Ketika Adam Mulai Cemburu


Oleh: Abimanyu
Hawa tercipta di dunia
Tuk menemani sang Adam

Itu mungkin sepenggal lirik lagu dari DEWA 19 yang bisa menjadi badal untuk menggambarkan, betapa bahagianya nabi Adam didampingi oleh Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam sendiri, untuk didekap, dilindungi, disayang, dan diharapkan menjadi pendamping disegala dimensi ruang dan waktu.

Tetapi semua itu tidak berlangsung lama, berawal dari ketika nabi Adam dan Hawa menghampiri pohon Khuldi, segala nikamat di ambil oleh Allah SWT.

Ketika kenyataan telah menggariskan harus berpindah dari surga dan mendapat beberapa teguran dari Allah SWT. setiap saat yang dia lakukan hanyalah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. tanpa henti. Walaupun tidak di surga lagi, tapi Adam masih tetap tegar karena dia percaya, di manapun ia berada, tidak akan pernah lepas dari pengawasan-Nya. Di mualai dari tanah yang pertama kali dipijak di dunia ini, hanya untaian kata istighfar dan permohonan taubatlah yang selalu ia senandungkan.
Innallaha yuhibbu at-Tauwaabin, taubat adam mulai diterima oleh Allah SWT. Ketika beliau menapakkan ujung jemari kakinya yang suci di tanah yang suci pula, di sebuah lembah yang esok pada akhir zaman dikenal dengan kota Makkatul Mukarrah.

Perjalanan panjang yang dilakukan Nabi Adam sebelum akhirnya menemukan semak-semak sebagai penutup aurat, dilalui tanpa berpakaian, telanjang bulat. Sebagai bentuk teguran dari Allah SWT. karena telah berbuat ma’siat kepada Allah SWT. di dalam Jannah yang sudah barang tentu melanggar aturan-aturan Allah SWT.

Bukan hanya dengan ditanggalkannya pakaian dari tubuh Nabi Adam saja, tetapi satu kenyataan yang harus dihadapi lagi, nabi Adam dipisahkan dengan istri tercinta, Hawa.
Hari-hari yang biasanya ada yang menemani, tempat berbagi rasa dan cerita, harus pula hilang entah kemana. Dengan keadaan yang sangat letih, lesu, capek, dahaga, nabi Adam duduk hanya untuk mengumpulkan energi, biar ia kuat nantinya meneruskan perjalanan untuk mencari istri tercinta, Hawa. Namun tanpa disangka, tuhan yang selalu memberikan apa yang dibutuhkan oleh hambanya, bukan yang dimintanya, mempertemukan nabi Adam dengan Hawa di lapangan yang luas, yang dikemudian hari menjadi tempat ritual wuquf bagi jamaah haji, yaitu di padang ‘Arafah.

Kesepian yang dirasakan nabi Adam, mulai hilang dengan dengan adanya Hawa yang mulai saat itu selalu menemaninya beratus-ratus tahun lamanya, dalam suka dan duka, setelah semua telah terlewatkan, baru nabi Adam mulai sadar, bahwa karena ia berbuat maksiat kepada Allah SWT. Di dalam surga, sehingga ia pun harus berada di bumi, dimana setelah beribu-ribu tahun, kelak akan lahir di tempat itu, seorang anak laki-laki yang akan menjadi penghulu para nabi, dialah nabi besar Muhammad SAW.

Suatu hari, Nabi Adam mengumpulkan anak cucunya, kemudian nabi Adam berkata:
Pertama, diterimanya taubatku setelah aku berada di kota Makkah ini, tetapi bagi ummat nabi muhammad SAW. dimanapun ia bertaubat, taubatnya pasti diterima oleh Allah SWT.
Kedua, dulu aku berpakaian lengkap, tetapi ketika aku berbuat maksiat, pakaianku ditanggalkan oleh Allah SWT tanpa ada yang tertinggal sehelaipun, tetapi ummat nabi Muhammad SAW. berbuat maksiat dengan telanjang, tanpa ada perasaan malu kepada Allah SWT.
Ketiga, ketika aku berbuat dosa kepada Allah SWT. Aku langsung dipisahkan dengan istriku tercinta, tetapi ummatnya nabi Muhammad SAW. walaupun sering berbuat dosa, tapi mereka tidak dipisahkan oleh Allah SWT. dengan istrinya.
Keempat, karena aku berbuat maksiat kepada Allah SWT. Aku dikeluarkan dari surga, tetapi ummat nabi Muhammad SAW. walaupun pernah berbuat maksiat akan tetap dimasukkan kesurga oleh Allah SWT.

Kemudian, ada satu pertanyaan yang menadasar pada diri kita, apakah kita sudah layak dikatakan sebagai ummatnya nabi Muhammad SAW. Sebagai mana yang dikatakan nabi Adam pada anak cucunya? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah