Dahulukan Kepentingan NU


Oleh: Nur Taufik

Tepat tanggal 31 Januari, NU akan merayakan kelahirannya yang ke-84. Berbicara tentang kelahiran NU saya teringat dawuh KHR. As'ad Syamsul Arifin dan kiprah KHR. Ahmad Fawaid As'ad terhadap NU

Di dalam beberapa wasiat dan dawuh KHR. As'ad Syamsul Arifin, tak jarang beliau menyinggung NU. Salah satunya ada ungkapan tegas yang beliau dawuhkan, "Santri Sukorejo yang keluar dari NU jangan berharap berkumpul dengan saya di akhirat nanti.”

Dalam dawuh lain beliau sempat bilang, "Saya tidak takut mati untuk NU.” Dari dawuh tersebut sudah jelas, bagi KHR As'ad bahwa NU adalah anak emas semasa hidupnya. Artinya seluruh hidup beliau pergunakan untuk mengabdi terhadap NU. Di antaranya: sebagai mediator berdirinya NU dan berperan dalam mengembalikan NU ke khittah. Namun walaupun demikian ada pelajaran yang perlu diambil yaitu beliau tidak pernah ambisi untuk menduduki jabatan strategis di NU maupun di pemerintahan. Walaupun beliau ditawari apalagi sampai berkampanye kesana kemari. Namun hal tersebut tidak pernah mengurangi pengabdian beliau terhadap NU. Bahkan saat beliau menjelang wafat, yang selalu dititipkan kepada tamunya adalah NU, pesantren, dan negara!

Kecintaan beliau terhadap NU berlanjut pada putranya KHR. Ahmad Fawaid As'ad.Tetap NU barangkali itu yang sudah jadi prinsip yang dipegang KHR. Ahmad Fawaid As'ad. Sebagai bukti nyata kecintaan beliau terhadap NU. Salah satunya dalam pemilihan pemimpin, KHR. Ahmad Fawaid As’ad selalu memilih pemimpin yang berlatar belakang NU. Beliau selalu menginstruksikan kepada santri dan alumninya untuk ikut memenangkan pasangan yang berasal dari NU dan jelas kontribusinya terhadap NU. Tak jarang beliau sendiri secara langsung turun ke pelosok desa untuk mengkampanyekan pasangan yang punya latar belakang NU. Baik dari tingkat kabupaten sampai nasional

Menyimak beberapa pemaparan di atas sudah jelas bahwa KHR. As'ad Syamsul Arifin dan KHR. Ahmad Fawaid As'ad selalu mengajarkan kepada kita agar ikut andil dalam berjuang membesarkan NU. Untuk mewujudkan itu tidak cukup kita hanya ngaku-ngaku saja. Apalagi NU dijadikan kendaraan untuk mendapatkan kepentingan pribadi atau golongan. Nauzubillah

Jadi kita hendaklah memupuk prinsip yang sempat dikemukan KHR. Ahmad Fawaid As’ad yakni, ”Apa yang sudah kita berikan terhadap organisasi dalam hal ini NU, bukan apa yang sudah diberikan organisasi kepada kita.” Kalau kita berpegang teguh pada prinsip tersebut, insya Allah sebagai santri Salafiyah Syafi’iyah kita akan selalu mengabdi dengan rasa penuh tanggung jawab dan Ikhlas.

Ada hal yang harus mendapat perhatian kaitannya dengan kenyataan yang terjadi di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah kalau bicara tentang NU, disadari ataukah tidak seakan pembahasan tentang NU semakin tenggelam. Begitupun kiprah KHR. As'ad di NU yang jarang sekali mendapat perhatian dari santri. Pada acara haul pun jarang sekali disinggung kiprah beliau semasa hidupnya akan pengabdiannya terhadap NU. Kalaupun ada sekarang yang membahasnya, barangkali hanya berapa gelintir orang atau organisasi saja yang masih peduli terhadap pembahasan tersebut. Tidak hanya itu, di buku biografi hanya sekilas saja disinggung.

Jadi ada hal yang harus dilakukan oleh pesantren untuk mewujudkan santri agar ansih terutama membahas sesuatu yang berkaitan dengan identitas ke-NU-an. Karena sepulang ke masyarakat santri dituntut untuk mengabdi lewat NU. Jadi sebelum itu santri harus paham tentang apapun kaitan dengan NU

Pertama Hendaknya pesantren memberi informasi terhadap santri kaitannya dengan Ke-NU-an. Misalnya menyediakan media yang secara langsung memberitakan perkembangan tentang NU yang terbaru.

Kedua, peka terhadap kegiatan di luar Pondok Pesantren kaitannya dengan NU dan mendelegasikan santri untuk mengikuti acara tersebut supaya santri bisa menetahui kondisi NU di luar.

Ketiga didalam pelajaran Ke-NU-an yang menjadi pelajaran pendidikan madrasah setidaknya ditambah tentang kiprah KHR. As'ad di NU agar santri memahami tentang perjuangan beliau dan termotivasi untuk melanjutkannya.

Keempat hendaknya Pesantren ikut memperingati hari kelahiran NU sebagaimana memperingati hari-hari besar Islam. Dengan peringatan tersebut,maka para santri akan banyak memperoleh pelajaran tentang ke NU an serta termotivasi untuk meneruskan perjuangan para pendahulu NU

Maka sudah sepantasnya sebagai penerusnya kita harus ikut merawat, peduli, menjaga dan membesarkan NU. Jangan sampai kepentingan pribadi lebih dipedulikan daripada kepentingan NU

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah