi dalam acara dengan moderator Syifa Fajriyah itu. Diantaranya adalah, Manajemen Diskusi disampaikan oleh Ustadz Iman Nakho’i MHI, Analisis Sosial dengan nara sumber, Drs. Akhmad Zaini, M.Pd.I. Materi Paradigma Kritis Transpormatif & Ideologi Dunia disampaikan oleh Drs Mohammad Isfironi Fadjri, MHI. Meski acara itu berlangsung tepat menjelang ujian keesokan harinya, namun semua itu tidak menyurutkan antusias para peserta untuk mengikutinya.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Dakwah, Wisri Wahid, S. Ag., mengatakan, ada pemahaman yang keliru dimata sebagian santri mengenai keberadaan Fakultas Dakwah. Hal itu terbukti kepada salah seorang mahasiswi yang berkeinginan pindah ke Fakultas Dakwah karena mengaku baru mengetahui identitas Dakwah yang sebenarnya. Hal itu sesuai dengan keinginannya. Sebelumnya ia beranggapan bahwa Fakultas Dakwah identik dengan para penceramah. Wisri berharap, nantinya terus ada pembenahan diri dalam mengupayakan peningkatan serta lebih mengenalkan seperti apa Fakultas Dakwah itu.

Ketua Panitia Intifada, Muallifah menjelaskan, tujuan awal diselenggarakan acara rutin itu adalah untuk menumbuhkan kecintaan mahasiswa baru terhadap fakultas, sehingga kedepan mereka mampu membawa perubahan yang positif.

Bersamaan dengan itu, Pengurus Sosial Budaya BEM Fakultas Tarbiyah untuk kali pertama menyelenggarakan acara ”Syarwah Kubro”. Menurut rencana, kegiatan itu akan berjalan setiap Malam Jum’at Manis. Hadir sebagai pemandu Tahlil, Wahyu Nida Aminah. (Dew)
Selengkapnya...

Serempak Lakukan Shalat Tahajjud


Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah, KHR. Ach. Fawaid As’ad pada kesempatan rapat bulanan awal Januari kemarin, meminta agar pelaksanaan gerak batin santri digelar setiap malam. Disamping itu, Kiai Fawaid juga meminta agar para santri melaksanakan shalat tahajjud setiap malam dan dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an sambil menunggu waktu Jamaah Shalat Subuh tiba.

Intruksi tersebut, akhirnya Malam Selasa kemarin serempak dilakukan oleh para santri baik yang berasrama di pusat maupun cabang. Di Asrama Pusat sendiri, kegiatan itu dibagi menjadi 2 tempat yakni di Masjid Jamik Ibrahimy dan Musallah Ibrahimy. Sedangkan para pendamping di masing-masing tempat itu juga berbeda. Petugas yang mendampingi para santri di Masjid Jamik Ibrahimy adalah ustadz Karsono Abd. Jalil, SHI, Ustadz M. Shaleh Az-Zahrah, S. Ag, serta Takmir Masjid Jamik Ibrahimy dan semua ketua kamar daerah A dan G. Sebagai pendamping santri di Musallah Ibrahimy antara lain, Ustadz Hermanto, Amd., Ustadz Hafidurrahman serta petugas Abbasiyah Musallah dan semua ketua kamar Daerah Sunan Giri sampai Sunan Muriya.

Dalam pantauan Salaf, banyak hal yang dilakukan oleh para santri dalam kegiatan tersebut. Selain digunakan untuk melakukan Shalat tahajjud dan shalat sunah yang lain, sebagian santri juga menggunakan kegiatan itu untuk mengulang pelajaran yang sudah didapat di bangku madrasah. Disela-sela santri melakukan aktifitas ritual, Kabag Kepesantrenan, M. Shaleh Az-Zahrah mengingatkan kembali kepada santri akan manfaat Shalat Sunnah Qobliyah Subuh. (C12)
Selengkapnya...

SMA dan SMK Uji Kompetenasi Kepesantrenan

Mulai Hari Selasa lalu, seluruh siswi kelas akhir SMA 1 Ibrahimy baik jurusan IPA maupun IPS menghadapi try out selama 3 hari berturut-turut. Khusus program IPA, pada hari pertama para peserta dihadapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika, pada hari ke II diisi Fisika dan Bahasa Inggris sedangkan hari ke III mata pelajaran Kimia dan Biologi. Sedangkan siswa jurusan IPS pada hari pertama menghadapi mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika, hari kedua diisi Akuntansi dan Bahasa Inggris serta pada hari ketiga pelajaran Geografi dan Sosiologi.

Menurut Kaur Kurikulum SMA Tatok Julianto, M. PdI, rencananya SMA akan melaksanakan try out sebanyak 4 kali. Jenis soal yang diujikan kali ini pun agak berbeda dengan try out dengan beberapa waktu yang lalu, pada try out kemarin menggunakan sistem soal A dan B, tetapi saat ini menggunakan pola warna kuning dan pink.

Sedangkan dalam minggu-minggu ini, siswa kelas akhir SMA Ibrahimy menghadapi ujian kompetensi kepesantrenan berupa ujian membaca kitab kuning. Bagi siswa yang tidak lulus ujian itu konsekwensinya tidak dapat ikut Ujian Nasional

Begitu juga dengan siswa kelas akhir SMK 1 Ibrahimy baik jurusan AP, AK dan TKJ Hari Rabu lalu juga diuji baca kitab. Masing-masing penguji antara lain, Ustadz Sukandi untuk kelas 3 AK, Ustdz. Jauhari kelas 3 TKJ sedangkan Ustadz Baihaqi menguji di kelas 3 AP. Pada Hari Kamisnya siswi kelas akhir SMK 1 Ibrahimy juga dihadapkan dengan ujian baca Al-Quran dan hafalan surat-surat pendek.(She)
Selengkapnya...

Dikti Sosialisasi Seragam

Bidang Pendidikan Tinggi (Dikti), Malam Selasa kemarin mensosialisasikan keputusan hasil rapat di kantor Pasca Sarjana yang digelar beberapa waktu lalu. Dalam rapat tersebut memutuskan, IAII akan merapikan pakaian kuliah mahasiswa. Hadir dalam sosialisasi itu Kabag Kemahasiswaan dan Akademik Dikti, Pembantu Rektor III, para wakil dekan dan direktur, Kabag kemahasiswaan IAII, Presiden serta Sekjend dari masing-masing BEM. Sosialisasi yang bersifat menyerap Aspirasi dari dosen maupun mahasiswa itu berlangsung dari jam 20.30 hingga 23.00 WIB bertempat di kantor rapat IAI Ibrahimy.

Kabag Kemahaiswaan dan Akademik Dikti, Dr. Abd Jalal mengatakan, pakaian itu menjadi cermin dari akhlaq seseorang. Sementara itu, Drs. Mahmudi Bajuri M. Ag selaku PR III juga mengaku, bahwa keputusan untuk menyeragamkan mahasiswa hanya untuk merapikan atribut pesantren dan menampilkan nilai-nilai ma'hadi. ''Sebenarnya bukan menyeragamkan tapi merapikan,'' tambahnya.

Sedangkan keputusan pimpinan dalam rapat itu antara lain, seluruh mahasiswa saat kuliah dianjurkan untuk memakai songkok hitam nasional, baju lengan panjang, memakai Almamater serta tidak boleh memakai pacak karena suaranya dapat mengganggu proses belajar mengajar saat ada perkuliahan. Keputusan untuk menyeragamakan mahasiswa ini penerpannya akan bertahap dan akan dimulai pada semester genap nanti. Tentang mekanisme penerapan peraturan tersebut akan diadakan rapat lanjutan oleh pimpinan fakultas maupan akademi. (Aaz)
Selengkapnya...

AMIKI Cabang Ujian, Dakwah Mantapkan Lintas Dakwah

Sabtu dan Minggu pagi kemarin, Mahasiswa AMIKI cabang Situbondo mengadakan ujian Praktek Kerja Lapangan (PKL). Ujian yang berlangsung di Kampus Amiki Pesantren Sukorejo itu diikuti oleh 10 peserta. Menurut Wakil Direktur Amiki, Zaehol Fatah S.Kom, ujian tersebut merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Tes Akhir (TA). Ujian yang dimulai dari jam 08.00 pagi itu meliputi ujian Program dan Multimedia.

Sedangkan BEM Fakultas Dakwah Malam Rabu kemarin membahas tentang acara Lintas Dakwah. Acara rutin yang diadakan satu kali dalam setahun itu akan digelar di Desa Pandean selama 6 hari. Dari berbagai pertimbangan, kegiatan kemasyarakatan tersebut akan dimulai tanggal 10 Februari mendatang. Rahmat Athok Illah selaku Presiden BEM Fakultas Dakwah mengharapkan kepada semua Mahasiswa Fakultas Dakwah untuk menggunakan kesempatan dalam kegiatan Lintas Dakwah itu dengan sebaik-baiknya. Karena menurutnya, lintas dakwah adalah kegiatan yang bertujuan untuk belajar bermasyarakat. Namun dari rencana yang telah disepakati, menurut Ketua Panitia Lintas Dakwah, Lasmana akan tetap menunggu Rekomendasi dari Pengasuh dan bisa saja apa yang telah disepakati akan ada perubahan sesuai kebijakan Pesantren. (Aaz)
Selengkapnya...

Pendidikan Perempuan Diperdebatkan

Kembali, Kru Ekspos Iksass Situbondo Putri mengadakan diskusi ilmiyah. Kali yang menjadi pembahasan utamanya adalah pendidikan perempuan untuk baiti jannati. Islam merupakan agama rahmatan lil alamin. Ia tidak pernah membedakan antara hak laki-laki dan perempuan, baik dalam keislaman, keimanan maupun pendidikan. Saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa pekerjaan perempuan hanyalah berkisar di dapur, sumur, dan kasur, padahal rasulullah pernah bersabda tentang kewajiban mencari ilmu untuk semua kalangan termasuk perempuan.

Dalam islam, pendidikan sangat ditekankan, baik kepada laki-laki maupun perempuan. Perempuan merupakan orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anak. Semenjak anak itu berada dalam kandungan sampai ia berhenti bernafas. Perempuan mempunyai pengaruh besar terhadap generasi masa depan. Oleh sebab itulah, hendaknya kaum hawa sedini mungkin membekali diri dengan pendidikan yang sebaik-baiknya.

Dengan demikian, karier seorang perempuan bukan hanya melalui organisasi kemasyarakatan atau profesi di luar rumah saja, melainkan kaum hawa juga melalui kodratnya menjadi seorang anak, istri dan ibu yang baik dan sholihah. Pemimpin Redaksi Ekspos, Dwi Ria Astutik mengharap, agar warga Situbondo terus mengirimkan karya-karya terbaiknya, sehingga Ekspos menjadi wahana kreatifitas khususnya bagi santri Situbondo.(C12)
Selengkapnya...

Cerita dari Negeri Matahari Terbenam (1)


Banyak Penghafal Al-Qur’an, Gak Pakai Isrof



Belajar Islam di Maroko? Kedengarannya memang agak aneh. “Kenapa pilih Maroko?”, tanya heran seorang kawan sesama calon penerima beasiswa S2 Timur Tengah ketika kami berkumpul untuk pelatihan di Jakarta paruh akhir 2000. Sekenanya Aku bilang, “Aku mau belajar filsafat dan Bahasa Perancis”.


Pilihan belajar Islam di Maroko memang tidak selazim Mesir atau Arab Saudi. Yang terakhir ini adalah kiblat intelektual ulama Nusantara abad ke-17 s/d 19. Tentu dengan mudah kita bisa menyebut Syekh Nawawi Banten, Syekh Mahfudz Termas, Syekh Arsyad Banjar dan seterusnya sebagai nama-nama besar ulama Nusantara jebolan tanah Hijaz. Akhir abad ke-19, posisi sentral ini mulai bergeser ke Cairo. Pelajar Islam Nusantara mulai banyak belajar ke Universitas al-Azhar Mesir. Bahkan hingga saat ini, jumlah pelajar Islam Indonesia di Mesir tetap yang terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Timur Tengah.


Namun Maroko adalah cerita baru. Perhatian para pelajar Islam kini mulai sedikit bergeser ke barat. Ya, ke Maroko. Islam di negeri ini menawarkan banyak hal berbeda dan segar dari apa yang biasa kita temui di Indonesia, Saudi Arabia atau Mesir.


Aku betul-betul seperti memasuki kawasan “Islam yang lain” begitu mulai bersentuhan dengan dunia keagamaan di Maroko. Adzan Maroko. Dengan lagu sederhana dan pendek-pendek, panggilan shalat ini terasa aneh di telinga, tetapi asyik setelah menikmatinya. Mungkin, persis seperti makan buah Zaitun yang pertama kali terasa menyengat tetapi tidak bisa melepasnya setelah kita ketagihan. Kami sering tertawa sendiri ketika ada yang mencoba menirukan adzan Maroko ini.


Bacaan Qur’annya juga sangat khas. Bacaan Qur’an riwayat Imam Warsy yang dipakai di Maroko menjadi sesuatu yang sama sekali baru bagiku. Pesona bacaan ini akan terasa begitu lepas shalat Magrib. Di seluruh masjid di Maroko, setiap bakda shalat Magrib ada lingkaran-lingkaran semaan al-Qur’an oleh para imam dan jamaah masjid untuk mengulang hafalan al-Qur’an mereka. Karena saking banyaknya, fenomena para penghafal Qur’an menjadi sesuatu yang biasa di negeri ini.


Kembali aku teringat pesan Pak Tolchah Hasan. “Pelajari Fiqh Maliki-nya!”. Kita memang bisa melihat live penerapan Fiqh Maliki di negeri ini. Pernah aku diteriaki orang di sebuah masjid karena swar-swer saja memakai air untuk wudlu gaya Fiqh Syafii. Mereka hanya wudlu dengan seember kecil air. Setiap mengusap anggota wudlu, mereka akan kembali mencelupkan tangan ke ember kecil tersebut. Cara wudlu yang betul-betul ideal bagi masjid yang mahal membayar air dan dipakai banyak jamaah. Hemat dan praktis. Yang asyik tentu saja di musim dingin. Di sebelah tempat imam selalu tersedia batu untuk tayammum. Mereka banyak tayamum di musim dingin, khususnya untuk shalat shubuh.

Aku juga sering kaget bercampur takut saat melihat anjing-anjing besar bersama tuannya bebas melenggang di tempat-tempat umum. O ya, bukankah anjing tidak najis menurut Fiqh Maliki?. Anjing menjadi sangat bersahabat dengan orang Maroko. Sambil tersenyum, mereka akan bilang, “ma tkhfsy” (jangan takut!), jika melihat kita agak ragu untuk berpapasan saat mereka berjalan membawa anjing-anjing mereka. Aku ngeri juga dekat-dekat anjing yang segede-gede anak kerbau itu!(Dedy W. Sanusi)
Selengkapnya...

Brosur Santri Baru

Jumlah Pengunjung

Website counter
 

Tamu Pesantren

Mubes Iksass VIII di Jember

Tamu Pesantren

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah