Mengutamakan Kepentingan Umat

“Teruskan perjuangan saya! Sebarkan tauhid, kenalkan aqidah ahlussunnah wal jamaah ke masyarakat, dan utamakan kepentingan umat!”

Begitulah dawuh KHR. As’ad Syamsul Arifin. Kiai As’ad dalam beberapa kesempatan, selalu mengingatkan, agar para santrinya memikirkan perkembangan masyarakat sekitarnya. Kiai As’ad bahkan mengecam kiai yang tidak memikirkan umatnya; yang hanya mengurusi zakat fitrah dan tukang doa saja. Begitu pula, kepada para santri yang mau pulang bermasyarakat, Kiai selalu wanti-wanti agar ikut mengurusi; pendidikan Islam, dakwah melalui NU, dan ikut memperbaiki perekonomian umat.
Masalah mementingkan kepentingan umat ini, tidak boleh diremehkan oleh para juru dakwah. Kalau para dai memikirkan dan membantu orang lain, sebagai konsekuensi logisnya, pesan-pesan dakwahnya akan didengar dan diperhatikan umat. Setelah itu, seorang dai bisa menyampaikan mauidlah dan membuka dialog (mujadalah), sehingga terjadi komunikasi dua arah. Dari sinilah, akan terjadi overlaping of interest, himpitan kepentingan, sebagai kunci sukses suatu komunikasi dakwah.
Dalam istilah komunikasi, efek ini disebut need cognition, intuisi kebutuhan. Intuisi ini akan muncul sebagai variabel yang memadai dan mempengaruhi besarnya perhatian komunikan terhadap pesan komunikasi. (sah)

Artikel Terkait:

 

Powered by Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah