Calon ketua PBNU itu mengatakan, di luar pesantren sudah banyak digembar-gemborkan bahwa orang yang merayakan Maulid Nabi itu syirik. Karena hal itu merupakan bid’ah. Setiap bid’ah itu sesat. Perayaan Maulid itu juga tidak ada pada zaman Rasulullah. Padahal menurutnya, bid’ah itu ada yang hasanah, baik dan sayyiah atau dholalah, dengan kata lain sesat. Buktinya pada jaman Rosulullah tulisan Al-Quran tidak ada titiknya, yang ada hanya tulisan bengkok-bengkok. Lalu pemberian titik itu terjadi pada masa kekholifaan Sayyidina Ali. Penemu titik Al-Quran itu adalah Abul Aswad. Tidak cukup sampai disitu, sekitar tahun 200 hijriyah, tulisan Al-Quran itu kemudian disempurnakan dengan syakal dan tajwidnya. Ilmu tajwid itu tidak ada pada zaman Rasulullah, berarti itu semua bid’ah, mengapa mereka mesti memakai ilmu tajwid kalau memang itu bid’ah. Bukti lain yaitu pada zaman Rosulullah tidak ada universitas, mengapa mereka yang menggembar-gemborkan bahwa maulid itu bid’ah mesti kuliah, padahal universitas tidak ada pada zaman Rasulullah. Dengan demikian, orang yang tidak mau kepada bid’ah, khususnya bid’ah hasanah tergolong orang yang bodoh.
Lain halnya dengan Kiai Imam Mawardi yang menyampaikan pentingnya Shadaqoh. Menurut Alumni Pesantren Sukorejo itu, orang yang bersodaqoh akan diganti dengan yang lebih besar lagi. Begitu juga, tidak ada ruginya bagi orang yang merayakan Maulid Nabi, karena akan ditambah pahalanya.
Sedangkan pada perayaan Maulid Nabi untuk santri putri, KH. Samsul Arifin, sebagai penceramah menyampaikan pesan moral dan bagaimana seharusnya cara mencintai Nabi Muhammad SAW. Kiai asal kota Jember ini merisaukan kenyataan yang terjadi di masyarakat., khususnya kawula muda yang lebih mengidolakan artis dibalik layar dari pada para tokoh di zaman Rosulullah yang seharusnya patut dijadikan sebagai teladan. Selain itu, terkait dengan pembacaan burdah yang nampaknya disalah tafsirkan sebagai tradisi melantunkannya dengan nada seindah mungkin tanpa memahami sama sekali makna yang terkandung didalamnya. Padahal, esensi dari isi burdah itu adalah sebagai pujian, salam pengenalan perjalanan Rosulullah dalam menapaki perjuangan hidup sekaligus berisi motivasi besar bagi umat islam.(Dew/C12)
Artikel Terkait:
Pesantren Kita
- Sukorejo - Ash-Shofwah Siapkan Kader Aswaja
- Bahtsul Masa’il, Bahas Polemik Antarsekte
- Bidang Pendidikan Gelar Festival Lomba Sains
- Seluruh Santri Ngaji Bab ‘Adab Al Jum’ah
- Sanggar Cermin Buka Sekolah Deklamasi III
- PP IKSASS Bentuk Kajian Aswaja Intensif
- Pesantren Selenggarakan Sarasehan Nasional
- Rayon IKSASS Ra’as Gelar Debat Ilmiah
- Siswa Kelas Akhir Rutin Gelar Istighatsah
- Gus Ipul: “Kiai Fawaid Kiai Istiqamah”
- Alumni Harus Tetap Menjaga Hubungan Ruhaniyah
- Isyarah Kepemimpinan Memang Ke Kiai Azaim
- Ribuan Masyarakat Dukung Kelestarian Pesantren
- Kiai Politik yang Tak Menikmati Politik
- Ribuan Jam’iyah Tahlil Dukung Cita-Cita Kiai Fawaid
- Wali Santri Jangan Resah
- Komik Kiai As’ad Juara Nasional
- Fiqh Perlu Diperbaharui
- P3M Dorong Dosen Lakukan Riset
- Cucu Syekh Abd Qadir Al Jaylani Jadi Dosen Ma’had Aly
- Sanggar Seni Cermin Siap Sambut Hari Pahlawan
- KBIH Ibrahimy Lepas Calon Jama’ah Haji
- Pengasuh Hadiri Langsung Penutupan OP2
- Syari’ah Audensi, Dakwah Siap Intifada
- ESA Sambut Tamu Belgia