Pesantren Selenggarakan Sarasehan Nasional

Sebagai wujud kewaspadaan kepada kebangkitan PKI serta kepedulian pondok pesantren terhadap keutuhan dan kesatuan Republik Indonesia, beberapa hari yang lalu, PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo menyelenggarakan Sarasehan Nasional bertajuk “Mewaspadai kebangkitan PKI di Indonesia”. Dalam sambutan dan orasi ilmiahnya, Pengasuh PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, KHR. Ach. Azaim Ibrahimy, mengungakapkan bahwa menjaga stabilitas dan keamanan negara adalah bagian dari implementasi kehidupan beragama. “Keberadaan Partai Komunis telah merubah peta dunia, ada banyak kesengsaraan yang ditimbulkan oleh gerakan kelompok ini,” ungkap suami Ny Hj. Nur Sari As’adiyah itu. Turut hadir sebagai pembicara dalam Sarasehan Nasional tersebut KH. Hasyim Muzadi, Letnan Kivlan Zein, Dr. Anton tabah, KH. Afifuddin Muhajir, M.Ag. Bertempat di auditorium PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, acara ini diikuti setidaknya oleh ratusan peserta yang terdiri dari berbagai kalangan baik akademisi maupun tokoh masyarakat. Selain itu, bupati Situbondo Dadang Wigiarto, SH juga terlihat membaur dengan peserta lainnya. Sebagai gerakan massa yang berorientasi pada pemerataan ekonomi dengan konsep sosialisme yang digagas oleh Karl Max, Partai Komunis Indonesia (PKI) sempat mendapatkan tempat dihati masyarakat Indonesia diawal tahun 60-an. Hanya saja konsep “hidup tanpa Tuhan” yang menjadi ruh perjuangan PKI sangat sulit untuk diterima oleh masyarakat, mengingat bangsa Indonesia adalah negara yang berketuhanan. Sejarah berdarah, penolakan dan perlawanan adalah dinamika yang terus mewarnai perjalanan PKI di Indonesia. Terakhir, masih segar dalam ingatan kita bagaimana tragedi pembantaian dan pertumpahan darah yang ditimbulkan oleh perang ideologi pada peristiwa G 30 S/PKI telah menyisakan banyak duka baik dari kalangan ummat beragama maupun anggota partai komunis. Dan baru-baru ini, muncul persoalan yang sempat riuh diperbincangkan di media lokal maupun nasional mengenai anak keturunan Eks PKI yang mengajukan gugatan kepada pemerintah untuk memberikan ganti rugi atas kerugian materi maupun moral yang mereka alami pada peristiwa G 30 S/PKI. Juga pertemuan-pertemuan tertutup antar keluarga eks PKI telah memantik kecurigaan dan kekhawatiran, jangan-jangan ada indikasi bahwa PKI akan menyusun kekuatannya kembali “di Banyuwangi itu, sudah beberapa kali ditempati pertemuan anak-anak mantan PKI, itu harus diwaspadai” tegas H.Ikrom, politisi gaek asal Banyuwaangi. (rud)

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah