Nyi Khoiriyah, Figur Pendidik Berkharisma



Kiprah Ny. Hj. Ummi Khoiriyah, M.Ag di dunia pendidikan bukanlah hal yang diragukan lagi. Sosok perempuan kelahiran Bondowoso 17 Agustus 1954 ini, menjadikan seorang figur yang sangat berkharisma dan banyak mendapat simpatik dari seluruh santri dan masyarakat. Pribadinya yang arif serta keramahtamahannya dalam menghadapi siapa saja menjadi sosok yang di idolakan santri. Beliau tak pernah memandang apalagi membeda-bedakan dengan siapa ia bicara.

Nyi Khoiriyah, sapaan yang kerap akrab bagi santri itu mempunyai banyak sekali hobi. Di antara hobinya ialah membaca. Beliau sangat gemar membaca. Bahkan di waktu yang cukup padat tersebut, beliau masih menyempatkan membaca yang sering beliau habiskan di ruang perpustakaan pribadinya.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan moral, Nyi Khoiriyah merasa terpanggil dalam meningkatkan pendidikan moral bagi para penuntut ilmu di Sukorejo. Apalagi salah satu fungsi pesantren sendiri merupakan salah satu lembaga yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral sekaligus menjadi pelopor dan inspirator pembangkit generasi moral bangsa. Dosen tetap Fakultas Tarbiyah tersebut beranggapan kalau pun ada krisis moral yang terjadi di kalangan santri yang sudah jauh menyeleweng dari kode etik dan kodratnya dia sebagai santri, merupakan ketidaktahuan mereka tentang kepesantrenan. Menurut putri pertama dari pasangan Alm. K.H Ach. Choiruddin dan Hj. Azizah Safinah, santri belum bisa beradaptasi dengan kondisi dan situasi serta lingkungan pergaulan di pesantren yang bisa mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku santri tersebut.

Keistiqomahan beliau yang tak pernah lepas dari belajar-mengajar inilah yang patut diteladani bagi kita semua. Besarnya arti ikhlas dan kesabarannya serta perilaku yang diterapkan dalam kehidupan beliau, juga tak lepas dari ajaran dan bimbingan Kiai As'ad Syamsul Arifin.

Kini perempuan yang aktif sebagai penasehat PC Muslimat Situbondo tersebut menegaskan, beliau tidak merasa terbebani sekali terhadap amanah yang diberi Almarhum Kiai As'ad. Karena ini merupakan suatu kehormatan bisa menjadi orang yang dipercaya dan merasa bertanggung jawab pula, untuk menjalankan suatu amanat tersebut. Meski harus bolak-balik Sukorejo –Surabaya untuk merampungkan program doktornya beliau masih selalu mengisi Imam Sholat di MQ. Prinsip beliau, "Tanpa harus jama'ah kita harus sholat" karena berjama'ah banyak sekali hikmah yang didapat yakni kebersamaan dan orang yang ahli jama'ah pasti akan disiplin.

Kita pun harus mengacungkan jempol, di era globalissasi sekarang ini, pesantren masih mempertahankan karakteristiknya sebagai pesantren Salafiyah-Syafi'iyah dan pengajaran yang bersifat klasik serta perkembangan yang makin melesat tanpa harus menghilangkan tradisi ulama Salaf terdahulu. Pesan beliau bagi para penuntut ilmu agar terus belajar. Tiada hari tanpa belajar dan ikutilah semua peraturan pesantren apapun resikonya karena hal itu akan balik kepada diri sendiri. (Irine Sofyanti)

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah